Senin, 12 Januari 2009

Perbandingan Study Teologi dan Filsafat

Oleh: Ev. Makjen Simanjuntak, S.Th., M.Div


I. Pendahuluan
Artikel ini adalah makalah presentasi yang dibuat oleh penulis ketika penulis sedang kuliah program sarjana, namun karena penulis ingin membagikan pandangan penulis kepada para pembaca mengenai topik ini maka penulis mencoba memasukkannya dalam blog ini.
Penulis menyadari bahwa tema ini adalah tema yang cukup luas dan barangkali tidak dapat dijelaskan dalam beberapa halaman, oleh karena itu penulis akan memberi batasan yang akan dibahas disini, dimana penulis hanya akan membahas tentang hal-hal yang terpenting dari alur atau kerangka pikir dari filsafat ilmu dan dibandingkan dengan alur atau kerangka berpikir tentang studi Teologia. Penulis berharap dengan demikian dalam jumlah halaman yang sangat sedikit ini kita boleh melihat bagaimana sebenarnya perbandingan antara dua tema yang besar diatas.

II. Kearangka Berpikir tentang Filasafat Ilmu & Teologi

II.1. Kerangka Berpikir tentang Filasafat Ilmu

a. Definisi Filsafat Ilmu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada empat pengertian filsafat, yaitu: pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai segala hakikat yang ada, sebab, asal, dan hukumnya; teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan; ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi (KBBI, 2002). Menurut Anton Baker, filsafat berasal dari kata philosophia yang berarti cinta pengetahuan, terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang, suka; dan kata sophia yang berarti pengetahuan, hikmat (pengetahuan dari Allah), dan kebijaksanaan, pandai, tajam pikiran.
Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Socrates menyebut filsafat sebagai cara berpikir yang radikal, menyeluruh, dan mendasar.
Secara etimologis, filsafat berarti suatu uraian yang mampu menjelaskan secara rasional segala sesuatu yang ada di dunia ini. Berfilsafat adalah aktivitas manusia untuk merenungkan tentang segala sesuatu yang ada sehingga bermakna secara mendalam baginya sebagai pedoman hidup. Filsafat adalah suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam (sedalam-dalamnya) dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat adalah seputar hasil olah pikir otak manusia yang berlaku umum untuk berbagai disiplin ilmu yang bersifat rasional maupun irasional karena mencakup pandangan hidup.
Ilmu, dalam kamus bahasa Indonesia, adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Dari berbagai keterangan ahli tentang ilmu,kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan yang secara khusus mengkaji hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah. Filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti: ontologis berbicara tentang obyek apa yang ditelaah ilmu, epistemologi berbicara tentang bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan berupa ilmu, dan aksiologi berbicara tentang apa gunanya pengetahuan yang berupa ilmu itu (Pandia, 2005).

b. Dasar-dasar Filsafat Ilmu
Objek filsafat ilmu umumnya dapat dibedakan dalam tiga kategori, yang berisi pertanyaan filsafati, yaitu: ontologis, epistomologis dan aksiologis. Ontologi ilmu, membahas tentang hakekat substansi dan pola organisasi ilmu pendidikan. Pertanyaan ontologis adalah pertanyaan yang menggugat identitas; sebetulnya tentang ‘apa’itu ilmu. Epistemologi ilmu, membahas tentang hakekat objek formal dan material ilmu itu sendiri. Pertanyaan epistemologis adalah pertanyaan yang menggugat cara; bagaimana suatu pendidikan yang “apa”-nya sudah diketahui, dijalankan. Aksiologi ilmu pendidikan, membahas tentang hakekat nilai kegunaan teoritis dan praktis ilmu. Pertanyaan aksologis ilmu adalah pertanyaan yang mempertanyakan tentang tujuan; untuk apa ilmu bagi kehidupan manusia.



1. Dasar ontologis ilmu (Apa yang dikaji)
Pertama-tama pada latar filsafat diperlukan dasar ontologis dari ilmu. Ontologi ilmu menyoroti hakikat alam nyata realitas segala seluk beluk dunia ilmu yang berhubungan dengan seluruh makhluk hidup khususnya manusia.
Adapun aspek realitas yang dijangkau teori dan ilmu adalah melalui pengalaman dan berakhir pada pengalaman, hal ini berarti bahwa sifatnya adalah empiris. Jadi ilmu tidak akan pernah dapat menjelaskan hal-hal yang ada diluar atau diatas dari batas pengalaman manusia, atau hal-hal yang meta empiri, seperti tentang asal mula alam semesta, dan akhir dari segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini, tentang realitas sorga dan neraka, tentang setan, iblis dan banyak hal yang lain. Semuanya yang bersifat meta empiri, tidak akan mungkin dapat dikaji oleh ilmu, sebab batas penjelajahan ilmu itu sendiri adalah dimulai dari penglaman dan akan berakhir pada batas pengalaman manusia itu sendiri.

2. Dasar epistemologis ilmu
Dasar epistemologis diperlukan oleh ilmu atau pakar filsafat ilmu demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab. Epistemologi adalah studi tentang logika pengetahuan yang mempertanyakan sumber, cara, proses pengetahuan diteliti, dikembangkan dan dipakai dalam kehidupan kini, yang akan datang dan pada hidup kekekalan.

Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitatif, artinya melibatkan pribadi dan diri peneliti sebagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme. Karena itu penelaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan sebagai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju tidak hanya pemahaman dan pengertian, melainkan untuk mencapai kearifan (kebijaksanaan) tentang fenomena pendidikan maka validitas internal harus dijaga betul dalam berbagai bentuk penelitian dan penyelidikan.

Inti dasar epistemologis ini adalah agar dapat ditentukan bahwa dalam menjelaskaan objek formalnya, telaah ilmu tidak hanya mengembangkan ilmu terapan melainkan menuju kepada telaah teori dan ilmu sebagai ilmu otonom yang mempunyi objek formil sendiri atau problematika sendiri sekalipun tidak dapat hanya menggunakaan pendekatan kuantitatif atau pun eksperimental. Dengan demikian uji kebenaran pengetahuan sangat diperlukan, namun karena semua ilmu selalu diarahkan kepada nilai keguanaan atau aksiologi maka sebenarnya pengujian ilmu dan juga menjadi sifat ilmu adalah bersifat pragmatis. Jadi dengan demikian sebuah ilmu tidak akan dapat dikatakan sebagai kebenaran yang tidak dapat berubah atau kebenaran yang mutlak. Kebenaran dalam ilmu selalu dapat berubah, jika ditemukannya ilmu yang lain yang mengatasi ilmu yang sebelumnya.

3. Dasar aksiologis ilmu

Pada bagian ini, filsafat menyelidiki nilai-nilai ilmu, apa yang benar, yang indah yang dapat dipakai untuk memajukan manusia kini dan disini. Jadi jika kita memiliki ilmu itu hanya memiliki nilai yang terbatas, yaitu dibatasi oleh waktu dan tempat. Misalnya jika kita memahami ilmu genetika itu hanya bermamfaat untuk masa kini, dimana kita masih hidup di dunia ini. Itu tidak akan berguna pada masa mendatang, dimana tatkala kita telah meninggalkan dunia ini.
Kenyataan menunjukkan bahwa ternyata kadangkala suatu ilmu yang ditemukan di negara atau tempat yang lain belum tentu dapat diterapkan di negara atau tempat yang berbeda. Hal itu menunjukkan bahwa kebenaran ilmu bukanlah kebenaran yang absolut, sehingga nilai atau aksiologinyapun tetap terbatas.

II.2. Kerangka Berpikir tentang Teologia

a. Definisi

Kata Teologia adalah berasal dari bahasa Yunani Theos dan logos, kata Theos berarti Tuhan dan kata logos artinya pengetahuan. Jadi secara sederhana Teologia dapat diartikan pengetahuan tentang Tuhan. Namun mempelajari Teologia bukan berarti hanya mempelajari tentang Tuhan, tetapi juga mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan, dimana Alkitab sendiri menjelaskan bahwa permulaan dari segala sesuatu itu adalah Tuhan dan semuanya yang Dia jadikan itu adalah untuk kemuliaan-Nya (Kej 1:1; Yoh 1:1; Kolose 1:16,17)

b. Dasar Pijakan Studi Teologia
Pada bagian Filsafat Ilmu, penulis telah mengatakan bahwa penjelajahan ilmu dimulai dari pengalaman manusia dan diakhiri pada pengalaman manusia. Jadi sesuatu yang diatas atau diluar pengalaman manusia tidak akan mungkin dapat dijangkau oleh ilmu. Terlebih daripada itu jelas bahwa manusia tidak akan mungkin dapat memahami tentang Allah, sebab keberadaan Allah yang transenden tidak akan mungkin dapat digapai oleh manusia. Allah berinisiatif untuk memperkenalkan diri-Nya kepada manusia yang mau mengenal-Nya. Dan oleh sebab itu dasar pijak dari Teologia adalah penyataan Allah. Dalam studi teologia akhirnya penyataan Allah itu dibagi menjadi dua bagian yaitu penyataan Allah secara umum atau universal, yaitu melalui ciptaan atau alam semesta dan penyataan Allah secara khusus yaitu melalui Alkitab atau Firman Allah dan Pribadi Kristus yaitu pribadi Ilahi yang datang dalam daging. Itulah yang menjadi dasar pijakan dari Teologia, yaitu sesuatu yang diluar jangkauan pengetahuan manusia, atau sesuatu yang ada diluar jangkauan ilmu manusia.
Selanjutnya, karena pembahasan kita adalah mengenai perbandingan, maka kita akan melihat perbedaan antara teologia dan filsafat ilmu melalui dasar pijakan kedua-duanya. Maka oleh karena itu selanjutnya kita akan melihat tentang apa yang dikaji dalam Penyataan Allah, dan juga kita akan melihat sifat dari kebenaran dari penyataan Allah, dan selanjutnya adalah bagaimana nilai atau aksiologi dari penyataan Allah itu sendiri bagi manusia.

1. Apa yang dikaji dalam Penyataan Allah

Sebelumnya penulis telah mengatakan bahwa dasar pijakan teologia adalah penyataan Allah, sebab manusia tidak dapat menjangkau Allah atau Theos, itu sebabnya Dia memperkenalkan diri-Nya kepada manusia, maka oleh sebab itu apa yang dapat dikaji dalam Teologia adalah apa yang dinyatakan oleh Allah. Dalam hal ini sangat berbeda dengan filsafat ilmu, dimana apa yang dapat dikaji dalam ilmu hanya sebatas apa yang dapat dialami manusia. Jadi dalam filsafat ilmu unsur manusia ditempatkan pada bagian paling atas, manusia sebagai subjek dan segala sesuatu yang diteliti atau yang dipelajari adalah objeknya. Tetapi dalam teologia, dimana Allah subjek dan segala sesuatu yang ada dalam alam semesta ini adalah objek dari apa yang dinyatakan oleh Allah.

Alkitab begitu jelas dalam menjelaskan tentang apa yang dikaji dalam penyataan Allah. Sangat mengagumkan sekali, tatkala kita membuka halaman pertama dari Alkitab kita, disana langsung dijelaskan apa yang menjadi pertanyaan manusia yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu sekuler secara sempurna, dimana kita sering bertanya tentang realitas alam semesta ini, darimana dan bagaimana itu semua menjadi ada. Pertanyaan itu dijawab dengan benar oleh Alkitab, dimana Alkitab memperkenalkan Allah sebagai pencipta alam semesta. Selanjutnya Alkitab juga menjelaskan bahwa Allah bukan hanya sebagai pencipta, tetapi juga pemelihara, Alkitab juga memperkenalkan Allah sebagai Allah yang berdaulat atas semua ciptaan-Nya. Singkat kata bahwa Alkitab menjelaskan tentang permulaan segala sesuatu dan akhir segala sesuatu, dimana dalam segala hal itu dan secara keseluruhan memberitahukan kedaulatan Allah atas ciptaan-Nya.

2. Sifat dari kebenaran Penyataan Allah

Pada bagian sebelumnya penulis telah menyinggung tentang sifat dari kebenaran dari ilmu pengetahuan, dimana nilai kebenaran ilmu pengetahuan bukanlah kebenaran yang final atau yang absolut, karena didapatkan dari empiri atau apa yang dialami atau apa yang dapat dialami oleh manusia. Tetapi berbeda dengan Teologia, dimana sifat kebenaran teologia adalah mutlak dan absolut, karena kebenaran Teologia berhubung dengan penyataan atau pewahyuan Allah. Kebenaran wahyu adalah kebenaran yang final yang datang dari yang Maha Kuasa sang khalik, manusia bisa saja salah tetapi Allah tidak akan mungkin salah. Sebab jika Allah memiliki sebuah kesalahan maka sesungguhnya Dia bukanlah Allah.

3. Kegunaan Teologia (Penyataan Allah/Wahyu Allah) bagi Manusia

Kegunaan dari ilmu adalah untuk memajukan atau memperkaya kehidupan manusia untuk masa kini dan disini. Berbeda dengan nilai kegunaan dari Teologia, dimana mempelajari teologia berguna untuk kehidupan masa kini dan juga kehidupan yang akan datang. Jadi keguanaan atau aksiologi dari teologia itu tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, asal saja yang dipelajari adalah teologia yang benar yang berdasar pada Alkitab dan bukan hanya itu saja, tetapi yang mempelajarinya menghidupi apa yang ia pelajari. Sebab belajar teologia dengan benar akan menuntun seseorang kepada pertobatan dan akhirnya jika orang yang mempelajarinya benar-benar menghidupi apa yang dia pelajari, maka ia akan menyerahkan dirinya kepada Tuhan untuk diselamatkan. Itu sebabnya penulis mengatakan bahwa nilai aksiologi dari teologi tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Dan untuk kehidupan masa kini Teologia juga berperan untuk menghibur dan memberi kekuatan bagi setiap orang, sebab orang yang mengetahui bahwa dirinya telah dibebaskan dari hukuman yang kekal akan merasa terhibur dan mendapat sukacita baru, dan orang percaya akan selalu menyadari bahwa Allah akan menolongnya menjalani hidup didunia ini untuk melewati setiap persoalan apapun yang menimpanya.

III. Kesimpulan

Setelah penulis menjelaskan beberapa hal yang menjadi perbandingan antara Teologia dan Filsafat Ilmu, maka kita melihat jelas perbedaan antara keduanya. Antara lain:
1. Dasar Pijak dari Teologia adalah Penyataan Allah, sedangkan Filsafat ilmu adalah pengalaman manusia. Hal ini akan membedakan nilai kebenaran dari antara keduanya. Jika titik berangkatnya ilmu adalah pengalaman manusia maka jelaslah bahwa suatu ilmu itu bukanlah sesuatu hal yang final atau sesuatu yang absolut, karena pengalaman manusia bisa berbeda-beda dan lagi pula ternyata ada banyak hal yang tidak dapat dijangkau oleh pengalaman manusia. Berbeda dengan Teologia, karena dasar pijaknya adalah penyataan Allah atau wahyu Allah, maka kebenarannya adalah kebenaran yang mutlak, kebenarannya adalah kebenaran yang datang dari Allah. Sebagai Allah, maka Dia Maha Tahu dan juga Maha Kuasa, maka kebenaran-Nya tidak perlu diragukan.

2. Dari segi aksiologi atau nilai kegunaan, ilmu hanya berguna pada saat ini dan disini, fakta menunjukkan bahwa tidak semua ilmu dinegara yang berbeda mempunyai nilai kegunaan bagi kehidupan manusia di negara yang lain, dan lebih lagi bahwa ilmu hanya berguna disini atau dimana kita ada sekarang, sebab ilmu yang didapat dari perasaan atau pengalaman kita tidak akan berguna pada kekekalan, sebab ilmu itu sendiri bukanlah kekal. Jadi jika kita akan meninggalkan dunia ini maka semuanya ilmu atau pengetahuan yang kita miliki tidak ada gunannya lagi. Ilmu juga kadangkala dibatasi oleh waktu. Hal ini terlihat jelas, dimana kadangkala sesuatu ilmu yang sebelumnya telah diakui sebagai ilmu yang sahih ternyata dapat gugur setelah ada ilmu yang terkemudian dan yang dianggap lebih sahih. Misalnya dahulu dikatakan bahwa bumi adalah pusat tata surya, tetapi setelah kopernikus mengadakan penelitian maka kebenaran yang lebih sahih tentang pusat tata surya adalah matahari, bukan bumi, dan akhirnya kebenaran ilmu yang lama secara perlahan-lahan hilang, dan sekarang pendapat Kopernikuslah yang dianggap sebagai ilmu yang sahih bukan yang sebelumnya. Sedangkan aksiologi dari Teologia (Yang benar dan Alkitabiah) berguna untuk masa kini dan yang akan datang. Pembelajaran Alkitab yang benar, dimana sang pembelajar itu belajar dengan hati akan membawa dia kepada dua keuntungan yang besar, dia akan memiliki hidup yang kekal untuk kehidupan nanti dan disana (tempat yang lain atau sorga) dan dia akan mendapat sesuatu yang berguna untuk kehidupan disini (dunia) dan kini, sebab jika ia belajar Alkitab dengan hati maka ia akan dituntun untuk selalu melihat kasih Allah dan hal itu akan seperti sungai yang mengairi jiwanya ketika dia sangat kehausan.

Mungkin masih banyak hal yang dapat di kembangkan dalam menggali perbandingan kedua tema diatas, namun sekali lagi penulis katakan untuk ukuran halaman yang seminim ini, penulis merasa bahwa hal-hal yang telah penulis bahas diatas sudahlah cukup.

IV. Kepustakaan

Brown Colin. Pengantar Filsafat & Iman Kristen. Surabaya: Lembaga Reformed Injili Indonesia 1996

Jacobs Tom SJ, Paham Allah. Semarang: Kanasius 2002

Kattsoff, L. O. Pengatar Filsafat. Sebuah Buku Pegangan untuk Mengenal Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1996

Mudyahardjo, R. Filsafat Ilmu Pendidikan. Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001

Pandia, Wisma. Filsafat Ilmu. Tangerang-Banten: STTIP, 2005

Suriasumantri, J. S. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000

Tafsiran Kitab KIsah Para Rasul

KISAH UMAT ALLAH YANG DI BERI KUASA
Oleh: Ev. Makjen Simanjuntak, S.Th., M.Div

I
PENDAHULUAN

Buku ini sebenarnya adalah ringkasan dari diktat Kisah Para Rasul yang ditulis oleh penulis. Saat penulis membaca kitab Kisah Para Rasul, maka penulis melihat bahwa judul kitab ini (Kisah Para Rasul) kurang menyatu dengan isinya. Itu sebabnya Warren W. Wiersbe mengatakan bahwa yang lebih tepat sebagai judul kitab ini adalah: “Kisah Umat Allah Yang di beri Kuasa Oleh Roh Kudus.” Hal tersebut adalah logis, mengingat bahwa isi kitab ini sebenarnya lebih banyak menekankan tentang umat Allah yang di beri kuasa oleh Roh Kudus. Berbicara lebih jauh tentang judul kitab ini maka kita akan berhubungan dengan siapa penulis kitab ini. Jika kita mennyakini bahwa penulis kitab ini adalah Dr Lukas, maka kita akan menyimpulkan bahwa kitab ini adalah merupakan jilid yang kedua dari Injil Lukas.


II. Penulis

Penulis Kisah Para Rasul sama dengan penulis Injil Lukas, keduanya merupakan satu buku dua jilid dan ditujukan kepada seseorang yang bernama Teofilus. Pendapat yang umum tentang siapa penulis Kisah Para Rasul dan Injil Lukas adalah Lukas, seorang dokter medis, karena sering memakai istilah medis.
Menurut beberapa ahli bahwa kunci untuk mengetahui sang penulis diberikan oleh tiga bagian yang memakai sebutan “kami” dimana narasi disajikan memakai bentuk orang pertama jamak (Kis 16:10-17; 20:5 – 21:18; 27:1 – 28:16), dengan demikian menunjukkan bahwa penulisnya adalah rekan seperjalanan Paulus dan ia mempergunakan buku harian perjalananya sebagai sumber penulisan. Maka orang yang lebih tepat yang memenuhi criteria tersebut diatas adalah Lukas. Seorang dokter medis yang mengikuti perjalanan PI Paulus hanyalah Lukas (Kolose 4:14; 2Tim 4:11; Filemon 1:24). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penulis KIsah Para Rasul adalah Lukas. Tradisi gereja juga secara seragam menyebut bahwa penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas rekan seperjalanan Paulus.



III. Tempat & Waktu Penulisan

Dalam kitab ini tidak ada ditemukan tentang dimana tempat kitab ini ditulis. Oleh karena itu sampai hari ini tidak ada penafsir yang dapat memastikan suatu tempat sebagai tempat penulisan kitab ini, yang ada hanyalah perkiraan atau dugaan semata. Menurut tradisi sesudah Yerome kitab ini di tulis di Roma, tetapi banyak juga penafsir yang mengatakan bahwa tempat penulisan kitab ini kemungkinan besar adalah di Makedonia, Alexandria. Disamping perkiraan-perkiraan diatas ada juga beberapa penafsir lebih setuju dengan pendapat bahwa tempat penulisannya tidak diketahui.
Mengenai waktu penulisan kitab ini Charles F. Feiffer mengatakan bahwa waktu penulisan kitab ini sangat terkait dengan masalah endingnya yang mendadak, oleh karena itu menurut beliau penulisan kitab ini kemungkinan besar adalah pada suatu tanggal yang tidak lama sesudah akhir narasi dan jika demikian maka Kisah Para Rasul ditulis kira-kira tahun 62 M. Pendapat ini juga didukung oleh Yune Sune Park dalam bukunya Tafsiran Kisah Para Rasul dimana beliau mengatakan bahwa kemungkinan besar kitab ini ditulis pada waktu Paulus di penjara Roma; Oleh karena peristiwa pengadilan Paulus di Roma tidak tertulis dalam kita ini, dan jikalau demikian maka kemungkinan besar penulisan kitab ini adalah kira-kira tahun 62 M.


IV. Tujuan Penulisan

Sebagaimana terlihat dalam Kisah Para Rasul fasal 1 bahwa tujuan utama penulisan Kisah Para Rasul adalah untuk menyakinkan Teofilus bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadannya adalah sungguh benar ( Kisah Para Rasul 1:4)
Penerima pertama dari surat (kitab Kisah Para Rasul) adalah Teofilus dan jika kita membandingkan antara Injil Lukas 1:1 dengan Kisah Para Rasul 1:1 dapat disimpulkan bahwa penerima Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah orang yang sama. Tetapi ada yang sangat indah dalam penyelidikan ini, dimana dalam Lukas 1:1 Teofilus di beri gelar sebagai Yang Mulia, gelar ini biasa dipakai kepada orang-orang besar (pegawai pemerintahan yang terpandang) Paulus sering menggunakan gelar tersebut kepada pegawai-pegawai pemerintahan Romawi, seperti kepada Feliks dan Festus (Kisah Para Rasul 23:26; 24:2; 26:25) tetapi dalam Kisah Para Rasul 1:1 gelar yang mulia tidak lagi mengikuti nama Teofilus. Hal tersebut sangat mungkin diakibatkan karena sebelum Teofilus membaca Injil Lukas dia adalah orang yang belum percaya, tetapi setelah ia membaca Injil Lukas dia akhirnya bertobat dan oleh karena itu Lukas menyapa dia bukan lagi sebagai seorang yang mulia yang harus ditakuti, tetapi Teofilus yang telah dianggap sebagai sahabat.


V. Garis Besar

I. Go Publiknya Gereja (1:1-2:4)
A. Persiapan: Pelayanan Pasca Kebangkitan dan Kenaikan Yesus (1:1-14)
B. Pemilihan Matias (1:15-26)
C. Kedatangan Roh Kudus (2:1-41)
D. Kehidupan Gereja Mula-Mula (2:42-47)

II. Gereja Di Yerusalem (3:1 – 5:42)
A. Mukjizat dan khotbah Petrus (3:1-26)
B. Perlawanan pertama dari para pemimpin Yahudi (4:1-37)
C. Kematian Ananias dan Safira (5:1-16)
D. Perlawanan Kedua dari para pemimpin Yahudi (5:17-42)

III. Perluasan Gereja di Palestina melalui perserakan (6:1-12:25)
A. Pemilihan tujuh diaken (6:1-7)
B. Peristiwa perserakan: Pelayanan dan kematian Stefanus sebagai Martir (6:8-8:3)
C. Injil Di Samaria (8:4-25)
D. Pertobatan Sida-sida Etopia (8:26-40)
E. Pertobatan Saulus (9:1-31)
F. Pelayanan Petrus di Palestina dan Orang-orang yang bertobat pertama di luar bangsa Yahudi (9:32 – 11:18)
G. Pendirian Gereja Orang Bukan Yahudi di Antiokia (11:19-30)
H. Penganyiayaan oleh Herodes Agripa (12:1-25)

IV. Perluasan Gereja di Asia Kecil dan Eropa (13:1-21:17)
A. Misi Pertama Galatia (13:1-14:28)
B. Persoalan di Gereja yang bukan Yahudi dan Sidang di Yerusalem (15:1-35)
C. Misi kedua, Asia kecil dan Eropa (15:36 – 18:22)
D. Misi ketiga Asia kecil dan Eropa (18:23 – 21:17)

V. Perluasan Gereja ke Roma (21:18-28:31)
A. Injil di tolak oleh orang-orang Yerusalem (21:18-26:32)
B. Injil di terima di Roma (27:1-28:31)



VI
TAFSIRAN

I. Go Public Gereja (1:1 – 2:4)

A. Persiapan: Pelayanan Pasca Kebangkitan dan Kenaikan Yesus (1:1-14)

Permulaan fasal ini, khususnya ayat 1 dan 2 merupakan pengantar singkat yang menghubungkan Kisah Para Rasul dengan Injil Lukas. Ayat pengantar Injil Lukas tersebut (1:1-4) dimaksudkan untuk membantu memahami Kisah Para Rasul 1:1,2 yang merupakan kilas balik ke belakang atau kepada buku jilid yang pertama. Oleh karena itu Lukas menulis “…dalam bukuku yang pertama,” hal tersebut menunjukkan bahwa Injil Lukas dan Kisah Para Rasul adalah satu karya yang terdiri dari dua jilid.
Penerima kitab ini adalah Teofilus. sebagian teolog mengatakn bahwa Teofilus bukanlah nama pribadi tetap sebagai sebutan kepada orang yang percaya pada masa itu. Namun pendapat diatas adalah pendapat yang tidak tepat, mengingat bahwa dalam Injil Lukas di belakang nama Teofilus ada nama sebutan yaitu yang mulia, jadi sangat tidak mungkin bahwa Teofilus sebagai nama sebutan. Jadi yang tepat adalah bahwa nama Teofilus adalah nama pribadi. Namun kita tidak tahu secara pasti siapa Teofilus, tetapi nama sebutan yang mulia dalam Injil Lukas membawa kita kepada suatu pemikiran bahwa Teofilus kemungkinan besar adalah seorang pejabat dalam pemerintahan Romawi yang baru bertobat karena membaca Injil Lukas. Alas an ini dimungkinkan mengingat bahwa sebutan yang mulia sering dipakai dalam kisah Para Rasul kepada orang-orang terpandang yang duduk dalam pemerintahan Romawi.
Keempat Injil berisi tentang segala sesuatu yang telah di kerjakan Yesus; Kisah Para Rasul mencatat pelayanan yang selanjutnya dari Kristus yang naik ke Sorga, yaitu pelayanan-Nya melalui Roh Kudus yang bekerja dalam diri para rasul.
Kisah Para Rasul 1: 3, menjelaskan bahwa setelah Yesus bangkit, Dia secara berulang-ulang menampakkan diri, membuktikan bahwa Dia hidup sehingga murid-murid yang semula masih meragukan hal tersebut akhirnya tidak dapat untuk tidak percaya. Kata selama empat puluh hari berulang-ulang Yesus menampakkan diri, lebih tepatnya ditafsirkan bahwa hal tersebut benar sebanyak empat puluh hari dan secara berturut-berturut, karena jika kadang Yesus menampakkan diri tetapi kadang tidak kelihatan itu akan membingungkan sekali dimana orang-orang akan menyangka Yesus menampakkan diri yang dimaksud disitu hanya seperti penampakan dalam PL, pada hal yang dimaksudkan bahwa Yesus berulang-ulang menmapakkan diri berarti bahwa Yesus menunjukkan bahwa Dia benar-benar telah bangkit dan hidup dan juga memiliki tubuh yang nyata. Lagi pula ada beberapa kali Alkitab memakai kata empat puluh hari yang mengacu kepada empat puluh hari yang berturut-turut, misalnya dalam Kel 34 Musa berpuasa 40 hari, Elia berjalan di gunung horeb selama 40 hari dengan kekuatan makanan yang dikirim oleh Allah (1 Raja-raja 19:4-8), Yesus berpuasa empat puluh hari (Matius 4:2), penggunaan kata empat puluh hari dengan ayat-ayat diatas memiliki persamaan dengan Kisah Para Rasul 1:3 ini.
Ayat 4 merupakan pengulangan dari perintah yang ada di dalam Lukas 24:29, para rasul di perintahkan untuk tetap enunggu janji Bapa di Yerusalem. Dewasa ini ada banyak pertayaan tentang mengapa harus di Yerusalem, kita dapat menjawabnya dengan satu jawaban yang singkat, dimana hal itu telah dinubuatkan dalam Yesaya 2:3 “…sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan Firman Tuhan dari Yerusalem,” hal ini merupakan nubuatan bahwa dari Yerusalem akan dimula pekerjaan Perjanjian Baru. Murid-murid disuruh untuk menantikan janji Bapa, sebab sebentar lagi mereka akan berjuang dalam pemberitaan Injil. Sama seperti prajurit yang harus diperlengkapi dengan senjata dan latihan perang yang handal, demikian juga para murid diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus.
Pada ayat 5 berbicara tentang baptisan Yohanes dan baptisan Roh Kudus, dalam nats yang berbeda Yohanes pembaptis telah memberitahukan tentang baptisan Roh Kudus yang akan terjadi kelak (Matius 3:11; Markus 1:8; Lukas 3:16; Yohanes 1:33) dan dalam Kisah Para Rasul ini nubuatan Yohanes itu digenapi. Yesus juga sudah menjanjikan kedatangan Roh Kudus (Yoh 14:16 – 18,26-27; 15:26-27; 16:7-15) hal itu akan merupakan pencurahan kuasa kepada murid sehingga mereka mampu melayani Tuhan dan melaksanakan kehendakNya (Lukas 24:49).
Jika kita membaca kitab Injil maka kita akan mendapati bahwa para rasul memiliki pandangan politik yang kuat atas kerajaan dan mereka sangat menginginkan kedudukan dan hak-hak mereka sebagai orang Yahudi yang loyal kepada Tuhan, mereka ingin mengalahkan musuh-musuh mereka dan membangun suatu kerajaan yang kokoh di bawah pemerintahan Mesias sebagai raja mereka. Pada bagian Kisah Para Rasul 1:6 hal yang sama juga terulang kembali, tetapi Tuhan tidak marah, Dia memberi jawaban dalam ayat 7-8, dengan berkata: “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu yang ditetapkan Bapa menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun keatas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan sampai keujung bumi” secara implisit pernyataan Tuhan Yesus tersebut memberi gambaran bahwa murid-murid di harapkan lebih baik mengerjakan tugasnya untuk memberitakan Injil daripada banyak bertanya tentang apa yang harus dikerjakan Bapa sehubungan dengan kerajaan secara Politis, dimana Kristus memerintah sebagai Raja. Dari ayat delapan ini, ada yang sering kurang diperhatikan oleh para penafsir yaitu tentang urutan nama kota, mulai dari Yerusalem dimana murid-murid menerima baptisan Roh Kudus lalu keluar ke Seluruh Yudea, Samaria dan Sampai ujung bumi. Urut-urutan nama kota tersebut bukan tidak ada artinya, tetapi hal itu sebenarnya menunjukkan bahwa Pemberitaan Injil tidak dibatasi hanya pada daerah-daerah tertentu, tetapi lebih dimulai dari tempat kita masing-masing, dan berakhir sampai dimana Tuhan mau kita memberitakan-Nya. Kata ujung bumi sering ditafsirkan mengacu ke pada kota Roma yang sangat terkenal pada masa itu, tetapi jika kita menafsirkannya sekarang ini kata ujung bumi dapat diterjemahkan bahwa pemberitaan Injil itu akan sampai keseluruh pelosok bumi ini, sampai tidak ada yang tidak pernah mendengarkan Injil.
Kata saksi sering sekali muncul dalam Kisah Para Rasul. Saksi adalah seseorang yang memberitahukan apa yang telah dilihat dan di dengarnya (Kisah Para Rasul 4:19,20). Setiap kata saksi yang ada di Kisah Para Rasul dalam pengertian Yunaninya (Marturia), selalu mengandung pengertian martir atau Syahid.
Menurut Warren Wiersbe Kisah Para Rasul 1:9-11 adalah menekankan tentang jaminan kedatangan Yesus yang kedua kali, lebih lanjut beliau mengatakan bahwa kenakan Tuhan Yesus Ke Sorga adalah suatu bagian penting dari pelayanan-Nya, karena kalau Dia tidak kembali kepada Bapa-Nya, maka Dia tidak dapat memenuhi janji-Nya untuk mengutus Roh Kudus (Yoh 16:5-15). Lagi pula sekarang ini Yesus di Sorga menjadi Imam Besa yang berdoa untuk kita (Ibrani 4:14-16). Yesus juga menjadi pembela kita dihadapan Bapa dan mengampuni kita bila kita mengakui dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9-2:2). Pernyataan Wiersbe tentang ayat ini, dimana beliau mengatakan bahwa Kisah Para Rasul 1:9-11 adalah jaminan kedatangan Yesus yang Kedua kali dapat diterima, karena pada ayat tersebut ada perkataan malaikat yang mengatakan: “…Yesus ini yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang samaseperti kamu melihat Dia naik Ke Sorga.” Jadi setiap orang yang percaya bahwa Yesus telah naik ke sorga dengan wujud dan yang dapat dilihat manusia secara nyata seharusnya percaya juga bahwa Dia akan datang kedua kali dengan meiliki tubuh atau wujud yang nyata dan dapat dilihat oleh manusia. Oleh karena itu kedatangan-Nya kembali yang dimaksud disini adalah kedatangan-Nya di awan-awan di hadapan semua orang (Matius 24:30; 26:64; Wahyu 1:7) bukan kedatangan-Nya yang sekejap mata bagi gereja (1Kor15:51-52; 1 Tesalonika 4:13-18).
Kisah Para Rasul 1:12-14, menjelaskan bahwa murid-murid itu menuruti perintah Guru mereka (Yesus), mereka kembali ke Yerusalem dari bukit Zaitun, mereka naik ke ruang atas yang kemungkinan besar adalah milik Yohanes Markus (Kis 12:12). Disana mereka bertekun dan bersehati untuk berbhakti sambil menantikan Roh Kudus turun. Jika dikaitkan dengan berdoa, maka dapat dipastikan bahwa mereka berdoa dengan tekun dan dengan sehati. Cara seperti ini sangat kita butuhkan dalam gereja kita masing-masing, sebab jika ada sungut-sungut dan perselisihan dalam hati orang-orang yang berdoa maka mereka tidak dapat berdoa dengan sungguh-sungguh. Mereka berdoa dengan bertekun dapat dijelaskan bahwa mereka sabar sampai doanya terkabul. Dan selalu memberikan waktu untuk berdoa.


B. Pemilihan Matias (Kisah Para Rasul 1: 15-26)

Bagaian nats ini adalah bagian yang sangat penting untuk dibahas dengan baik karena dalam bagian ini ada beberapa hal yang sering diperdebatkan. Seperti: Petrus dianggap sebagai orang yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin, kemudian pemilihan Matias yang dianggap gagal karena menurut mereka bahwa Pauluslah yang layak sebagai pengganti jabatan Rasul yang ditinggalkan Yudas, mereka yang berpendapat demikian ber argument dimana setelah Matias dipilih namanya tidak disebut-sebut lagi dalam Kisah Para Rasul, dan justru Pauluslah banyak menempati dalam pembahasan selanjutnya Kisah Para Rasul. Persoalan-persoalan ini adalah merupakan persoalan yang sangat penting dijelaskan. Oleh karena itu sekarang kita akan membahas Kisah Para Rasul 1:15-26 secara khusus.
Mengenai Petrus (ay 15) yang berdiri sebagai pemimpin, bukan berarti dia mengangkat diri sendiri tetapi sebenarnya sebelumnya Tuhan Yesus telah pernah menubuatkan bahwa dia akan menjadi pemimpin, namun pemimpin yang kita aksud disini berbeda dengan yang dipahami oleh Roma Katholik. Yesus telah menubuatkan tentang Petrus dalam Matius 16:19; Lukas 22:31-32; Yohanes 21:15-17. dan memang jika mempelajari kitab Injil, maka kita akan melihat bahwa Petrus dianggap sebagai murid yang cukup terpandang, namanya selalu menempati urutan yang pertama dalam setiap daftar nama para rasul termasuk juga dalam Kisah Para Rasul 1:13. Supaya kita mendapat kejelasan tentang kepemimpinan Petrus maka kita akan kembali membahas kitab Injil, secara khusus Matius 16:16-18, dimana sesudah Pertrus mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, seperti berikut ini “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup,” ia di puji oleh Yesus “Engkau adalah Petrus dan diatas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan kuberikan kunci kerajaan sorga.” Dari ayat ini kita akan membahas dua hal yang penting, yang pertama ungkapan Batu karang, yang kedua adalah kalimat yang mengatakan Kepadamu akan kuberikan kunci kerajaan Sorga. Kita akan mulai dengan yang pertama.
Batu Karang, dalam bahasa Yunani πετρα adalah kata benda feminism dan Petrus πετροσ adalah kata benda Maskulin yang berarti “batu.” Oleh karena itu batu karang dalam bentuk feminim tidak menunjuk kepada Petrus sendiri, tetapi kepada Firman Allah yang diucapkan oleh Iman Petrus, yaitu pengakuan Iman Petrus (Engkau adalah Mesias Anak Allah yang hidup). Bandingkan dengan Efesus 2:20, Wahyu 21:14. Dalam Alkitab tertulis bahwa Firman Allah adalah batu karang (Matius 7:24). Hal ini berbeda dengan pandangan Katolik bahwa Petrus dianggap sebagai batu karang. Padahal jika membaca kitab Injil, kita akan menemukan bahwa Petrus bukanlah batu karang jemaat; Ia pernah bersalah sesudah menerima Firman Yesus (Matius 16:22,23; 26:69-75) dan juga pernah ditegur Paulus karena tindakan munafik (Galatia 2:11-14).
Kemudian hal yang kedua, yaitu tentang kalimat Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga, kuasa yang di berikan oleh Tuhan Yesus tidak hanya kepada Petrus. Kunci kerajaan sorga adalah hak khusus untuk memberitakan Injil dengan kuasa rasuli. Semua rasul menerima hak itu dan dapat memakainya dengan kuasa tersebut. Petrus adalah salah satu diantara mereka. Ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi juga memiliki hak yang sama (Matius 23:13); hanya mereka menyalahgunakan hak itu. ( Di sarikan dari Tafsiran Kisah Para Rasul, Rev Yune Sun Park)
Mengenai pemilihan Matias yang dianggap merupakan kesalahan para rasul. Untuk menjawab hal tersebut kita harus menafsirkan nats ini (Kis 1:15-26) dengan melihat bahwa para rasul ada dalam pimpinan Allah. Alasan mengapa para rasul di sebut ada dalam pimpinan Allah, dimana mereka sudah mengerti kebenaran dan Roh Kudus menggerakkan Petrus mengutip Mazmur 69:26 dan Mazmur 109:8, jadi pemilihan itu dilakukan bukan tidak berdasar, tetapi karena pimpinan Roh Kudus. Lagi pula hal itu dapat dibuktikan dengan ayat yang lain, dimana Matias juga diberi kuasa oleh Roh Kudus sama dengan kuasa yang diberikan kepada rasul-rasul yang diplih langsung oleh Yesus. (Kisah Para Rasul 2:1-4,14)
Biasanya orang yang berpikiran bahwa Matias adalah pilihan yang salah karena menganggap bahwa Pauluslah yang dipilih Allah untuk menggantikan jabatan kerasulan Yudas. Pada hal Paulus sendiri mengakui bahwa dia tidak termasuk dalam golonganke 12 Rasul (Galatia 1:15-24;1Kor 15:8-9). Lagi pula tugas kedua belas rasul itu yang palng utama adalah untuk melayani 12 suku Israel, sedangkan Paulus diutus kepada orang-orang non Yahudi (Galatia 2:1-10). Hal yang lain yang perlu di ingat bahwa kedua belas rasul itu (termasuk Matias) dipersiapkan untuk duduk di 12 tahkta untuk menghakimi kedua belas suku Israel (Lukas 22:28-30).
Masih ada satu pertayaan lain yang sering juga menjadi perdebatkan yaitu mengapa Yudas harus digantikan, padahal setelah Yakobus mati dan rasul-rasul yang lain mati tidak diganti. Alasannya adalah karena tugas paling uama dari kedua belas rasul itu untuk menjadi saksi terutama kepada orang Yahudi. Jadi sejak berita itu sudah ersebar kepada orang-orang non Yahudi maka penekanan kepada orang Yahudipun mulai menurun. Jadi setelah Rasul Yakobus mati syahid ( Kisah 12) tidak diganti lagi karena secara resmi kesaksian kepada bangsa Israel sudah selesai dan berita itu (Injil) sudah tersebar kepada orang Yahudi dan juga non Yahudi.
Kemudian tenang Kisah Para Rasul 1:18, seakan-akan bertentangan dengan Matius 27:3-10. dimana dalam Kisah Para Rasul 1:18 disebut bahwa Yudas telah membeli tanah dengan upah kejahatannya, sedangkan dalam Matius 27:3-10 disebut bahwa Yudas melemparkan uangnya ke dalam Bait Suci, dan kemudian para imam mengumpulkannya dan membeli sebidang tanah dan tanah itu akhirnya disebut Hakal Dama. Wiersbe menjelaskan bahwa kedua nats ini adalah saling melengkapi, Yudas tidak membeli tanah itu sendiri, tetapi uangnya dipaki untuk membeli tanah itu atas dasar itulah dia dianggap sebagai pembelinya.
Dalam bahasa Aram Hakal Dama mempunyai arti mengenai Yudas yang menyerahkan Yesus, membuktikan bahwa pencurahan darah Yesus adalah benar-benar terjadi dalam sejarah. Jadi tanah itu disebut Tanah Darah bukan karena darah Yudas. Tetapi karena ketiga puluh keeping uang perak itu dipandang sebagai “uang darah,” maka tanah itu disebut tanah darah.
Sebagai pembahasan penutup dari fasal satu ini, kita akhiri dengan membahas cara peelihan Matias, yaitu dengan membuang undi. Ini adalah peristiwa terakhir dalam Alkitab yang berkenaan dengan membuang undi. Cara ini dilakukan pada masa itu karena sulitnya untuk mengetahui kehendak Allah, berhubung Firman Allah belum seluruhnya di wahyukan dengan jelas, tetapi kini Firman Allah telah komplit. Jadi jika kita mau mencari kehendak Allah lebih baik kita bertanya kepada Alkitab.


C. Kedatangan Roh Kudus (2:1-41)

Kisah Para Rasul 2:1 adalah berbicara tentang dimana gereja menantikan pencurahan Roh Kudus. Hal itu terlihat jelas dari isi ayat yang pertama ini, “Ketika tiba hari pentakosta, semua orang percaya berkumpul disuatu tempat.” Pentakosta berarti “ke lima puluh” karena dilakukan lima puluh hari setelah perayaan buah sulung (Imamat 23:15-22). Hari-hari raya Yahudi yang tercatat dalam Imamat 23 merupakan garis besar pekerjaan Tuhan Yesus Kristus. Paskah menggambarkan kematian-Nya sebagai Anak Domba Allah (1 Korintus 5:7; Yohanes 1:29), dan hari raya buah sulung menggambarkan kebangkitan-Nya dari antara orang mati (1 Korintus 15:20-23) kemudian lima puluh hari setelah hari raya buah sulung adalah hari raya Pentakosta, yang merupakan awal go publicnya gereja Bangsa Yahudi memperingati diberikannya Hukum Taurat, tetapi orang Kristen merayakannya karena diberikannya Roh Kudus kepada Gereja.
Para teolog mengatakan bahwa hari raya buah sulung selalu dirayakan sehari sesudah sabat sesudah paskah, berarti pada hari minggu (hari sabat adalah hari ketujuh). Yesus bangkit pada hari pertama, yaitu satu hari setelah sabat (hari minggu), Yesus bangkit sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1Korintus 15:20). Jadi dengan demikian hari pentakosta (lima puluh hari setelah perayaan buah sulung) tepat pada hari minggu, dengan alasan bahwa lima puluh hari setelah perayaan buah sulung itu sama dengan 7 minggu (hari yang ketujuh adalah sabat, tambah satu hari). Kebenaran ini telah diungkapkan oleh Wiersbe dan lebih lanjut beliau mengatakan bahwa orang Kristen bersekutu dan berbakti pada hari minggu, hari pertama karena pada hari itu Tuhan Yesus bangkit dari kematian, dan itu juga hari Roh Kudus diberikan kepada Gereja.
Ayat 2 ini menunjukkan bahwa hari Pencurahan Roh Kudus adalah merupakan peristiwa yang terjadi diluar dugaan para murid. Memang setelah Tuhan Yesus naik ke Sorga murid-murid menantikan dengan bertekun menantikan pencurahan Roh Kudus, tetapi tentang hari apa, jam berapa dan bagaimana carannya mereka tidak tahu. Hal itu terlihat dimana ayat 2 ini dimulai dengan kata “Tiba-tiba turunlah dari langit..” dengan jelas ayat dua ini juga memberitahukan bahwa ada tiga tanda yang menakjubkan yang menyertai kedatangan Roh Kudus, yaitu suatu tiupan angin keras, lidah-lidah seperti nyala api, dan orang-orang percaya yang memuji Tuhan dalam berbagai macam bahasa. Yune Sun Park mengomentari ayat ini dengan mengatakan bahwa bunyi seperti tiupan angin keras melambangkan kelahiran baru oleh kuasa Roh Kudus, sebagai penggenapan janji Tuhan Yesus (Yoh 3:3,8). Api melambangkan kuasa yang menebarkan dan menaklukkan. Dua hal ini terjadi secara bersamaan, hal itu berarti orang yang telah mengalami kelahiran baru harus memberitakan atau menyaksikan Injil. Kemudian ayat 3 adalah merupakan tanda pencurahan Roh Kudus, seperti yang telah dijelaskan diatas.
Dalam ayat 4, ada kalimat yang mengatakan “… penuhlah mereka dengan Roh Kudus…” pemenuhan Roh itu berkaitan dengan kuasa untuk bersaksi dan melayani (Kisah Para rasul 1:8). Di dalam Efesus 5:18 kita dihimbau untuk tetap penuh dalam Roh, karena memang kita membutuhkannya dalam melayani Tuhan. Wiersbe memberikan komentar bahwa pada hari Pentakosta orang-orang Kristen dipenuhi dengan Roh Kudus dan mengalami baptisan Roh Kudus; tetapi sesudah itu mereka berkali-kali dipenuhi (Kisah Para Rasul 4:8,31;9:17;13:9), tetapi tidak menerima baptisan Roh lagi. Supaya lebih jelas kita akan melihat penjelasan Wiersbe tentang Baptisan Roh Kudus.
Kata baptize dalam bahasa Yunani mempunyai dua arti, yaitu arti harafiah dan arti kiasan. Secara harafiah, kata itu berarti “menenggelamkan,” tetapi secara kiasan kata itu berarti “di identifikasikan dengan.” Baptisan Roh adalah tindakan Allah, yang dengan-Nya Dia mengidentifikasikan orang-orang percaya dengan Yesus Kristus, kepala gereja yang ditinggikan itu, dan membentuk tubuh rohani Kristus di dunia (1Korintus 12:12-14). Dalam sejarah, hal ini terjadi pada hari Pentakosta; tetapi sekarang hal itu terjadi pada kapan saja setiap ada orang berdosa yang percaya kepada Kristus dan dilahirkan kembali. Baptisan Roh itu terjadi dalam dua tahap: orang-orang Yahudi yang percaya di baptis pada hari pentakosta dan orang-orang non- Yahudi di baptis dan ditambahkan ke dalam Tubuh Kristus di rumah Kornelius
Kemudian dalam ayat 4, hal yang lain yang perlu kita pahami adalah tentang perkataan: “…Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa yang lain…” untuk mempelajari hal ini kita harus melihat kelanjutan ayat ini, yaitu mulai ayat 5-13, dimana Lukas mendaftarkan adanya orang-orang yang datang dari lima belas lokasi geografis dan dengan jelas menegaskan bahwa penduduk masing-masing tempat itu mendengar Petrus dan kawan-kawannya menyatakan perbuatan besar yang dilakukan oleh Tuhan dalam bahasa yang mereka mengerti. Jadi yang dimaksud dengan bahasa yang lain bukan berarti bahasa yang tidak dapat dimengerti. Lebih lanjut jika kita melihat dalam ayat 6 dan 8, kata “bahasa” yang dipakai disana adalah διαλεκτω dalam bahasa Inggris dialect . Dalam bahasa Indonesia kata ini mengacu kepada suatu bahasa daerah atau dialek dari beberapa Negara atau daerah (21:40; 22:2; 26:14). Menurut Wiersbe jika ditemukan dalam Kisah Para Rasul dan juga 1Korintus disebutkan mengenai berkata-kata dalam bahasa Roh itu adalah menunjuk kepada pengalaman yang sama, yaitu memuji Allah di dalam Roh dalam bahasa yang dapat di mengerti, kecuali ada keterangan lain. Berbicara tentang bahasa yang sering diperdebatkan dalam nats ini, para komentator Alkitab mengatakan bahwa peristiwa Pentakosta merupakan kebalikan dari kacau balaunya bahasa pada masa pembangunan menara Babel (Kej 11:1-9), dimana hukuman Allah di Babel mencerai beraikan manusia, sedangkan berkat Allah pada hari pentakosta mempersatukan orang-orang percaya di dalam Roh yang memakai bahasa manusia. Di Babel bahasa seorang dengan yang lainnya berbeda dan tidak saling mengerti, sementara pada Pentakosta orang-orang memuji Allah dan sebagian yang mendengar mengerti kata-kata pujian itu. Pembangunan menara Babel sebenarnya ingin meninggikan manusia, tetapi di Pentakosta orang-orang meninggikan nama Tuhan. Pembangunan menara Babel adalah bentuk pemberontakan kepada Allah sedangkan Pentakosta adalah orang-orang yang percaya tunduk dan merendahkan hati kepada Allah.
Sebelum mengakhiri ayat 4 ini, kita juga melihat ada satu hal yang indah yang sering terlupakan dari pesan ayat 4 ini, dimana Ayat ini juga memberitahukan bahwa Injil bukan hanya pada satu suku bangsa dan bahasa. Tetapi untuk seluruh dunia. Allah ingin berbicara kepada setiap orang di dalam bahasa masing-masing dan memberikan berita keselamatan dalam Yesus Kristus, “Sampai keujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8)
Ayat 5, memberitahukan bahwa pada saat itu orang-orang Israel datang dari berbagai daerah dimana mereka tinggal dan berkumpul di Yerusalem untuk merayakan hari Pentakosta. Dalam ayat 6 dikatakan bahwa mereka bingung dan tercengang-cengang karena mereka mendengar rasul-rasul berkata-kata dalam bahasa Negara (daerah) dimana mereka tinggal.
Ayat 7 ini juga sudah dijelaskan dalam ayat yang ke lima dan keenam. Mungkin yang agak penting kita pahami disini bahwa yang dimaksud dengan orang Galilea, disini bisa saja menunjuk kedua belas rasul tetapi juga bisa menunjuk kepada 120 orang itu, karena sebagian besar diantara mereka mengikuti Yesus dari Galilea sampai Yerusalem.
Ayat 8, kembali memberitahukan bahwa bahasa yang dipakai oleh para rasul itu adalah bahasa yang dapat dimengerti oleh berbagai daerah atau Negara. Selanjutnya ayat 9 -11 menguraikan asal daerah dan Negara orang-orang Yahudi yang datang itu. Menurut uraian ayat ini orang-orang kafir dan orang-orang Yahudi datang dari 16 daerah, berkumpul di Yerusalem untuk mendengar Injil. Dengan kenyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa pencurahan Roh Kudus adalah permulaan pemberitaan Injil ke seluruh dunia.
Kemudian ayat 12 dan 13 adalah merupakan respons dari orang banyak tentang hal apa yang terjadi itu, sebagian ada yang tercengang dan berkata apa yang terjadi ini, tetapi sebagian malah menghujat dengan berkata bahwa “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis”. Anggur manis (γλευκουζ) adalah sari buah anggur yang beragi dan mengandung unsur yang memabukkan.
Ayat 14 – 40, adalah berisi tentang kotbah Petrus yang sangat luar biasa sekali. Pada saat Petrus berkotbah dia tidak menggunakan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh para pendengarnya. Dia menggunakan bahasa Aram yaitu bahasa yang mereka pergunakan sehari-hari. Kotbah Petrus itu paling tidak berisi tiga penjelasan:
Ia Menjelaskan apa yang sedang terjadi: Roh Kudus sudah datang (ay. 14-21). Ayat 14 ini memperlihatkan kepemimpinan Petrus yang disertai dengan wibawa yang dari Allah Roh Kudus. Selanjutnya pada ayat yang 15 Petrus menjelaskan bahwa orang-orang percaya itu bukan sedang mabuk anggur manis sebab waktu itu masih jam sembilan pagi. Petrus menjelaskan demikian sebab sebelum jam sembilan pagi pada hari Sabat atau hari raya lainya orang-orang Yahudi Ortodoks tidak akan makan atau minum dan biasanya mereka tidak akan minum anggur kecuali kalau sedang makan. Secara umum orang Yahudi tidak akan minum anggur di pagi hari lihat Pengkotbah 10:16. selanjutnya pada ayat 16 Petrus engatakan bahwa apa yang sedang terjadi itu sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, sebagaimana kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi sangat menjung-jung tinggi Perjanjian Lama. Kemudian yang Petrus maksud tentang hari-hari terakhir dalam ayat 17 adalah εν ται εσχαταιζ adalah menunjuk pada zaman baru yang dinantikan oleh para nabi di Perjanjian Lama. Wiersbe menjelaskan bahwa hari-hari terakhir yang dimaksud adalah awal zaman baru dimana Allah menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi umat manusia. Kelanjutan dari ayat 17 ini ada kalimat Aku akan mencurahkan Roh-Ku keatas semua manusia, hal ini menekankan bahwa orang-orang yang akan mendapat berkat itu tanpa dibatasi oleh ras, suku dan bahasa, bukan hanya kepada orang-orang Yahudi saja tetapi tanpa terkecuali (semua manusia). Kemudian dalam ayat ini diikuti kata Nubuat, penglihatan, mimpi yang merupakan cara Allah untuk menyatakan Firman-Nya dalam zaman Perjanjian Lama. Menurut Yune Sune Park, seluruh kalimat ini mengandung makna bahwa dalam Perjanjian Baru, semua orang percaya akan memperoleh anugerah Roh Kudus. Jadi bukan hanya orang-orang khusus yang dapat meneria Firman seperti imam dan nabi-nabi dalam PL. dalam PB tidak ada imam atau nabi seperti pada zaman PL. Tuhan Yesuslah imam besar dan orang-orang percaya adalah imam-imam yang dapat berdiri dihadapan Allah (1Petrus 2:9).
Ia Memberitahukan tentang apa yang akan terjadi pada zaman akhir PB (ay 19-21) ayat ini menjelaskan tentang apa yang akan terjadi pada zaman akhir PB, Dimana akan terjadi perang (darah, api, gumpalan asap) dan berbagai bencana seperti perubahan matahari dan bulan sebagai tanda murka Allah. Petrus mengungkapkan hal ini adalah supaya pendengarnya ketakutan dan menyadari bahwa mereka butuh pertolongan, sebab tanda-tanda ini adalah merupakan ancaman kebinasaan yang sangat menakutkan bagi setiap orang. Tetapi barang siapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
Ia menjelaskan bagaimana Roh Kudus datang adalah karena Yesus Hidup (ay 22-35). Kita mengetahui bahwa berita tentang penangkapan, pengadilan dan penyaliban Yesus dari Nazaret sudah tersebar luas, dan orang-orang juga telah mendengar berita bohong bahwa para pengikut Yesus telah mencuri mayat-Nya untuk membuat orang berpikir bahwa Ia telah menggenapi janji-Nya dan telah bangkit dari anatara orang mati. Tetapi Petrus pada ayat 22 menjelaskan kebenaran kepada mereka: bahwa Yesus benar-benar telah bangkit dari antara orang mati, dan kebangkitan itu membuktikan bahwa Ia adalah Mesias. Selanjutnya Petrus memberikan beberapa bukti Yesus sudah bangkit , dan kemudian mengundang mereka agar percaya kepada Kristus dan diselamatkan. Bukti yang pertama adalah Pribadi Yesus Kristus sendiri. (ay 22-24) para pendengar Petrus mengetahui bahwa Yesus adalah pribadi yang nyata dari Nazaret, dan bahwa Ia telah melakukan banyak tanda dan mukjizat. Sebagian dari mereka pernah mendengar Dia berbicara dan memperhatikan kehidupan-Nya, bahkan mereka melihat Dia membangkitkan orang mati, namun mereka tidak menemukan kesalahan apapun pada-Nya – dan hal-hal ini tidak terjadi di tempat yang terpencil (Kisah Para Rasul 26:26). Kembali pada ayat 23 Petrus menunjukkan kesalahan dan dosa-dosa para pendengarnya, dimana mereka telah ikut menyerahkan Yesus dan bahkan membunuh-Nya dan bangsa itu disebut sebagai bangsa durhaka. Selanjutnya kata sengsara pada ayat 24 diterjemahkan sama dengan sakit melahirkan, dan itu berarti bahwa kubur adalah rahim yang melahirkan Yesus didalam kemuliaan kebangkitan. Bukti Perus yang kedua adalah nubuat Daud (ayat 25-31). Dia mengutip Mazmur 16:8-11, yaitu ayat yang jelas-jelas tidak dapat diterapkan kepada Daud sendiri karena ia telah mati dan dikuburkan. Daud sebagai nabi Allah menulis tentang Mesias, bahwa Nyawa-Nya tidak akan tetap berada dalam dunia orang mati (Hades), atau bahwa tubuh-Nya tidak akan tetap ada dan membusuk di kuburan. Bukti yang ketiga adalah kesaksian dari orang-orang percaya (ayat 33) sesudah kebangkitan-Nya, Yesus tidak menampakkan diri pada dunia pada umumnya, tetapi hanya kepada pengikut-pengikutNya, yang telah diberi amanat supaya mereka bersaksi kepada yang lain bahwa Dia hidup (Kisah Para Rasul 1:3,22). Sekarang jika kita melihat ketidak beranian para murid sebelum Dia bangkit dan dibandingkan dengan keberanian mereka setelah Yesus bangkit adalah sangat menakjubkan sekali. Apalagi pada masa itu berita mereka sangat dikecam oleh banyak orang dan kerap kali membawa mereka kepada penghakiman, tetapi karena Yesus benar-benar bangkit mereka tetap memberitakan hal tersebut tanpa ada rasa takut sedikitpun. Bukti Petrus yang keempat ialah Kehadiran Roh Kudus (ayat 33-36) ini adalah dasar pemkiran yang sangat baik dari Wiersbe: Jika Roh Kudus ada di dunia ini, maka Allahlah yang mengutus. Yoel mengumumkan bahwa pada suatu saat nanti Roh Kudus akan datang, dan Yesus sendiri berjanji untuk mengutus Roh Kudus kepada umat-Nya (Lukas 24:49; Yoh 14:26; Kisah Para Rasul 1:4). Tetapi bila Yesus tetap mati dan tidak bangkit, maka tidak akan dapat mengutus Roh Kudus yang dijanjikan-Nya; jadi Dia pasti hidup dan lebih daripada itu Dia tidak akan dapat mengutus Roh Kudus kalau Dia tidak kembali ke Surga. Untuk menunjang pernyaan ini Petrus mengutip Mazmur 110:1, satu ayat yang tidak dapat diterapkan kepada Daud sendiri. kesimpulan Petrus dari keempat bukti kebangkitan Kristus tersebut sekaligus juga menunjukkan dosa orang-orang Yahudi, dimana: Yesus adalah Mesias tetapi mereka telah menyalibkan Dia (Kisah Para Rasul 2:23). Petrus menunjukkan bahwa Israel telah mebunuh Mesiasnya sendiri! itu adalah dosa dan kejahatan yang terbesar sepanjang sejara! Kotbah Petrus in membuat para pendengarnya sangat ketakutan dan seolah-olah tidak ada harapan lagi bagi mereka untuk diselamatkan.
Ia menjelaskan mengapa hal itu terjadi: untuk menyelamatkan orang-orang berdosa (ayat 37-41). Sebelum bagian penutup kotbah Petrus, para pendengarnya telah ketakutan dan akhirnya mengajukan pertayaan: “Apakah yang harus kami perbuat saudara-saudara?” pertayaan lahir atas ketakutan yang sangat mendalam setelah mengetahui bahwa mereka adalah orang yang sangat berdosa dan tidak terampunkan. Kemudian Petrus memberitahukan kepada mereka bagaimana agar diselamatkan: mereka harus bertobat dari dosa-dosa mereka dan percaya kepada Yesus Kristus. Kemudian mereka mereka juga dihimbau untuk membuktikan ketulsan pertobatan dan iman mereka dengan cara di baptis dalam nama Yesus Kristus. Terjemahan bahasa Indonesia Kisah Para rasul 2:38 menyiratkan bahwa orang harus di baptis agar diselamatkan. Pada hal dalam bahasa aslinya: untuk pengampunan dosamu, kata untuk disini memakai kata eis yang mempunyai arti atas dasar (karena). Jadi seharusnya ayat 38 diterjemahkan demikian: “…Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu di baptis dalam nama Yesus Kristus atas dasar (karena) pengapunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Memang jika kita mempelajari Kisah Para Rasul ini secara keseluruhan maka kita akan melihat bahwa yang merupakan keinginan yang pertama dari orang yang sudah diselamatkan adalah meminta diri di baptis. Hampir tidak ditemukan dalam Kisah Para Rasul bahwa ada orang yag bertobat tetapi tidak dibaptis. Berikut ini adalah kutipan dari kotbah Dr. Criswel mengenai hal itu:
Sekarang kita akan masuk pada suatu diskusi dari kitab yang menjelaskan tentang baptisan. Yang dilakukan Filipus, dimana setelah Sida-sida yang dilayaninnya Percaya kepada Kristus maka dia langsung meminta supaya dia di baptis dan Filipus menjawab dengan berkata, " Jika tuan percaya dengan segenap hati boleh” [ Kisah Para Rasul 8:37]. Ada satu dan hanya satu persyaratan, satu kondisi supaya bisa dibaptis bahwa kita dengan sengaja mau, dan memilih secara terbuka, tanpa malu-malu mengaku iman kita di dalam Yesus Kristus Anak Allah sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita. Tidak ada kondisi yang lain. Tetapi kondisi itu, akan selalu diikuti dengan baptisan. Sekarang mari kita mengambil kedua kemungkinan. Seperti di dalam Perjanjian Baru, tidak ada seseorang yang percaya tidak dibaptis. Sekarang, yang diluar itu adalah—dalam Perjanjian Baru bagian yang lain tidak ada yang dibaptis yang ternyata belum percaya. Dalam pasal yang kedua Kisah Para rasul, menanggapi pentakosta yang besar yang terjadi di Yerusalem: " Kemudian dengan gembira mereka menerima Firman, kemudian memberi diri dibaptis: dan pada hari itu Tuhan menambahkan jumlah mereka yang dikuduskan menjadi tiga ribu jiwa " [ Kisah Para Rasul 2:42]. Di dalam pasal delapan Kisah Para Rasul, ada tiga peristiwa menyangkut iman dan baptisan itu . Kebangunan Rohani yang terjadi bagi orang-orang Samaria, mereka percaya dan kemudian mereka dibaptis. Simon orang Majus percaya dan ia memberi diri dibaptis. Dan peristiwa yang ketiga dalam Kisah Para Rasul lihatlah di dalam teks ini, “Jika tuan percaya dengan segenap hati” dan dia berkata “Aku percaya” dan kemudian mereka turun ke dalam air dan dia dibaptiskan. Masuk kedalam pasal yang kesembilan Kisah Para Rasul, Saulus mengalami pertobatan yang sangat drastis dan dengan seketika, diatas pengakuan imannya, dia dibaptis. Masuk lembaran pada fasal yang kesepuluh Kisah Para Rasul, disana kita akan menemui cerita tentang kebangunan rohani di Kaisarea dengan cerita tentang Cornelius, pada masa Romawi. Dan diatas kepercayaan mereka, Simon Petrus bertanya " Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sebab mereka telah sama dengan kita?” [ Kisah Para Rasul 10:47]. Kita masuk pada halaman fasal yang ke enam belas Kisah Para Rasul dan di sana kita temui ada dua yang di baptis. Lydia seorang yang percaya—dia adalah penjual kain ungu dari Tiatira, Lydia percaya dan dia dibaptis. Dan di dalam fasal yang sama, sipir penjara (penjaga penjara) Filipi menerima Tuhan sebagai Juru Selamat nya dan malam itu, dengan seketika ia dibaptis. Kemudian masuk pada fasal yang ke delapan belas Kisah Para Rasul tentang Kebangunan Rohani di bawah pelayanan Paulus di Korintus, Crispus seorang, kepala rumah ibadat—dia adalah pemimpin Synagoge bertobat. Dan ia dibaptis. Masuk pada fasal sembilan belas Kisah Para Rasul, ada dua belas para murid Yohanes yang salah mengerti dengan pengajaran Firman Tuhan dengan sempurna dan dengan seketika mereka dibaptis. Tidak ada yang terkecuali dari penyataan Firman Allah. (Dikutip dari Kotbah Dr. W.A. Criswell, pada tanggal 28:08-1977 di Gereja First Baptist Dallas)


D. Kehidupan Gereja Mula-Mula (2:42-47)

Menurut Wiersbe bahwa orang-orang percaya masih terus menggunakan Bait Allah sebagai tempat mereka berjemaat dan melayani; disamping itu mereka juga bersekutu di rumah-rumah. Ke- 3000 orang yang baru bertobat itu memerlukan bimbingan di dalam Firman Allah dan persekutuan dengan umat Allah supaya mereka dapat bertumbuh dan menjadi saksi yang efektf. Satu hal yang perlu diteladani oleh gereja masa kini dari gereja mula-mula, dimana gereja mula-mula bukan hanya menjemaatkan orang-orang yang sudah bertobat, tetap juga memuridkannya agar menjadi saksi bagi Kristus yang efektif. Dalam ayat 42 ini kita juga menjumpai kata “memecahkan roti” ini lebih mengacu kepada makan bersama. Dan setelah itu mereka sejenak mengingat Tuhan dengan apa yang kita sebut “Perjamuan Tuhan.” Roti dan anggur adalah hal-hal yang biasa ada di meja makan orang Yahudi. Kata persekutuan mempunyai arti lebih dari sekedar “berkumpul.” Hal itu berarti memiliki kebersamaan dan mungkin mengacu kepada saling berbagi harta tetapi harus diingat bahwa apa yang dilakukan dalam persekutuan gereja mula-mula ini tidaklah sama dengan komunisme modern, karena program itu mereka lakukan secara sukarela, bersifat sementara dan digerakkan oleh kasih. Bukan karena paksaan, dan bukan karena dorongan politik.
Di bawah ini ada beberapa karakteristik Gereja mula-mula, yaitu: bersatu (2:44), disukai oleh banyak orang (ay, 47a), berkembang (ay, 47b), Mempunyai kesaksian yang kuat diantara orang-orang Yahudi yang belum diselamatkan, Mereka bersekutu setiap hari (Kisah Para Rasul 2:46), melayani setiap hari (Kisah Para Rasul 6:1), memenangkan jiwa setiap hari (2:47), dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari (Kisah Para Rasul 17:11).
Kemudian sebelum kita melanjutkan pebahasan kita kepada fasal tiga, kita mengingat kembali bahwa janji Tuhan masih tetap berlaku: “Barang siapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan” (Kisah Para Rasul 2:21; Roma 10:13). Sudahkah anda berseru? Sudahkah anda percaya kepada Yesus Kristus untuk keselamatan diri anda?


II. Gereja Di Yerusalem (3:1 – 5:42)

Sampai pada fasal 3 ini kita melihat bahwa gereja mula-mula belum menunjukkan kecenderungan untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Orang-orang percaya yang pertama adalah orang-orang Yahudi yang sudah mengetahui kebenaran bahwa Yesus adalah penggenapan nubuatan PL. Bagian yang akan kita bahas ini merupakan episode tahun-tahun permulaan gereja mula-mula yang dilukiskan oleh Lukas.



A. Mukjizat dan khotbah Petrus (3:1-26)

Saat itu orang-orang percaya masih terikat pada Bait Allah, dan pada waktu-waktu doa tradisional (Mazmur 55:18; Daniel 6:10; Kisah Para Rasul 10:30). Selanjutnya jika kita melihat Kisah Para Rasul 1-10 adalah menggambarkan satu perubahan pemberitaan Injil yang berangsur-angsur dari Israel ke non Israel, dan dari kekristenan Yahudi (Kisah Para Rasul 21:20) kepada “satu tubuh” yang terdiri dari orang Yahudi dan non Yahudi. Perlu waktu yang cukup supaya orang-orang Yahudi yang percaya dapat benar-benar memahami tempat orang-orang non Yahudi dalam program Allah dan pemahaman ini terjadi melalui banyak pertentangan.
Kisah Para Rasul 3:1-26, sangat penting kita pahami terutama dalam hal penyampaian dan isi kotbah dari para Rasul kepada orang-orang Yahudi yang sangat berhasil dan akhirnya mengakibatkan permusuhan pertama dari para pemimpin Yahudi.
Pada ayat 1 terlihat nama Petrus dan Yohanes, dimana kedua orang ini sering disebut sebagai rasul yang utama dalam gereja mula-mula. Kedua tokoh ini sering terlihat secara bersama-sama dalam kitab suci, mereka adalah rekan seprofesi. Sebelum menjadi murid Yesus, yaitu sebagai penangkap ikan (Lukas 5:10); mereka sama-sama mempersiapkan jamuan paskah terakhir bagi Tuhan Yesus (Lukas 22:8); mereka sama-sama berlari ke pekuburan pada hari kebangkitan Yesus (Yoh 20:3-4) dan mereka melayani orang-orang Samaria yang percaya kepada Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 8:14), sekarang setelah mereka penuh dengan Roh Kudus. Rasul-rasul ini tidak lagi bersaing untuk menjadi yang terbesar, melainkan bekerja bersama-sama dengan setia untuk membangun gereja. Pada fasal 3:1 kedua rasul ini terlihat masih melanjutkan kebiasaan menyembah Allah secara Yahudi di Bait Allah. Pukul tiga petang merupakan saat berdoa dan mempersembahkan kurban malam hari.
Kemudian dalam ayat 2, kita menemui kata “Orang lumpuh sejak lahirnya”. Kata ini menekankan bahwa penyakit kelumpuhan itu bukan penyakit yang mudah disembuhkan, atau barangkali lebih tepatnya disebut bahwa penyakit itu tidak akan bisa disembuh oleh medis. Orang lumpuh itu diusung dan diletakkan di pintu gerbang indah untuk mengharapkan pemberian sedekah, bukan yang bersifat rohani tetapi lebih bersifat materi. Hal ini juga banyak terjadi pada masa kini, banyak orang pergi ke gereja bukan untuk mendapatkan hal-hal rohani tetapi ingin mendapatkan berkat materi saja, namun yang berbeda disini adalah bahwa Petrus hamba Tuhan itu memberitakan kepadanya bahwa yang paling berharga baginya adalah Kristus dan dia menyuruh orang lumpuh itu untuk bangkit, dia percaya dan dia menuruti Petrus untuk berdiri, walaupun memang dengan bantuan tangan Petrus. Sedangkan dalam gereja masa kini, banyak orang datang gereja dengan motivasi ingin mendapatkan berkat materi dan ternyata pengkotbahnya juga mengkotbahkan hal-hal yang materi, sekarang ada banyak pendeta hanya berkotbah bagaimana supaya sukses dalam dunia usaha. Tentu hal-hal seperti ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Rasul Petrus. Rasul Petrus tahu bahwa ada orang yang ingin mendapatkan kesembuhan badani, tetapi dia membimbingnya untuk menerima kesembuhan rohani, yaitu sembuh dari penyakit dosa melalui percaya kepada Kristus dan setelah itu kesembuhan badani mengikutinnya.
Ayat 3-4 menceritakan bahwa orang lumpuh itu melihat Petrus dan Yohanes mau berjalan melewati tempat dimana si orang lumpuh itu diletakkan, kemudian orang lumpuh itu berkata “lihatlah kepada kami” melalui perkataan itu terjadilah kontak mata, antara Petrus dengan dia. Kontak mata selalu penting, dimana biasanya kontak kepribadian bisa timbul karena dimulai dengan kontak mata. Petrus dan Yohanes perlu menatap orang lumpuh itu, demikian juga dengan orang lumpuh itu perlu juga menatap kedua rasul itu. Tetapi kita jangan sampai mengatakan bahwa kuasa Tuhan terjadi karena tatapan mata Petrus. Kita lebih setuju mengatakan bahwa pelayanan yang berhasil adalah pelayanan dimana pelayan dan yang dilayani ada dalam perhatian yang penuh.
Pada ayat 5-6 ini terlihat bahwa orang lumpuh itu mendapatkan yang jauh lebih besar daripada apa yang dia harapkan. Perkataan Petrus “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai ku berikan kepadamu” perkataan ini menunjukkan kematangan rohani Petrus, dia kaya dalam hal rohani. Perkataan itu juga menggambarkan bahwa betapa Petrus menempatkan Yesus yang paling berharga dalam hidupnya. Kita sering berkata bahwa kita lebih menghargai Kristus lebih dari segala sesuatunya, tetapi kadang kala kita lupa dan kadang kita sudah lebih menghargai emas dan perak atau hal-hal duniawi lainnya. Petrus juga mengalami kepuasan hidup di dalam Kristus sehingga dia selalu memberitakan nama Kristus itu. Dalam ayat ini juga Petrus berkata “Demi nama Yesus Kristus orang Nazareth itu berjalanlah” perintah ini menunjukkan keyakinan dari Petrus pada kuasa Kristus. Petrus memakai kata yang pendek tetapi memiliki kuasa yang luar biasa.
Ayat 7 menjelaskan bahwa Allah menyembuhkan orang lumpuh itu, dan pada ayat ini juga terlihat bahwa Petrus memiliki keyakinan yang kuat, dia yakin bahwa orang lumpuh itu akan sembuh. Lebih lanjut kita akan terpesona membaca ayat 8, dimana yang lumpuh sejak lahirnya itu melonjak dan memuji-muji Tuhan. Pada ayat 9-10 dijelaskan bahwa semua rakyat melihat dia takjub dan heran. Pada kesempatan seperti itu, Petrus belum puas sebab apa yang paling di inginkannya bukanlah supaya orang lain mengetahui bahwa Yesus adalah penyembuh, tetapi Petrus mau menjelaskan bahwa Yesuslah satu-satunya juruselamat.
Peristiwa yang terjadi pada ayat 9-10 itu, membuat orang-orang ramai mengerumuni Petrus. Keadaan seperti ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi Petrus untuk berkotbah tentang Injil. Pada ayat 12, Petrus menjelaskan bahwa apa yang terjadi kepada orang lumpuh itu bukan karena kehebatan dan kuasa Petrus tetapi murni hanya karena kuasa Allah. Hal ini menjadi pelajaran bagi para pengkotbah dan pelayan Tuhan, dimana mukjizat yang benar seharusnya hanya meninggikan nama Tuhan, bukan pengkotbahnya.
Kemudian pada ayat 13 Petrus menegaskan bahwa Allah Israel, yaitu Allah yang dipercaya oleh nenek moyang merekalah yang menyembuhkan orang lumpuh itu. Maksudnya bahwa mukjizat itu adalah pekerjaan Allah yang dikenal oleh orang Israel sejak dahulu, yaitu Abraham Ishak dan Yakub yang seharusnya sudah mereka percayai oleh karena janji-janjin-Nya kepada mereka (12-13). Ayat ini juga menjelaskan bahwa mukjizat itu terjadi oleh karena Kristus adalah penggenapan nubuatan nabi-nabi sejak dahulu (21-24). Oleh karena itu kedatangan Krstus sebenarnya bukanlah sesuatu yang aneh untuk mereka percayai, sebab kedatangan-Nya adalah penggenapan janji Allah. Petrus menjelaskan bahwa orang Israel harus percaya kepada Allah dan hamba-Nya yaitu Yesus yang telah menyembuhkan orang lumpuh itu. Kata hamba-Nya dikutip dari Yesaya 52:13-53, yaitu nama Mesias. Petrus menyebut Yesus sebagai hamba karena penderitaan-Nya yang tertulis dalam ayat 13-15, dimana Dia merendahkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba seperti yang dijelaskan dalam Filipi 2:7 khotbah Petrus ini bukan hanya menjelaskan fakta tentang Kristus, tetapi juga menegor dosa-dosa mereka, yaitu tentang apa yang telah mereka lakukan kepada Yesus. Mereka bukan hanya menyerahkan Yesus kepada Filatus untuk di hakimi, tetapi mereka juga menolak anjuran Filatus dan mencegah Filatus untuk melepaskan Yesus. Dosa mereka adalah merupakan dosa yang sangat keji yang selama ini tidak mereka perhatikan. Selama ini mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan tindakan yang benar dengan menyalibkan Yesus, ternyata itu adalah dosa yang sangat besar. Kemudian di ayat 14 menjelaskan lebih dalam lagi dimana tindakan mereka adalah merupakan penghianatan yang keji terhadap kebenaran, yaitu mereka membunuh Yesus yang benar dan membebaskan si pembunuh. Dalam PL Mesias sering disebut sebagai yang Kudus dan yang Benar (Yesaya 53:11; Yeremia 33:15). Bandingkan dengan Yohanes 6:69; Kisah Para Rasul 7:52; 22:14; 1 Yohanes 2:1).
Selanjutnya fasal 3:15, merupakan bagan isi kotbah Petrus yang sangat penting, disini Petrus sedang memperlihatkan dosa-dosa para pendengarnya kembali dengan lebih tegas, dimana mereka telah membunuh Yesus yaitu Dia yang Petrus sebut sebagai yang meminpin kepada hidup, “Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup telah kamu bunuh…” ini menunjukkan betapa besarnya dosa mereka. Mereka telah menolak dan membunuh Tuhan yang memberi kehidupan kepada manusia. Selanjutnya ayat ini juga berkata “…tetapi Allah telah membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Berita ini juga sebenarnya bernuansa penghakiman Allah terhadap ketidakbenaran orang Yahudi. Kebangkitan Yesus adalah kebenaran yang terbukti sendiri. Kemudian dalam ayat 15 ini juga Petrus berkata “Tentang hal itu kami adalah saksi,” perlu kita ingat bahwa persyaratan sebagai rasul Kristus adalah orang yang melihat dan menyaksikan kebangkitan Yesus dengan mata sendiri. Kata bersaksi dalam bahasaYunani μαρτυρια itu selalu ada hubungannya dengan martir, artinya bahwa setiap oeang yang menjadi saksi bagi Kristus harus siap menjadi martir.
Pada ayat 16, menjelaskan bahwa kepercayaan dalam nama Yesus telah memberi kesembuhan kepada orang lumpuh itu. Petrus beriman kepada Yesus, tetapi orang lumpuh itu sepertinya tidak memiliki iman yang sama dengan Petrus, tetapi ia mentaati Petrus yang beriman, itu berarti bahwa akhirnya orang lumpuh itu juga percaya pada apa yang dipercaya Petrus (dia juga beriman). Kemudian dilanjutkan dengan ayat 17, dimana Petrus seolah memberikan penghiburan kepada para pendengarnya dia berkata “Kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan,” ini merupakan kalimat yang menghibur dan memberi pengharapan kepada orang-orang berdosa yang membunuh Yesus Kristus Anak Allah, mereka mempunyai kesempatan untuk bertobat dengan kata-kata yang menghiburkan. “Kamu telah berbuat demikin karena ketidaktahuan,” perkataan ini bukan berarti bahwa mereka dianggap tidak berdosa. Tindakan mereka tetap dosa meskipun dilakukan karena ketidaktahuan. Hanya disini Petrus menegor mereka dengan lembut.
Pada ayat 18, Petrus menjelaskan bahwa penderitaan Mesias adalah penggenapan nubuatan, bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Memang dalam Perjanjian Lama hal itu tidak di jelaskan secara gamblang. Namun dalam bagian ini Petrus menjelaskannya dengan menunjukkan bahwa Hamba yang menderita (Yesaya 53) adalah mengacu kepada penderitaan-Nya. Selanjutnya pada ayat 19-21 Petrus menantang orang-orang Yahudi agar bertobat dari dosa-dosa mereka dan berbalik kepada Allah. Ini akan berarti mengubah pandangan mereka tentang Yesus dan mengakui Dia sebagai Mesias Allah. Hasilnya akan berupa kenyataan bahwa dosa mereka dihapuskan dan mereka dapat menikmati waktu kelegaan yang dijanjikan oleh nabi-nabi Perjanjian Lama, yang mengacu kepada kedatangan Tuhan yang kedua kali. Lebih lanjut kata Pemulihan segala sesuatu (αποκαταστασεωζ) adalah juga menunjuk kepada kemuliaan yang akan terjadi pada waktu Yesus datang kedua kali, pada waktu itu semua mahluk akan menjadi baru, itulah kemuliaan (3:21).
Ayat 22, merupakan lanjutan dari ayat 21, dimana pada ayat 21 telah dikatakan tentang waktu Yesus tinggal di sorga sampai pemulihan segala sesuatunnya. Waktu yang dimaksud disini mengacu pada masa Perjanjian Baru, yaitu waktu bagi jemaat untuk percaya kepada-Nya. Musa telah membicarakan tentang masa itu (PB) dalam Ulangan 18:15 dikatakan “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; Dialah yang harus kamu dengarkan” ayat ini telah digenapi dalam Kristus. Nabi (yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah Yesus) adalah pengantara manusia dengan Allah (1Tim 2:5). Jika kita mengadakan penelitian antara Musa dan Yesus Kristus, memang memiliki banyak persamaan dimana: Musa memimpin umat Tuhan dengan Firman dan Roh Kudus, bukan dengan pedang. Hidup matinya Umat Allah bergantung pada Firman Allah yang disampaikan Musa. Demikian pula Mesias memimpin jemaat dengan Firman dan Roh Kudus, hidup atau matinya jemaat bergantung pada Firman Mesias. Selanjutnya ayat 23 menjelaskan bahwa orang yang tidak mendengar Nabi itu (ada ke khususan disini, yaitu Kristus) akan binasa sampai kekal.
Ayat 24, mengatakan bahwa semua nabi termasuk Musa telah menubuatkan kedatangan Mesias dan hal itu telah digenapi. Nubuatan tentang Mesias bukan hanya bersifat lisan, tetapi semua acara, peraturan dan bahan-bahan untuk korban dalam Perjanjian Lama adalah melambangkan zaman Mesias, yang merupakan nubuat Mesianis. GZ. Berkouwer mengatakan, “Nubuat tentang Mesias dalam PL, bukan sekedar nubuat yang berulang kali, melainkan seluruh karya penggenapan Allah mengandung karya Mesianis, sehingga jika kita tidak menggabungkan PL dengan PB kita tidak dapat memahami Firman Allah” (G.Z. Berkouer, The Person Of Christ)
Dalam ayat 25, kata kamu sangat ditekankan oleh Petrus, dengan maksud agar mereka mempercayai Tuhan Yesus Kristus. Selanjutnya Petrus mengungkapkan tentang Janji Allah kepada Abraham, yang terdapat dalam Kejadian 12:3; 22:18; 26:4; 28:14. di dalam Kejadian 12:3 tertulis “…dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat,” ini menunjukkan tentang keselamatan yang bersifat universal. Kejadian 22:18 “… Oleh keturunanmulah semua bangsa dimuka bumi akan mendapat berkat.” Jadi dalam ayat 25 ini Petrus menjelaskan tentang penggenapan janji Allah di dalam Yesus Kristus dan mengundang mereka untuk bertobat.
Pada ayat 26 ini Petrus menjelaskan betapa Allah sangat mengasihi bangsa itu, dimana Allah membangkitkan Yesus dan mengutus-Nya kepada mereka, supaya mereka mendapat berkat dan supaya mereka masing-masing kembali dari segala kejahatan mereka. Istilah Hamba-Nya dalam ayat ini adalah menunjukkan ketaatan Mesias untuk menggenapi kehendak Allah.





B. Perlawanan pertama dari para pemimpin Yahudi (4:1-37)

Dalam buku Wycliffe Bible Commentary disebut bahwa salah satu tujuan utama dari penulisan kitab Kisah Para Rasul adalah menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi yang telah menolak dan menyalibkan Yesus melanjutkan pemberontakan mereka terhadap Allah dengan menolak Injil tentang Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga, sebagaimana telah diberitakan oleh para rasul.
Fasal 4:1-37 ini membahas awal penenatangan dari para pemimpin Yahudi. Ayat 1dan 2, memberitahukan dimana Imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah, serta orang-orang Saduki, sangat marah karena rasul-rasul itu mengajar bahwa dalam nama Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. Imam-imam yang dimaksud disini lebih tepatnya ditafsirkan sebagai anggota golongan Imam dari golongan Saduki. Golongan ini adalah yang tidak sepakat dengan golongan Farisi mengenai penafsiran hukum Taurat dan juga menolak doktrin tentang kebangkitan, dan menolak doktrin tentang adanya malaikat dan setan. Tetapi dalam ayat ini Orang-orang Saduki lebih jelas dianggap sebagai orang-orang yang sepaham dengan Imam-Imam dari golongan Saduki. Sementara kepala pengawal Bait Allah adalah seorang pejabat tinggi yang kekuasaan-Nya berada langsung di bawah imam besar dan bertanggung jawab atas pemeliharaan ketenangan dan keteraturan Bait Allah. Dalam ayat ini, kita juga menemukan kata sangat marah διαπονουμενοι diterjemahkan being distressed, dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai suatu perasaan yang tidak suka, atau sangat sakit hati. Imam-imam merasa sakit hati karena kuasa rasul-rasul yang mengajar orang banyak itu bertentangan dengan kuasa yang mereka miliki. Orang-orang saduki sangat marah atas pemberitaan rasul-rasul tentang kebangkitan Yesus, karena mereka tidak mempercayai adanya kebangkitan. Selanjutnya pada ayat 3 terlihatlah reaksi imam-imam dan orang-orang saduki itu, dimana Petrus dan Yohanes ditangkap dan dimasukkan kedalam penjara. Peraturan Rabi Yahudi melarang adanya pemeriksaan di malam hari, oleh karena itu rasul-rasul di tahan pada malam itu di penjara. Kemudian ayat 4 menjelaskan tentang akibat dari khotbah dan berita penahanan itu, dimana jumlah orang percaya semakin meningkat. Hal ini jelas sekali menunjukkan bahwa pelayanan rasul-rasul itu berhasil bukan karena apa yang mereka katakan tetapi juga dipengaruhi oleh kesaksian hidup mereka yang kokoh di dalam apa yang mereka ajarkan. Mereka rela di penjara demi Injil.
Sidang yang dimaksud dalam ayat 5 dan 6 adalah merupakan sidang tertinggi bagi orang Yahudi. Sidang yang sama, beberapa bulan sebelumnya sudah menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus, (bandingkan dengan ayat 15). Sidang ini terdiri dari pemimpin-pemimpin Yahudi atau para imam, tua-tua dan ahli-ahli Taurat. Yang merupakan guru professional tentang Perjanjian Lama. Murid-murid mereka dinamakan orang-orang Farisi. Ketika itu Imam besar yang bertugas adalah Kayafas dan ia juga pimpinan Sanhedrin. Ayah mertuanya Hanas, adalah mantan Imam besar dan kini merupakan semacam pejabat senior. Menurut Wiersbe Mahkamah Agama yang berkumpul pada waktu itu (ayat 5-7), pada dasarnya terdiri dari keluarga Imam besar, karena pada waktu itu system agama Yahudi sudah begitu bobrok, sehingga jabatan-jabatan agama dialihkan dari anggota keluarga yang satu kepada anggota keluarga yang lain tanpa menghormati Firman Allah. Ketika Hanas berhenti dari jabatan ke imaman maka Kayafas menantunya dipilih untuk menempati jabatan itu. (Warren Wiersbi: Dinamis Di dalam Kristus, halaman 48). Penjelasan Wiersbe diatas kira-kira memberitahukan gambaran tentang siapa yang bernama Yohanes dan Alexander yang ikut dalam persidangan itu, dimana mereka itu kemungkinan besarnya adalah keluarga imam besar. Kemudian ayat 7, Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada sidang Sanhedrin dan dituntut untuk mengatakan dengan kuasa siapa mereka bertindak seperti itu, mereka adalah orang awam, tetapi mengapa mereka berani mengajar dan berkotbah. Kemudian diayat 8, dikatakan bahwa Petrus penuh dengan Roh Kudus, oleh sebab itu dia berbicara dengan begitu berani dan penuh dengan hikmat. Di ayat 9 Petrus dengan hikmat Ilahi seakan menanyakan kembali mengapa mereka diadili karena melakukan kebajikan, bukankah yang diadili seharusnya adalah tindakan kejahatan. Cara Petrus ini sangat baik sekali di terapkan dalam situasi dimana jika kita dalam keadaan dipojokkan karena kebenaran. Dia tidak marah, tetapi dia menunjukkan kesalahan dari si penuntut, lalu kemudian dia menjelaskan lebih rinci dalam ayat yang selanjutnya. Pada ayat 10 Petrus menjelaskan mengenai bagaimana mukjizat itu terjadi. Sebenarnya kemungkinan besar para anggota Sanhedrin sudah berkali-kali melihat pengemis lumpuh itu. Sebab itu ada pertayaan yang besar bagi mereka bagaimana orang itu disembuhkan? Petrus menjawab “Dalam Nama Yesus Kristus, Orang Nazaret” perkataan Petrus ini pasti sangat melukai hati para anggota Mahkamah Agama itu, mereka berpikir bahwa setelah Yesus mati dan dikuburkan maka semuanya langsung beres. Tetapi ternyata murid-murid-Nya memproklamirkan bahwa Dia hidup. Kita tahu bahwa orang-orang Saduki tidak percaya adanya kebangkitan orang mati, tetapi Petrus tetap memberitahukan kebenaran, dia tidak takut sedikitpun meskipun mereka sedang dalam ancaman penjara dan hukuman mati. Sikap ini adalah sikap dari hamba Tuhan yang sangat mengasihi Tuhan, dimana dia tidak mau berkompromi demi mencari aman.
Ayat 11 adalah penjelasan Petrus yang lebih dalam, dia mengutip dari Mazmur 118:22. Petrus berkata bahwa Yesus adalah Batu Penjuru yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, sementara tukang bangunan yang dimaksud adalah orang-orang yang duduk di depan Petrus itu sendiri, yaitu para anggota sidang Sanhedrin. Hal ini juga menunjukkan keberanian Petrus yang mengemukakan secara langsung tentang dosa mereka, yaitu membunuh Yesus. Dalam ayat ini Petrus melambangkan Yesus sebagai batu penjuru.
Batu bukanlah hal yang baru bagi orang-orang yang ahli dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Mereka tahu bahwa batu karang adalah lambang dari Allah (Ulangan 32:4,15,18,31; 2 Samuel 22:2; Mazmur 18:3; Yesaya 28:16), Nabi Daniel juga telah menggunakan istilah batu karang untuk menggambarkan Mesias dan kedatangan Kerajaan-Nya di dunia (Daniel 2:31-45). Orang Yahudi tersandung pada batu ini dan menolak Dia seperti yang dinubuatkan dalam Mazmur 118:22. Namun bagi mereka yang percaya kepada-Nya, Yesus Kristus adalah batu penjuru yang berharga. Menurut Yune Sune Park secara literalnya batu penjuru adalah batu yang menyambungkan dua tembok Bait Allah. Batu tersebut merupakan batu fondasi.
Kemudian dalam ayat 12, Petrus menjelaskan bahwa batu penjuru itu adalah Juru selamat. Petrus juga memandang penyembuhan si pengemis sebagai gambaran kesembuhan rohani yang membawa kepada keselamatan. Menurut Wiersbe kata disembuhkan dalam ayat 9 yang sudah kita bahas sebelumnya adalah memakai kata Yunani yang sama diterjemahkan sebagai keselamatan dalam ayat 12, karena keselamatan berarti kesembuhan dari penyakit rohani. Yesus Kristus adalah Dokter Agung, yaitu satu-satunya dokter yang dapat menyembuhkan penyakit manusia yang terbesar, yaitu penyakit dosa. (Markus 2:14-17). Pada waktu Petrus berbicara dia mengingat semua umat Israel (Kisah Para Rasul 4:10), sebab berita itu masih khusus ditujukan kepada orang Yahudi. Bahkan Mazmur 118 yang dikutip oleh Petrus adalah berbicara tentang keselamatan bagi umat Israel pada masa yang akan datang.
Pada ayat 13-14, kita melihat bahwa ada tiga hal yang menyebabkan anggota sidang itu tutup mulut, dan tidak dapat berbuat apa-apa untuk membantah apa yang dikatakan Petrus, antara lain: (1) Rasul-rasul yang bukan orang terpelajar itu dapat berkata-kata dengan berani dan terus terang, ini bisa kita lihat dalam ayat 13a. (2) Karena rasul-rasul itu adalah murid Yesus Kristus, ini dapat kita lihat dalam ayat 13b mereka dapat berkata-kata dengan berani karena di pimpin oleh Yesus. (3) orang yang lumpuh yang sembuh itu telah menjadi saksi yang nyata di depan mata mereka, dimana dia berdiri disamping rasul-rasul itu, ini terlihat dalam ayat 14.
Ayat 15 menceritakan bahwa setelah mereka menyuruh rasul-rasul itu disuruh sementara untuk meninggalkan ruang sidang mereka masih mengadakan rapat tertutup. Ini memperlihatkan perbedaan yang sangat menyolok, dimana rasul-rasul itu berbicara secara terus terang dihadapan banyak orang secara umum, tetapi sebaliknya anggota sidang itu mengadakan pertemuan rahasia. Ini dapat digambarkan sebagai perbedaan antara terang dan gelap. Kebenaran selalu terang dan adil, tetapi ketidak benaran selalu keji dan licik. Selanjutnya dalam sidang tertutup itu ada indikasi bahwa mereka mau menyangkali mukjizat yang telah terjadi itu, tetapi mereka tidak dapat karena telah tersebar kepada seluruh penduduk Yerusalem. Jika kejadian itu tersebar sedemikian mereka tentu akan menutupinya meskipun hal itu benar dan nyata. Selanjutnya ayat 17-18 adalah memberitahukan bahwa sidang Sanhedrin itu akhirnya memutuskan untuk mengancam rasul-rasul supaya tidak berbicara lagi dengan siapapun dalam nama itu (dalam nama Yesus). Selanjutnya pada ayat 19 dan 20 para rasul itu memberi jawaban yang tajam dan benar. Petrus berkata “Silahkan kamu putuskan sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah, sebab tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang kami lihat dan yang telah kami dengar.” Para rasul itu lebih memilih taat kepada Allah daripada kepada manusia. Selanjutnya ayat 21-22 disebutkan bahwa sidang itu tidak mempunyai alasan untuk menghukum rasul Petrus dan Yohanes, akhirnya mereka semakin keras mengancam rasul-rasul itu supaya tidak berbicara lagi dalam Nama Yesus. Anggota sidang itu bertindak demikian karena mereka takut akan semakin banyak lagi orang yang memuliakan nama Tuhan karena apa yang telah terjadi itu, dimana orang yang lumpuh sejak lahirnya itu sudah berumur lebih dari empat puluh tahun, dengan demikian penyakit ini adalah penyakit yang tidak mungkin bisa di sembuhkan oleh manusia.
Ayat 23-24, menceritakan dimana setelah Petrus dan Yohanes meninggalkan ruang sidang itu, mereka menemui teman-teman mereka (rasul-rasul lain). Hal ini membuktikan dimana sesama pelayan dan umat Tuhan membutuhkan persatuan dan butuh untuk saling menguatkan. Di dalam doa, mereka menyebut Allah dengan kata Δεσποτα (dalam AV, disebut Master) biasa di terjemahkan tuan. Dalam penggunaanya kata ini biasanya digunakan untuk panggilan seorang budak kepada tuannya atau panggilan seorang budak kepada majikannya. Jadi dengan demikian para rasul berseru kepada nama Tuhan dengan menganggap diri mereka sebagai hamba atau budak dan telah memutuskan untuk selalu menaati tuannya yaitu Yesus Kristus. Mereka juga menyebut Allah sebagai pencipta langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dengan demikian kita mengetahui iman mereka, dimana mereka percaya bahwa Allahlah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya dan oleh karena itu juga mereka percaya bahwa Allah berkuasa untuk menjawab doa mereka.
Ayat 25-26 sebagian merupakan kutipan dari Mazmur 2:1, melalui kutipan ini Rasul-rasul berseru kepada nama Tuhan sesuai dengan yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Jika di ayat 23-24 di gambarkan bahwa Allah berfirman melalui ciptaan-Nya dan ayat ini (25-26) menjelaskan bahwa Allah berfirman melalui firman-Nya yang tertulis yaitu Alkitab. Ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa kutipan dari Mazmur ini telah di genapi melalui penderitaan Yesus. Kita mengetahui bahwa bangsa-bangsa lain (banyak orang) terus menerus menentang Kristus bahkan sampai sekarang, mulai dari bangsa Romawi dan Yahudi yang menyalibkan Yesus, tetapi tindakan mereka sia-sia. Pertentangan kepada Injil adalah pertentangan terhadap Allah dan Injil akan lebih tersebar pada masa penganyiayaan.
Selanjutnya ayat 27-29 dijelaskan bahwa orang-orang percaya kembali menyebut Yesus sebagai “Hamba-Mu yang Kudus, yang juga adalah diurapi.” Para orang percaya yang berdoa itu mengidentifiksikan beberapa orang yang menjadi wakil dari banyak raja di bumi dan dari banyak pembesar-pembesar di bumi ini yang melawan Kristus Yesus, dimana Herodes Antipas yang adalah raja atas Yehuda dan Perea adalah mewakili raja-raja di bumi, Pontius Pilatus wali negeri Romawi bagi Yudea adalah mewakili para pembesar. Musuh-musuh lain di dalam Mazmur itu di identifikasikan sebagai bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel yang bangkit melawan Yesus Kristus. Tetapi dibalik semua tindakan manusia yang jahat itu, para rasul tahu bahwa semua itu adalah penggenapan dari semua yang telah ditentukan Allah. Dalam ayat ini kita juga melihat perkataan: “lihatlah bagaimana mereka mengancam kami” hal ini tidak berarti mereka meminta Allah untuk turut merasakan penderitaan mereka, melainkan memohon supaya Tuhan campur tangan, agar ancaman tindakan itu diubahkan menjadi penggenapan kehendak Allah. Pada waktu itu rasul-rasul tidak menganggap penganyiayaan itu akan mengganggu penginjilan mereka. Mereka percaya bahwa Allah akan menggenapi kehendak-Nya dengan kuasa-Nya yang besar. Rasul-rasul itu tidak berdoa supaya musuh-musuh mereka tersingkir, sebaliknya mereka berdoa supaya Allah menguatkan mereka untuk memamfaatkan keadaan mereka sebaik-baiknya dan mencapai apa yang telah ditetapkan oleh Allah. Mereka memohon kemampuan Ilahi, bukan melarikan diri dan Allah mengaruniakan kekuatan yang mereka butuhkan.
Kemudian Kisah Para Rasul 4:30 dimana mereka berdoa supaya Allah melakukan tanda-tanda heran dan mukjizat-mukjizat dalam pelayanan mereka, hal itu sangat di butuhkan waktu itu, mengingat bahwa mereka sering di fitnah dan ditekan oleh penguasa dan ahli-ahli taurat. Jadi mukjizat dapat dipergunakan sebagai sarana untuk Penginjilan mereka. Selanjutnya pada ayat 31 ada suatu peristiwa yang hebat, dimana ketika mereka sedang berdoa goyanglah tempat dimana mereka berkumpul, dan selanjutnya dikatakan bahwa mereka penuh dengan Roh yang akhirnya membuat mereka menjadi lebih berani lagi untuk mberitakan Injil. Peristiwa ini adalah merupakan jawaban doa mereka. Perlu kita ingat bahwa peristiwa itu bukan pentakosta yang kedua, karena tidak akan ada pentakosta yang kedua, sama seperti tidak akan ada peristiwa Golgota yang kedua. Peristiwa itu adalah pemenuhan kembali dengan Roh, guna memperlengkapi orang-orang percaya untuk melayani.
Ayat 32-37 adalah merupakan satu rangkaian tentang sifat dan ciri persekutuan gereja mula-mula. Ayat ini hampir sama dengan fasal 2:42-47. salah satu ciri khas yang menonjol dari gereja yang dipenuhi Roh, dimana sangat terlihat adanya kesatuan, hal ini dimanifestasikan dalam cara hidup mereka yang saling membagi kebutuhan materi. Untuk membantu jemaat yang lainnya maka orang yang memiliki harta menjual hartanya untuk dibagi-bagikan kepada yang membutuhkannya. Dan para Rasul mengawasi pelayanan kasih ini. Sebelum fasal ini diakhiri ada satu nama yang mendapat perhatian khusus, yaitu orang yang menjadi salah satu contoh yang suka menjual hartanya untuk membagi-bagikannya kepada jemaat yang membutuhkannya. Namanya adalah Yusuf, oleh rasul-rasul dia di beri nama Barnabas. Nama keluarga Barnabas dapat berarti anak penghiburan, atau anak yang memberi dorongan atau semangat. Nama seperti ini biasanya disebut kepada orang yang memiliki watak yang sama dengan arti namanya.


C. Kematian Ananias dan Safira (5:1-16)

Wiersbe mulai menjelaskan ayat ini dengan menjelaskan apa yang dimaksud dengan kemunafikan, beliau berkata bahwa kemunafikan adalah kebohongan yang disengaja, mencoba membuat orang lain mengira bahwa kita lebih rohani daripada yang sebenarnya. Nama Ananias berarti Allah itu pemurah, jadi nama Ananias itu adalah nama yang sangat baik, tetapi pemilik nama ini (Ananias dalam Kisah Para Rasul 5:1) barangkali tidak tahu atau mungkin sengaja melupakan bahwa Allah itu bukan hanya pemurah, tetapi juga Maha Kudus; dan Safira artinya cantik, tetapi sudah kenyataan bahwa dia buruk sekali karena dosa. Jadi tak heran kalau beberapa orang terkejut ketika melihat Allah membunuh kedua orang itu hanya karena berbohong mengenai transaksi bisnis dan persembahan mereka ke Gereja. Tetapi jika kita memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan dosa itu, maka kita akan sependapat bahwa Allah telah melakukan hal yang benar dengan menghukum mereka. Wiersbe menjelaskan mengapa Ananias dan Safira di bunuh oleh Allah, yang tertera dalam Kisah Para rasul 5:1-11, seperti berikut ini:
Pada awalnya dosa Ananias dan Safira dikipasi oleh Iblis (5:3); dan ini merupakan masalah serius. Kalau Iblis tidak dapat mengalahkan gereja dengan serangan dari luar, maka ia akan masuk dan bekerja dari dalam. Ia tahu bagaimana memperdayakan pikiran dan hati anggota-anggota gereja, bahkan orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh, dan memaksa mereka melakukan perintah-perintahnya. Iblis membuat Ananias dan Safira berdusta yang akhirnya membawa mereka kepada kematian. Tuhan ingin semua orang mengetahui bahwa Dia tidak akan mentolerir dusta di dalam gereja-Nya. Dosa Ananias dan Safira adalah digerakkan oleh kesombongan dan kesombongan adalah dosa yang secara khusus di benci Allah (Amsal 8:13). Tentu saat itu gereja sangat memuji Allah atas pemberian yang sangat besar dari Barnabas ketika itu Iblis berbisik kepada pasangan suami-isteri ini, “Kalian juga dapat membuat orang lain berpikir bahwa kerohanian kalian setinggi Barnabas” dan suami isteri itu bukannya menolak pendekatan Iblis, mereka malah menyerah dan menyusun rencana. Alasan lain bahwa mereka pantas dihukum mati, karena dosa mereka ditujukan melawan gereja Tuhan, mereka mendustai Roh Kudus, mereka disebut mencobai Roh Kudus. Allah sangat mengasihi gereja-Nya dan memeliharanya dengan sangat baik, karena gereja itu dibeli dengan darah Anak Allah dan ditempatkan di dunia untuk mempermuliakan nama-Nya, tetapi Iblis ingin menghancurkannya dengan memakai orang-orang yang ada dalam persekutuan gereja mula-mula itu. Seandainya Petrus tidak waspada, tentu Ananias dan Safira akan menjadi orang yang berpengaruh di gereja dan akhirnya mereka akan dipakai oleh Iblis lebih hebat lagi untuk menghancurkan gereja. Di dalam 1Timotius 3:15 Gereja di sebut sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Iblis menyerangnya dengan dusta. Gereja adalah Bait Allah – tempat tinggal Allah (1 Korintus 3:16) dan Iblis juga ingin masuk dan tinggal di dalamnya. Gereja adalah prajurit-prajurit Allah (2Tim 2:1-4), dan Iblis berusaha memasukkan sebanyak mungkin penghianat ke dalamnya. Gereja tidak akan ada dalam bahaya selama Iblis hanya menyerang dari luar; sebaliknya jika Iblis menyerang dari dalam, gereja berada dalam bahaya. Ananias mati dan dikuburkan, dan Safira bahkan tidak mengetahui hal itu! Iblis selalu membiarkan para pengikutnya berada dalam kegelapan, sedangkan Allah memimpin hamba-hamba-Nya di dalam terang (Yoh 15:15) Petrus menuduh Safira mencobai Roh Tuhan, yaitu dengan sengaja tidak menaati Allah untuk melihat sampai berapa jauh Allah membiarkan dia. Sebenarnya mereka mencobai Allah dan menantang Dia untuk bertindak – dan Dia benar-benar bertindak dengan cepat dan tuntas. Tentu ini sangat bertentangan dengan Firman Allah dalam Matius 4:7, “Janganlah engkau mencobai Tuhan Allahmu.” Akibat peristiwa ini, takut akan Tuhan melanda gereja dan semua orang yang mendengar kabar itu (Kisah Para Rasul 5:11). Menjadi renungan bagi kita, mari kita memeriksa kehidupan kita sendiri untuk melihat apakah yang kita katakan sesuai dengan yang kita lakukan. Apakah yang kita doakan di depan umum sungguh-sungguh tulus? Apakah kita menyanyikan lagu-lagu rohani atau pujian kepada Tuhan dengan tulus, atau sekedar kebiasaan. Kita telah bergerak dari “kuasa yang besar” dan “kasih karunia yang berlimpah-limpah” (Kisah Para Rasul 4:33) ke “ketakutan yang luar biasa”; dan semuanya ini harus ada dalam gereja. “marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab “Allah kita adalah api yang menghanguskan” (Ibrani 12:28-29). (disadur dari: Dinamis Di Dalam Kristus karangan Dr. Warren W. Wiersbe, terbitan Kalam Hidup Halaman 64)

Sekarang kita masuk pada ayat 12. Dalam ayat ini kita menemukan kata tanda (σημει) dan mukjizat (τερατα). Kedua kata ini sebenarnya adalah mengacu kepada suatu keajaiban. Pada waktu gereja mula-mula Allah melakukan keajaiban-keajaiban agar orang-orang percaya pada Injil (Ibrani 2:4). Kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias terbukti melalui keajaiban-keajaiban yang dinyatakan oleh rasul-rasul.
Ayat 13 memberikan penjelasan kepada kita, dimana orang-orang yang belum percaya, sangat sulit untuk masuk kedalam persekutuan orang percaya. Sebab orang yang belum bertobat adalah orang yang belum berdamai dengan Allah atau disebut sebagai seteru Allah dan oleh sebab itulah mereka tidak akan bergabung dengan orang-orang yang sudah bertobat, kecuali setelah mereka bertobat sungguh-sungguh. Apalagi saat itu baru saja mereka melihat ada pasangan suami isteri yang merupakan seteru Allah dihukum atau dibunuh oleh Allah karena dosa-dosanya. Tetapi dalam ayat ini meskipun orang-orang tidak berani menggabungkan diri dengan mereka tetapi mereka sangat dihormati oleh orang banyak, sekalipun mereka bukan orang-orang yang terpelajar tetapi mereka dihormati.
Pada ayat 13 peristiwa Ananias dan Safira membuat orang banyak (yang tidak percaya) takut menggabungkan diri dengan orang-orang percaya. Tetapi pada ayat 14, dijelaskan bahwa hukuman yang sangat dahsyat terhadap Ananias dan Safira itu membawa banyak orang berbalik kepada Tuhan. Banyak orang yang akhirnya menjadi percaya setelah melihat kuasa Allah yang nyata dan dahsyat itu. Selanjutnya kita melihat pada ayat 15, dimana orang-orang percaya banyak datang membawa orang sakit supaya apabila Petrus lewat, setidak-tidaknya bayangannya mengenai salah seorang diantaranya dan dengan demikian dia disembuhkan oleh Tuhan. Yang harus kita ingat dimana mukjizat terjadi bukan karena Petrus atau rasul-rasul lain, orang-orang yang sembuh dari penyakitnya itu bukan karena para rasul, tetapi karena mereka beriman kepada Tuhan. Pada waktu Yesus berada di dunia ini, seorang ibu yang sakit pendarahan hanya memegang jumbai jubah-Nya menjadi sembuh. Tetapi orang itu sembuh bukan karena jumbai jubah Yesus punya jimat, tetapi hanya karena yang memegang jumbai jubah-Nya itu percaya kepada-Nya, oleh karena itu dia disembuhkan. Hal yang sama juga terjadi di Kisah Para Rasul 5: 15 ini.
Selanjutnya ayat 16, juga merupakan lanjutan yang memberitahukan bahwa banyak orang dari sekitar Yerusalem datang dan berduyun-duyun serta membawa orang-orang sakit dan yang diganggu roh jahat dan semua mereka disembuhkan. Kata mereka semua disembuhkan, menunjuk bahwa tidak ada yang tidak dapat disembuhkan oleh Tuhan lewat perantaraan rasul-rasulnya. Hal ini membuktikan bahwa Allah senantiasa menyertai mereka dalam pemberitaan Injil.


D. Perlawanan Kedua dari para pemimpin Yahudi (5:17-42)

Mulai Kisah Para Rasul 5:17 kita akan kembali melihat, dimana Imam Besar dan para pengikutnya dan juga Mazhab Saduki menentang Gereja dan Para Rasul. Imam besar ingin mempertahankan kuasanya yang semakin merosot; ia menjadi iri hati dan mulai menganyiaya rasul-rasul. Mazhab Saduki juga ikut, karena telinga mereka sudah panas mendengarkan pengajaran rasul-rasul tentang kebangkitan orang mati, pada hal mazhab saduki sangat menentang doktrin itu. Jadi dengan demikian Mazhab Saduki ikut iri hati kepada rasul-rasul itu. Jadi jika kita melihat ayat ini, maka kita mengetahui bahwa penentang-penentang itu menentang rasul-rasul adalah digerakkan oleh iri hati, bukan karena mereka melihat bahwa apa yang diajarkan para rasul itu adalah pengajaran yang salah. Kadangkala orang mudah saja menyalahkan yang benar hanya karena iri hati. Dalam Amsal 14:30 dikatakan bahwa iri hati membusukkan tulang. Selanjutnya pada ayat 18 di jelaskan bahwa mereka menangkap rasul-rasul itu, lalu di masukkan ke dalam penjara. Hal itu mereka lakukan hanya karena mereka iri hati, lagi pula mereka tidak menemukan kesalahan pada rasul-rasul itu.
Selanjutnya pada ayat 19-20 diberitahukan bahwa pada waktu malam, Malaikat Tuhan membuka pintu-pintu penjara dan membawa mereka keluar, lalu menyuruh mereka (rasul-rasul) pergi ke Bait Allah untuk berkotbah tentang Injil (Firman Hidup). Malaikat Tuhan dalam ayat ini berbeda dengan Malaikat ALLAH (Kristus dalam Perjanjian Lama) malaikat yang dimaksud disini adalah malaikat biasa, yaitu yang disuruh Tuhan untuk menolong para rasul. Dalam Kisah Para Rasul ini, kita akan menemukan beberapa peristiwa dimana malaikat melayani sebagai pernyataan pemeliharaan Allah atas umat-Nya (8:26; 10:3,7; 12:7-11,23; 27:23). Selanjutnya adalah kata Firman Hidup, yang disebut dalam ayat ini adalah berarti Firman kebenaran yang membawa kepada hidup yang kekal (Injil/ kabar baik). Kemudian selanjutnya pada ayat 21, disebutkan bahwa para rasul itu menaati pesan itu (berkotbah di Bait Allah). Mereka sangat mengasihi Kristus dan Injil dan dengan senang hati mereka tetapi memberitakan Injil, walaupun itu akan membawa mereka kembali ke penjara. Sementara para rasul itu sudah berkotbah di Bait Allah, Imam besar dan pengikut-pengikutnya menyuruh mahkamah agama berkumpul dan menyuruh orang-orangnya mengambil rasul-rasul itu dari penjara untuk disidangkan. Mereka tidak tahu bahwa rasul-rasul itu sudah berkotbah di Bait Allah. Maka selanjutnya pada ayat 22-23 memberitahukan bahwa para pejabat-pejabat yang diutus ke penjara untuk mengambil para rasul itu terheran-heran sebab rasul-rasul itu tidak ada disana, pada hal para penjaga tetap ada di depan pintu untuk menjaga penjara itu. Dengan membaca ayat ini jelas sekali terbukti bahwa rasul-rasul itu dikeluarkan secara ajaib. Orang-orang yang dimasukkan kedalam penjara itu tidak ditemui padahal pintu penjara terkunci dengan sangat rapih. Pikiran manusia sangat sulit memahami yang seperti ini, akan tetapi bagi Allah tidak ada yang mustahil. Kita percaya kepada Allah yang Maha Kuasa. Teolog-teolog liberal tidak mempercayai hal-hal yang ajaib yang seperti ini, mereka ingin menghancurkan Iman Kristen yang benar.
Ayat 24 menjelaskan bahwa petugas yang pergi ke penjara untuk mengambil para rasul itu melaporkan kepada kepala pengawal Bait Allah dan Imam-imam kepala, dan setelah mereka mendengar laporan itu mereka menjadi cemas dan bertanya-tanya tentang apa yang telah terjadi pada rasul-rasul itu. Kata cemas (διηπορουν) seharusnya di terjemahkan “tidak tahu berbuat apa-apa karena bingung.” Kuasa Allah sangat besar melindungi rasul-rasul itu, sehingga mereka bingung dan tidak dapat berbuat apa-apa. Sebenarnya mereka harus bertobat setelah melihat keajaiban-keajaiban itu, tetapi mereka keras hati dan tetap menentang Injil. Oleh karena itu mereka untuk selamanya akan tetap bingung, kecuali mereka bertobat dan tidak lagi menentang Injil.
Pada ayat 25 memberitahukan bahwa ada orang yang melaporkan kepada tua-tua dan mahkamah agama itu, bahwa rasul-rasul yang dipenjarakan itu sedang mengajar Firman Tuhan di Bait Allah. Hal ini menunjukkan bahwa bagi para Rasul itu tidak ada lain yang ingin mereka lakukan selain menuruti perintah Allah. Allah memerintahkan kepada mereka untuk berkotbah di Bait Allah dan mereka menaatinya. Selanjutnya pada ayat 26 kepala pengawal Bait Allah mengambil kedua rasul itu. Mereka menangkap kedua rasul itu dengan cara tidak sah, tetapi kedua rasul itu mengikuti kepala pengawal Bait Allah beserta anak buahnya dengan tak gentar. Para rasul adalah pemberita Firman Hidup, bukan pelanggar hokum oleh karena itu mereka tidak takut sedikitpun, karena mereka bukan pelanggar hukum. Sebaliknya dalam ayat ini dikatakan bahwa yang menangkap merekalah yang takut dilempari orang banyak, lagipula kalau hal itu sempat terjadi maka mereka akan kehilangan jabatannya, sebab jabatan itu boleh tetap pada mereka jika ada dukungan orang banyak.
Kisah Para Rasul 5:27-28, menjelaskan bahwa Petrus dan Yohanes diperhadapkan kepada mahkamah agama, dan Imam Besar menanyai mereka, tetapi kelihatannya dalam ayat ini Imam besar tidak mempunyai pertayaan yang tidak dapat dijawab oleh para Rasul itu, oleh sebab itu Imam Besar akhirnya hanya melarang mereka untuk berbicara dalam nama Yesus. Imam Besar itu berkata “dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam nama itu”. Penggalan ayat ini memberi gambaran bagi kita bahwa Imam besar tidak menyukai nama Yesus, sehingga ia tidak menyebut nama Yesus tetapi hanya memakai kata nama itu. Mereka menegor dengan kalimat kamu hendak menanggungkan darah orang itu kepada kami. Hal ini menunjukkan kemunafikan Imam Besar itu, dia sendiri telah berjuang untuk keras sebagai pemimpin untuk membunuh Yesus, tetapi sekarang ia berlaku seperti sama sekali ia tidak ada kaitanya dengan kematian Yesus. Mereka juga tidak tahu bahwa tujuan utama pemberitaan Injil yang dilakukan Petrus dan Yohanes itu bukanlah untuk mempersalahkan orang lain, tetapi untuk membimbing orang berdosa kepada keselamatan. Pada ayat 29 Petrus menjawab mereka dengan penuh hikmat, jawaban ini juga merupakan penghakiman kepada peserta sidang itu. Petrus berkata: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.” Allah telah mencurahkan Roh Kudus kepada Rasul-rasul dan memberi tugas kepada mereka untuk memberitakan Injil. Oleh karena itu mereka tidak menghiraukan larangan manusia untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan Allah. Jadi larangan manusia tidak akan mengubah pendirian mereka. Kemudian pada ayat 30-32 kita melihat bahwa rasul-rasul itu juga tidak mau mengubah berita mereka. Petrus malah mendakwa para pemimpin agama dengan tuduhan pembunuhan terhadap Yesus (lihat kembali Kisah Para Rasul 3:13-14; 4:10), dan sekali lagi mengatakan bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Orang-orang Saduki pasti akan semakin marah mendengar hal itu. Petrus dengan tegas berkata bahwa mereka adalah saksi dari kebangkitan itu. Kata saksi adalah istilah hukum. Seorang saksi yang menghadapi pengadilan harus bersaksi menurut kebenaran yang telah disaksikannya.
Ayat 33, memberitahukan bagaimana reaksi oleh peserta sidang itu tentang jawaban Petrus. Hati mereka tertusuk dan bermaksud untuk membunuh para rasul. Dalam fasal 2:37 orang-orang yang mendengar perkataan Petrus terharu dan akhirnya banyak orang yang bertobat, tetapi pada bagian ini Mahkamah agama sebaliknya bermaksud membunuh Petrus dan Yohanes. Mahkamah Agama itu sudah tinggi hati dan sangat sulit untuk bertobat, sebaliknya mereka hanya ingin mempertahankan kedudukan mereka. Selanjutnya ayat 34-39, menjelaskan tentang pendapat dari seorang yang bernama Gamaliel guru dari Paulus. Dia adalah tokoh yang sangat dihormati oleh orang banyak. Seakan-akan dia (Gamaliel) membela rasul-rasul, tetapi cara yang dilakukan sangat tidak tepat. Nasihat Gamaliel sebenarnya tidak bijaksana dan berbahaya, tetapi Allah menggunakannya untuk menyelamatkan para rasul dari kematian. Gamaliel adalah orang Farisi, tetapi orang-orang Saduki menerima pendapatnya, hal itu membuktikan bahwa dia adalah orang yang terhormat. Terlepas dari kenyataan bahwa Gamaliel memakai kepala dingin dan bukan emosi yang memanas, namun pendekatannya masih tetap salah. Pertama-tama, dia menggolongkan Yesus dan para Rasul sama dengan dua orang pemberontak yang bernama Teudas dan Yudas, jadi bagi Gamaliel Yesus adalah seorang fanatik yang berusaha memerdekakan bangsanya dari penjajahan Romawi. Dia lupa bahwa Teudas dan Yudas tidak pernah bangkit dari antara orang mati, dia juga lupa bahwa Teudas dan Yudas tidak pernah melakukan mukjizat yang seperti Yesus lakukan. Memang harus diakui bahwa Gamaliel mempunyai logika yang baik, yang membuat orang lain mengikuti pola pikirnya. Menurut pola pikirnya bahwa perusuh selalu akan ada tetapi segera setelah itu akan lenyap, dengan demikian dia berpikir bahwa Yeus dan para Rasul adalah perusuh. Kesalahan yang kedua adalah dimana dia mempunyai pandangan bahwa yang tidak berasal dari Allah akan gagal, hal ini memang benar, tetapi jangan lupa bahwa keberhasilan bukanlah selalu tanda dari kebenaran. Iblis sudah berhasil menguasai manusia yang berdosa, tetapi itu bukan bukti kebenaran Iblis. Kita dapat melihat bahwa kadangkala aliran sesat lebih cepat berkembang daripada gereja yang memberitakan kebenaran. Kelemahan ketiga dari nasehat Gamaliel itu adalah, dimana dia ingin mendorong mahkamah agama itu untuk bersikap netral.
Ayat 40 menjelaskan bahwa mahkamah agama itu akhirnya menerima nasehat Gamaliel sehingga mereka tidak membunuh rasul-rasul. Tetapi walaupun demikian rasul-rasul itu tidak dilepaskan begitu saja. mahkamah agama itu akhirnya menyesah mereka. Mungkin tiga puluh sembilan pukulan (II Korintus 11:24), karena tidak menaati perintah Sanhedrin sebelumnya. Ayat 41 dan 42 menjelaskan bahwa para rasul sama sekali tidak berkurang semangatnya, sebab mereka menganggap penderitaan karena nama Yesus adalah suatu kehormatan. Mereka melanjutkan terus pengajaran mereka dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias, baik secara umum di pelataran dan untuk bangsa Yahudi di Bait Allah dan di dalam perkumpulan-perkumpulan Kristen yang diadakan di rumah-rumah milik perseorangan.


III. Perluasan Gereja di Palestina melalui perserakan (6:1-12:25)

A. Pemilihan tujuh diaken (6:1-7)

Gereja sedang mengalami kesulitan dalam tahun-tahun permulaan dan hal ini mempersulit para rasul untuk melayani setiap orang. Orang Yahudi yang berbahasa Yunani datang ke Palestina dari Negara lain, sehingga mereka mungkin tidak dapat berbahasa Aram. Sedangkan orang Ibrani adalah penduduk Yahudi dari daerah itu dapat berbicara dalam bahasa Aram maupun Yunani. Kenyataan bahwa orang-orang luar itu telah terabaikan, telah menimbulkan situasi yang dapat memecah belah gereja. Namun demikian para rasul telah menyelesaikan masalah itu dengan sangat bijaksana dan sama sekali tidak memberi tempat berpijak bagi Iblis dalam persekutuan itu. Karena adanya sungut-sungut dalam tubuh gereja itu, maka para rasul mempelajari situasinya kemudian menyimpulkan bahwa merekalah yang salah, dimana mereka sangat sulit membagi waktu antara pelayanan Firman, doa dan juga pelayanan meja (pelayanan kasih). Kita harus mengingat bahwa tugas mulia yang diberikan kepada para Rasul adalah untuk memberitakan Firman Allah atau Injil (Matius 28:19-20). Tetapi ternyata pemberitaan mereka terhambat karena sibuk juga mengurusi meja (pelayanan kasih). Para rasul berkata “kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.” Perkataan rasul-rasul ini sebenarnya bukan karena mengabaikan pelayanan kasih, tetapi menegaskan bahwa perlu membagi tugas untuk pelayanan tersebut. Selanjutnya pada ayat 3 para rasul menyuruh jemaat itu untuk memilih tujuh orang yang akan melanyani meja. Hal ini membuktikan bahwa cara kepemimpinan Gereja mula-mula bukanlah sistim otoriter. Dalam hal ini kita melihat bahwa keputusan diambil dari hasil kesepakatan jemaat bukan keputusan dari para rasul saja. ada dua kwalifikasi dari orang yang akan dipilih tersebut antara lain: penuh Roh dan Hikmat, dan terkenal baik. Hal ini menjadi pelajaran bagi gereja Tuhan masa kini, dimana untuk memilih pelayan, seharusnya dipilih langsung oleh Jemaat, dan pemimpin jemaat seharusnya akan memilih dengan kriteria yang seperti ini. Pelayan tidak dipilih oleh pemimpin dan pelayan juga tidak dipilih berdasarkan kriteria kaya atau miskinnya seseorang. Ayat 4 adalah merupakan alasan dari para rasul itu supaya jemaat memilih pelayan meja.
Kisah Para Rasul 6:5 menjelaskan bahwa jemaat menerima usul dari para rasul itu, sehingga mereka memilih εξελεξαντο dalam bahasa Yunani cara pemilihan yang seperti ini tidak ditentukan dari atas. Sekali lagi yang perlu kita ingat bahwa cara pemilihan seperti ini bukanlah berdasarkan kediktatoran pemimpin tetapi dari sifat demokratis dari gereja. Pada ayat 5 ini juga di daftarkan nama-nama yang terpilih sebagai pelayan meja tersebut, antara lain: Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus. Selanjutnya ayat 6 menjelaskan bahwa ketujuh orang yang telah dipilih oleh jemaat itu ditahbiskan lewat penumpangan tangan para rasul. Hal seperti ini sudah biasa di praktekkan dalam Perjanjian lama (Kejadian 48:13; Imamat 1:4; Bilangan 27:23). Ketujuh orang yang terpilih diatas akhirnya di dalam tradisi gereja mereka disebut sebagai diaken. Tetapi dalam ayat ini tidak disebut demikian. Ayat 7 menjelaskan bahwa pemilihan ketujuh orang tersebut menambah keefektifitasan pelayanan rasul-rasul. Oleh sebab itu semakin banyak orang yang menjadi percaya, bahkan sejumlah besar imam menjadi percaya.


B. Peristiwa perserakan: Pelayanan dan kematian Stefanus sebagai Martir (6:8-8:3)

Kisah Para Rasul 6:8-15 berbicara tentang Stefanus. Dia adalah seorang yang penuh Roh Kudus, dia sebenarnya dipilih untuk melayani meja. Tetapi Tuhan memakai dia bukan hanya melayani meja saja. dia juga memenangkan jiwa yang terhilang dan bahkan dipakai Tuhan untuk menunjukkan mukjizat. Kesaksian Stefanus menjadi klimaks dari kesaksian gereja kepada orang Yahudi. Sesudah itu berita Injil tersebar kepada orang-orang Samaria dan kemudian kepada orang-orang non Yahudi.
Orang Yahudi dari berbagai bangsa tinggal di Yerusalem di daerahnya masing-masing dan beberapa dari kelompok etnis ini mempunyai sinagoga sendiri. orang-orang yang dimerdekakan ini (Libertini) adalah keturunan bangsa Yahudi yang pernah di tawan tetapi memperoleh kebebasan dari Romawi. Karena Paulus berasal dari Tarsus di Kilikia (Kisah Para Rasul 21:39), maka mungkin saja ia sudah pernah mendengarkan kesaksian Stefanus di Sinagoga, dan mungkin saja sudah pernah berdebat dengannya. Namun demikian tidak seorangpun dapat menandingi atau menolak hikmat dan kuasa Stefanus (Lihat Lukas 21:15). Satu-satunya pilihan mereka hanyalah membunuh dia.
Perlakuan mereka tehadap Stefanus sama seperti perlakuan para pemimpin Yahudi terhadap Yesus. Pertama mereka memajukan para saksi-saksi palsu. Kemudian mereka menghasut orang-orang untuk mengatakan bahwa Stefanus telah menghujat Hukum Taurat Musa dan Bait Allah. Akhirnya setelah mendengarkan kesaksian Stefanus, mereka menjatuhkan hukuman mati bagi dia (lihat Matius 26:59-62 dan Yohanes 2:19-22). Orang-orang Yahudi sangat bangga dengan hukum taurat mereka dan mereka tidak dapat mengerti bahwa Kristus telah datang untuk menggenapi hukum taurat dan membawa zaman baru. Mereka sangat bangga Bait Allah mereka dan mereka tidak mau percaya bahwa Allah akan mengizinkan Bait Allah itu di hancurkan. Stefanus dalam pelayanannya menghadapi kebutaan rohani seperti yang dihadapi oleh nabi Yeremia dalam pelayananya (lihat Yeremia7). Gereja menghadapi tantangan dari tradisi Yahudi bertahun-tahun sesudah itu, dan para pemimpin mereka sendiri (Kisah Para Rasul 15) dan dari guru-guru palsu yang datang dari luar (Galatia 2:4).
Musuh-musuh itu menyergap Stefanus dan menyeretnya pada saat dia sedang melayani; dan mereka membawa dia ke hadapan mahkamah agama, yaitu mahkamah agama yang sama yang telah menghakimi Yesus dan para rasul. Bahkan Stefanus tidak perlu bicara untuk memberi kesaksian, karena dari cahaya wajah Stefanus, semua orang mengetahui bahwa dia adalah hamba Allah. Tentu saja para anggota Sanhedrin itu ingat kisah tentang wajah Musa yang bercahaya (Keluaran 34:29-30). Seolah-olah Allah berkata, “Orang ini tidak menentang Musa – ia adalah hambaku yang setia!” (Warren Wiersbe: Dinamis Di Dalam Kristus, halaman 88).
Selanjutnya dalam fasal 7 ayat 1 Imam besar bertanya Stefanus, apakah tuduhan yang dituduhkan kepadanya benar, atau apakah ia telah menghujat Musa, dan apakah ia berkata bahwa Yesus akan merubuhkan Bait Allah dan juga akan mengacaukan adat istiadat bangsa itu. Kemudian di ayat 2 Stefanus memberikan jawaban yang panjang lebar, dia tidak hanya sekedar berusaha menunjukkan bahwa tuduhan-tuduhan yang dilancarkan kepadanya itu adalah salah. Tetapi dia juga mengemukakan keyakinannya bahwa Bait Allah dan negeri Palestina tidak dibutuhkan untuk menyembah Allah dengan benar. Dia menyajikan tentang sketsa singkat tentang sejarah Israel untuk menunjukkan: (a) Bahwa Allah telah memberkati nenek moyang mereka sekalipun para leluhur itu tidak tinggal di Palestina; (b) Bahwa sepanjang sebagian besar sejarah Israel tidak menyembah Allah di Bait Allah; (c) Kepemilikan Bait Allah tidak mencegah Israel utuk tidak menjadi pemberontak dan tidak taat kepada Allah. Tujuan dari ucapan ini ialah untuk menunjukkan dari sejarah Israel bahwa memiliki Bait Allah bukan sesuatu jaminan untuk bisa menyembah Allah dengan benar. Dan hal itu berguna untuk mendukung pokok utama yang dikemukakan oleh Stefanus, bahwa karena Mesias sekarang telah datang, maka ibadah orang Yahudi di Bait Allah di Yerusalem itu telah merupakan hal yang usang.
Disini kita dapat melihat sebuah fakta bahwa: Panggilan Allah kepada Abraham tidak terjadi di Tanah Perjanjian. Tetapi ketika Abraham berada jauh dari situ, yaitu di Mesopotamia. Stefanus menceritakan tentang kunjungan Tuhan ketika Abraham masih berada di Mesopotamia, yang hasilnya adalah mula-mula Abraham pergi ke Haran. Disana ia tinggal beberapa saat, lalu belakangan pindah dari Haran ke Palestina. Ayat 5 menjelaskan bahwa Allah menjanjikan tanah kepada Abraham dan keturunanya. Ayat 6 dan 7 menjelaskan bahwa keturunan Abraham tidak serta merta mendapat tanah itu, tetapi baru setelah empat ratus tahun di tawan atau mendapat tahanan di Palestina. (angka empat ratus tahun merupakan angka pembulatan. Di dalam Galatia 3:17, dikatakan 430 tahun). Kemudian ayat 8 menjelaskan bahwa Allah mengikat perjanjian dengan Abraham dan keturunannya, dan menetapkan sunat sebagai tanda pemeteraian perjanjian itu. Stefanus menunjukkan bahwa berkat dari perjanjian tidak bergantung pada keberadaan Bait Allah. Tetapi pada janji-janji dan kesetiaan Allah. Ayat 9, 10 sebenarnya menjelaskan tentang Yusuf, yang karena iri hati dari para leluhur mereka akhirnya Yusuf dijual dan dibawa ke Mesir. Tetapi Allah tidak meninggalkan Yusuf walaupun Yusuf berada di luar negeri itu. Sebaliknya Allah menuntunya kepada pembebasan yang indah, dengan menjadikan dia kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya.
Ayat 11-15 menjelaskan bahwa ketika bencana kelaparan besar melanda Mesir dan Palestina, ternyata di Mesir ada persediaan Gandum yang di kelola oleh Yusuf sendiri dan itulah sarana Allah untuk memelihara para bapa leluhur mereka. Yakub dan keluarganya kemudian pindah ke Mesir, dimana mereka dipelihara oleh Yusuf. Angka tujuh puluh lima mengikuti kisah yang diambil dari Septuaginta atau terjemahan Perjanjian Lama yang berbahasa Yunani; dalam kejadian 46:27 dan Keluaran 1:5 adalah angka dalam teks Ibrani, dimana dalam versi Septuaginta Kejadian 46:26-27, disebutkan bahwa semua orang yang tiba di Mesir bersama-sama dengan Yakub, yakni anak-anak kandungnya, dengan tidak terhitung isteri anak-anaknya, seluruhnya berjumlah enam puluh jiwa. Tetapi anak-anaknya yang berada di Mesir bersama Yusuf adalah sembilan jiwa. Jadi keluarga Yakub yang tiba di Mesir bersama Yusuf adalah tujuh puluh lima jiwa. Jadi Sanak saudara yang di maksudkan ayat ini adalah seluruh anggota keluarga Yakub (bukan hanya anak-anaknya).
Kemudian ayat 16 menunjukkan bahwa sekalipun mereka meninggal di Mesir, mayat-mayat mereka di bawa kembali ke Palestina dan dimakamkan di negeri yang telah dijanjikan Allah kepada Abraham dan keturunannya.
Ayat 17-43 Stefanus memberikan penjelasan tentang Musa. Kita tidak boleh lupa bahwa dibagian atas dia telah di tuduh menghujat Musa. Maka pada bagian ayat 17-43 ini, Stefanus menunjukkan bahwa memiliki Hukum Taurat tidak mencegah bangsa Israel dari memberontak kepada Allah. Pada ayat 17 Stefanus menceritakan bahwa ketika penggenapan janji Allah semakin dekat maka semakin bertambah banyaklah keturunan bangsa itu di Mesir, mereka tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan Mesir, ini diakibatkan bahwa mereka disana sangat kaya raya. Kemudian ayat 18 dan 19 Stefanus menceritakan bahwa akhirnya bangkit seorang raja yang tidak mengenal Yusuf dan raja itu bertindak kejam kepada nenek moyang mereka, dan menyuruh supaya mereka membuang bayi mereka dengan tujuan supaya bangsa mereka (Israel) tidak berkembang di Mesir. Pada ayat 20, Stefanus menjelaskan bahwa pada saat itulah Musa dilahirkan, dia adalah alat yang dilipilih Allah untuk membebaskan umatnya. Musa di asuh di rumah ayahnya selama tiga bulan. Ayat 21 menjelaskan bahwa sekalipun Musa di buang tetapi Allah tetap memeliharanya, sebab dia adalah orang yang kelak dipakai Allah untuk memimpin bangsa itu keluar dari tanah Mesir. Ayat 22 menjelaskan bahwa dia (Musa) menikmati pendidikan yang terbaik yag ada di Mesir, dan dia menjadi pemuda yang fasih berbicara dan juga giat bekerja. Pada ayat 23 Stefanus menjelaskan bahwa: setelah dewasa Musa berniat Musa berniat meninggalkan Istana Firaun dan mengunjungi saudara-saudara sebangsanya. Kemudian pada ayat 24 dan 25 ketika dia melihat salah seorang saudaranya bangsa Israel disiksa, ia bertindak membela orang itu, dan memukul si orang Mesir dan membunuhnya. Musa mengira saudara sebangsanya akan mengenal dia sebagai salah seorang dari bangsa mereka yang diutus Allah untuk melepaskan mereka, tetapi mereka tidak mengenal hal itu. Pada ayat 26 ini Stefanus memberikan penjelasan lanjutan, dimana keesokan harinya, ketika Musa menjumpai dua orang saudara sebangsanya sedang berkelahi, dia berusaha mendamaikan mereka dengan menujukkan bahwa mereka adalah saudara sehingga tidak pantas jika mereka berkelahi. Kemudian pada ayat 27 dan 28 Stefanus menjelaskan bahwa orang yang berbuat salah kepada temanya itu menolak usaha Musa untuk mendamaikan mereka. Orang itu menuduh Musa mencampuri urusan mereka dan ia menganggap Musa ingin menambah pembunuhan yang ia lakukan terhadap orang Mesir sehari sebelumnya. Ayat 29 Stefanus memberikan penjelasan lebih lanjut, dimana ketika Musa menyadari bahwa dirinya sudah dikenal sebagai pembunuh orang Mesir untuk membela orang Israel, dia melarikan diri dari Mesir dan hidup sebagai pendatang di Midian di bagian barat laut Arab. Disana ia menikah dan mendapat dua anak laki-laki. Kemudian di ayat 30 Stefanus menjelaskan bahwa di Gunung Sinai, yaitu tempat yang jauh dari Tanah Perjanjian dan tanpa adanya Bait Suci untuk tempat untuk beribadah, namun disini Allah menyatakan Diri-Nya kepada Musa. Pada ayat 31 dan 32, Stefanus menjelaskan bahwa pada mulanya Musa heran, dia tidak mengerti arti tentang semak yang menyala itu.
Kemudian Allah berbicara kepada Musa, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah para leluhur (Abraham Isak dan Yakub). Suara Tuhan membuat Musa gemetar dan akhirnya dia tidak berani memandang semak yang menyala itu. Selanjutnya pada ayat 33 Stefanus lebih lanjut menjelaskan bahwa tempat itu disebut Allah tempat kudus, ini memberikan gambaran bahwa bukanlah hanya bait Allah di Yerusalem yang dianggap tempat yang kudus. Kemudian pada ayat 34 Stefanus menjelaskan dimana Allah menyakinkan Musa bahwa Dia tidak melupakan umat-Nya sekalipun mereka berada di Mesir, dan bahwa Dia akan segera memenuhi janji-Nya serta akan melepaskan mereka. Selanjutnya pada ayat 35 Stefanus menjelaskan bahwa Musa yang telah diejek dan yang telah ditolak itu diplih Allah untuk menjadi pemimpin bangsa itu. Ayat 36 menjelaskan bahwa pembebasan itu dilakukan melalui pertunjukan kuasa yang perkasa di Mesir dan dalam penyeberangan Laut Merah, serta dalam pengembaraan selama empat puluh tahun dari Mesir menuju Tanah Perjanjian. Pada ayat 37-38 Stefanus dengan hikmat yang luar biasa mengambil kutipan dari Ulangan 18:15 “seorang nabi seperti aku ini” ayat kutipan ini menunjuk kepada Yesus Kristus. Jadi apa yang dilakukan Musa, dimana dia adalah pengantara antara jemaah yang ada di padang gurun dengan malaikat yang berfirman kepadanya yang ada di gunung Sinai adalah gambaran dari apa yang akan dilakukan nabi yang akan datang itu (Mesias) yang akan menjadi pengantara dengan Allah sendiri. dalam hal ini Stefanus mengambil nubuatan Musa untuk mewakili keseluruhan nubuatan tentang Mesias. Jadi bagi siapa yang menolak Mesias itu berarti menolak semua nubuatan tentang Mesias dan salah satunya menolak Musa juga sebagai nabi. Dalam ayat 39, Stefanus menjelaskan bahwa ada penyakit rohani yang sudah berakar dalam kehidupan mereka (orang Yahudi secara turun temurun), dimana nenek moyang mereka menolak Musa. Nenek moyang mereka ingin kembali ke Mesir. Hal itu sama halnya dengan banyak orang Yahudi yang menolak Kristus dan kasih karunia. Selanjutnya dalam ayat 40 Stefanus menjelaskan bahwa ketika Musa ada diatas gunug Sinai bangsa itu menuntut agar Harun membuat patung bagi mereka untuk mereka sembah, mereka bukanya menyembah Allah pencipta mereka. Mereka menyembah anak lembu emas yang telah mereka buat sendiri. kemudian pada ayat 41 menjelaskan kembali apa yang dilakukan oleh para leluhur mereka, dimana mereka tidak mentaati Tuhan dan malah menyembah berhala. Selanjutnya dalam ayat 42-43 Stefanus mengutip dari Amos 5:25-27, untuk mengilustrasikan ketidak taatan bangsa Israel. Dalam ayat ini juga Stefanus ingin menunjukkan bahwa banyak kurban yang diberikan oleh bangsa Isrrael hanya bersifat lahiriah saja yang tidak datang dari hati yang taat kepada Allah. Malah mereka menyembah dewa Molok dan Refan (kedua dewa ini dikaitkan dengan bintang) yang akhirnya Allah mendatangkan hukuman atas mereka yang berupa pembuangan di seberang sana (Babel). Kemudian pada ayat 44 dan 45 Stefanus menjelaskan bahwa Israel tetap saja memberontak kepada Allah sekalipun Allah telah memberikan saksi yang jelas kepada mereka. Dipadang gurun Allah telah memerintahkan Musa untuk mendirikan kemah kesaksian atau tabernakel, yang akan merupakan saksi atas keadiran Allah di tengah-tengah mereka (Kel 25:9, 40; 26:30; 27:8). Para leluhur membawa Tabernakel ini ke Tanah Perjanjian di bawah pimpinan Yosua. Pada ayat 46, 47 Stefanus memberitahukan fakta bahwa selama bertahun-tahun sesudah mereka memasuki negeri itu, orang Israel tidak memiliki Bait Allah di Kemah Daud, seorang yang mendapat kasih karunia dihadapan Allah ingin menyediakan tempat tinggal bagi Allah; tetapi kehormatan ini ditangguhkan hingga zaman Salomo. Pada ayat 48-50 Stefanus secara tegas menjelaskan bahwa Yang Mahatinggi tidak dapat dibatasi dengan bangunan-bangunan yang dibuat oleh manusia, sebab tidak ada rumah yang dapat menampung Dia. Selanjutnya ayat 51, 52 ni menjelaskan bahwa apabila Bait Allah tidak menjadi hal yang utama dalam menyembah Allah, maka Bait Allah bukan jaminan yang membuat orang akan menyembah Allah dengan benar. Malah Stefanus menuduh bahwa orang-orang yang beribadah di Bait Allah sebagai orang yang tegar tengkuk dan tidak bersunat hati dan telinga, yang menolak Roh Kudus dan yang menghiati Orang Benar itu, dengan demikian Stefanus secara implisit menjelaskan bahwa orang-orang yang menentang Injil itu adalah orang-orang yang mengikuti teladan hidup nenek moyang mereka yang suka memberontak. Stefanus dituduh menghujat hukum Musa, tetapi dia menjelaskan bahwa bukan dirinya yang menentang Hukum Musa tetapi justru orang-orang Yahudi sejak zaman Musalah yang melanggar Firman Tuhan. Stefanus dituduh menghujat Allah karena mengesampingkan Bait Allah. Jawaban Stefanus adalah bahwa sejarah Israel sendiri membuktikan bahwa Bait Allah hanya merupakan bangunan sementara dan tidak menjadi jaminan untuk menyembah Allah yang benar. Jadi kesimpulan Stefanus adalah bahwa sebenarnya bahwa merekalah (anggota sidang itu dan sejumlah orang Yahudi) yang menentang Allah, mereka menerima Hukum Taurat tetapi tidak menurutinya.
Kemudian setelah Stefanus memberikan penjelasan yang sangat baik itu, maka pada ayat 55, 56 di katakan bahwa anggota mahkamah agama itu sangat marah. Tetapi Stefanus tidak terpengaruh, karena pada saat itu Allah memberikan penglihatan kepadanya, dimana dia melihat Anak Manusia yang berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu Stefanus berkata: Sungguh aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.” Kata Anak Manusia yang dimaksud oleh Stefanus adalah menunjuk kepada Mesias.
Selanjutnya ayat 57-60 adalah menceritakan bagaimana Stefanus di seret ke luar kota dan akhirnya dia dilempari dengan batu, dan sementara dia dilempari batu dia berdoa kepada Tuhan supaya Tuhan menerima rohnya dan dia juga memuliakan Allah dan bahkan berdoa buat orang-orang yang membunuhnya supaya Tuhan mengampuni mereka. Saulus yang kemudian menjadi Rasul (Rasul Paulus) ikut menyaksikan pelaksanakan hukuman itu dan berdiri dekat jubah-jubah para algojo.
Sekarang kita masuk kepada Kisah Para Rasul 8:1-3. tiga ayat ini membicarakan tentang Saulus sebelum dia bertobat. Dalam ayat pertama dikatakan bahwa Saulus juga setuju bahwa Stefanus mati di bunuh. Kitab Kisah Para rasul dan surat-surat rasuli memberikan cukup data untuk menggambarkan kehidupan Saulus pada masa mudanya. Ia dilahirkan di Tarsus di Kilikia (Kisah Para Rasul 22:3), dia juga disebut sebagai orang Ibrani yang paling Ibrani atau yang paling murni (2 Korintus 11:22; Filipi 3:5), “keturunan orang Farisi” (Kisah Para Rasul 23:6), dan warga negara Roma (Kisah Para Rasul 16:37; 22:25-28). Ia di didik di Yerusalem oleh Gamaliel (Kisah Para Rasul 22:3) dan menjadi orang Farisi yang taat (Kisah Para Rasul 26:4-5; Filipi 3:5). Ia seorang pemuda Farisi yang paling berpotensi di Yerusalem. Kenyataan-kenyataan diatas ini menunjukkan bahwa bisa saja dia adalah salah satu anggota Sanhedrin. Tetapi hal itu tidak dijelaskan dalam Alkitab.
Semangat Saulus untuk hukum Taurat dengan jelas ditunjukkan dalam penganyiayaan terhadap gereja. (Galatia1:13-14; Filipi 3:6). Ia mengira bahwa menganyiaya orang-orang percaya adalah salah satu cara untuk melayani Allah. Saulus menganyiaya orang percaya dimana ia Berusaha membinasakan jemaat; kata kerja membinasakan menggambarkan dimana si pembinasa itu seperti seekor binatang buas yang sedang mengoyak-ngoyak mangsanya. Ketika Kristus berbicara kepada Saulus di jalan ke Damsyik, Yesus menggambarkan Saulus seperti itu (Kisah Para Rasul 9:5). Perajaman Stefanus yang disetujui oleh Saulus merupakan suatu kesaksian dari seorang penganyiaya jemaat yang akhirnya di panggil Tuhan menjadi rasul-Nya. Pada ayat 3 dijelaskan, dimana Saulus adalah salah satu tokoh yang menggerakkan penganyiayaan orang-orang percaya. (lihat Galatia 1:13, 23; 1 Korintus 15:9; Filipi 3:6). Saulus yakin bahwa gerakan baru yang menyatakan seorang penghujat Allah yang disalibkan itu sebagai Mesias tidak mungkin berasal dari Allah. Karena Pejanjian Lama menyebut sebagai terkutuk setiap orang yang digantung pada salib. Ini merupakan bukti Alkitabiah menurut Saulus, bahwa Yesus adalah seorang penipu dan gerakan baru ini bersifat menghujat.


C. Injil Di Samaria (8:4-25)

Pada bagian ini Lukas pertama-tama mencatat penyebaran Injil ke Samaria. Orang-orang Samaria merupakan keturunan campuran dari golongan sisa Israel dengan bangsa-bangsa asing yang ditempatkan di Samaria oleh bangsa Asyur yang menaklukkan mereka sementara kalangan kelas atas sudah di buang (II Raja-raja 17). Orang-orang Samaria telah mendirikan Bait Suci di Gunung Sikhem (lihat Yohanes 4:20). Karena orang-orang Yahudi menganggap orang Samaria sebagai suku campuran baik secara keturunan maupun secara agama, berbagai prasangka kesukuan yang bersifat kekerasan harus diatasi sebelum gereja dapat menjadi umat yang sungguh-sungguh universal.
Kisah Para Rasul 8: 4-5 menjelaskan bahwa penganyiayaan kepada jemaat dan kepada para rasul telah mengakibatkan tersebarnya Injil ke berbagai daerah. Kata tersebar dalam ayat ini diterjemahkan dari kata Yunani diaspeiro yang dalam artian menyebarkan benih. Orang percaya di Yerusalem itu adalah benih-benih Allah, dan penganyiayaan itu digunakan oleh Allah untuk menanam benih-benih itu ke tanah yang baru, sehingga mereka dapat menghasilkan buah (Matius 13:37-38). Beberapa diantara mereka pergi ke seluruh Yudea dan Samaria (ingat kembali Kisah Para Rasul 1:8) dan sebagian lagi pergi ke tempat yang lebih jauh (Kisah Para Rasul 11:19). Sebagian penafsir berkata bahwa Allah mengizinkan penganyiayaan itu terjadi karena orang-orang percaya tidak tanggap dan harus di paksa untuk pergi memberitakan Injil keluar dari Yerusalem. Pernyataan ini tidak dapat kita setujui, sebab kenyataan bahwa Saulus juga menganyiaya orang-orang percaya bahkan sampai ke kota-kota asing. Artinya bahwa penganyiayaan bukan hanya terjadi di Yerusalem (Kisah Para Rasul 26:11) dan jika Saulus menganyiaya hingga ke kota-kota asing itu berarti bahwa kesaksian orang-orang percaya sudah merambah ke luar kota Yerusalem.
Filipus memberitakan Injil di Samaria, dimana pada waktu itu rasul-rasul masih tinggal di Yerusalem. Lukas menulis tentang apa yang dikerjakan Filipus di Samaria, yaitu memberitakan Mesias kepada orang-orang disitu (memberitakan Injil) mungkin karena Lukas (penulis KIsah Para Rasul) mengingat nubuatan Tuhan Yesus tentang Penginjilan di daerah Samaria itu. “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8)
Kemudian ayat 6 dan 7 menjelaskan bahwa Allah memakai Filipus untuk memberitakan Injil yang juga diserti denan tanda-tanda heran. Penekanan dalam mengenai kata mendengar dan kata diberitakan tentang Injil adalah menegaskan tentang pentingnya mendengar Injil yang diberitakan itu untuk keselamatan. Ayat 8 menceritakan, dimana kota Samaria di penuhi dengan sukacita yang luar biasa. Sukacita itu adalah sukacita dari berbagai hal yang menjadi satu yaitu: sukacita keselamatan, sukacita penyembuhan, sukacita dari iman, sebab jika manusia tidak memiliki iman yang kokoh dia pasti dikuasai oleh keraguan, keluh kesah dan kesedihan, sukacita dari kasih. Injil menyadarkan manusia dari dosa sehingga mendatangkan kegelisahan dalam hatinya, kemudian bertobat dan akan mempunyai sukacita yang diberikan Roh Kudus. Dosa yang telah diperbuat akan dihapuskan oleh darah Kristus, sehingga damai sejahtera memenuhi hati mereka; tidak hanya demikian mereka akan dipenuhi sukacita karena Tuhan terus menyertainya.
Kisah Para Rasul 8:9-25 menceritakan tentang Simon si Tukang sihir, dalam ayat yang cukup panjang ini, kembali kita melihat dimana Iblis selalu ingin menghancurkan kesaksian gereja dari dalam. Sudah merupakan prinsip dasar dalam Alkitab, bahwa dimana Allah menaburkan benih gandum-Nya, disana Iblis juga menaburkan benih lalangnya (Matius 13:24-30, 36-43). Hal ini juga terjadi dalam pelayanan Yohanes Pembaptis (Matius 3:7), pelayanan Yesus (Matius 23:15,33; Yohanes 8:44), dan dalam pelayanan Paulus (Kisah Para Rasul 13:6; 2Korintus 11:1-4, 13-15). Musuh itu datang seperti singa yang akan menelan mangsanya dan jika pendekatannya gagal, ia akan datang seperti ular untuk menipu. Dalam kasus ini yang menjadi alat Iblis adalah seorang tukang sihir yang bernama Simon.
Kata yang diterjemahkan dengan takjub dalam ayat 9 dan 11 berarti “membuat orang heran dan kacau.” Dalam ayat 11 Simon juga merasa takjub. Orang banyak merasa terpesona dengan apa yang dilakukan Simon sehingga mereka percaya kepada apa saja yang dikatakannya. Mereka menganggapnya sebagai kuasa Allah yang terkenal sebagai kuasa besar. Tetapi yang sebenarnya Simon di beri kekuatan oleh Iblis, bukan oleh Allah. Namun orang-orang yang belum disinari oleh Roh Kudus selalu memiliki penilaian yang salah menurut hati yang dikuasai oleh kegelapan, sehingga kuasa Iblis yang fana itu dianggap sebagai kuasa Allah. Ada perbedaan yang menyolok antara sihir Simon dengan Mukjizat yang Filipus lakukan. Sihir Simon dia pergunakan untuk meninggikan dirinya sendiri, sedangkan Mukjizat Filipus adalah dari Allah dan untuk memuliakan Allah.
Pada ayat 12 di ceritakan, dimana pada waktu orang Samaria mendengar berita Filipus banyak orang yang menjadi percaya dan meminta diri baptis. Karena semakin hari semakin banyak orang yang percaya kepada Filipus maka otomatis pengaruh Simon si tukang sihir itu semakin berkurang. Kemudian di ayat 13 dikatakan bahwa Simon menjadi percaya, tetapi nanti di ayat 20 Petrus mengecam dia dengan keras “binasalah engkau…” ini kadangkala menjadi pertanyaan, apa maksudnya percaya dalam ayat 13 ini. Kita dapat menjajawab pertanyaan ini dengan mengajukan satu pertanyaan lagi. Apa yang menjadi dasar “imanya”? Imanya tidak berdasar pada Firman Allah, tetapi pada mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Filipus; dan tidak ada petunjuk bahwa Simon telah bertobat dari dosa-dosannya. Tentu ia tidak percaya dengan segenap hatinya (ay 37). Imanya sama seperti iman orang-orang Yerusalem yang menyaksikan Tuhan Yesus membuat mukjizat (Yohanes 2:23-25) atau bahkan seperti setan-setan (Yakobus 2:19). Simon terus bersama-sama dengan Filipus, tetapi bukan untuk mendengar Firman Allah dan belajar lebih dalam tentang Yesus Kristus, melainkan untuk menyaksikan mukjizat-mukjizat dan kalau mungkin belajar untuk melakukannya. Jika membaca ayat 14 kita mengingat bahwa orang-orang Samaria tidak menerima karunia Roh Kudus ketika mereka menjadi percaya. Oleh sebab itu diperlukan dua orang rasul, Petrus dan Yohanes untuk datang dari Yerusalem menumpangkan tangan ke atas orang-orang yang sudah bertobat itu, dan berdoa bagi mereka agar menerima karunia Roh. Mengapa? Karena Allah ingin mempersatukan orang-orang Samaria yang percaya dengan gereja Yahudi yang mula-mula di Yerusalem.
Wiersbe dalam bukunya Dinamis di dalam Kristus mengingatkan bahwa sepuluh pasal pertama Kisah Para Rasul adalah mencatat masa transisi, dari bangsa Yahudi ke bangsa Samaria lalu kepada bangsa-bangsa lain. Pola Allah untuk masa kini diberikan di Kisah Para Rasul 10: orang berdosa mendengarkan Injil menjadi percaya, menerima karunia Roh dan kemudian di baptis. Sangatlah berbahaya jika mendasarkan doktrin atau perbuatan hanya dari apa yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 1-10, karena mungkin saja anda membangun pada dasar yang sementara dan bersifat transisi. Mereka yang menyatakan bahwa kita harus dibaptis sebelum menerima karunia Roh (2:38), akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan apa yang terjadi pada orang-orang Samaria; dan mereka yang mengatakan bahwa kita harus ditumpangi tangan untuk menerima karunia Roh akan mengalami kesulitan dalam menjelaskan Kisah Para Rasul 10. jika anda menerima Kisah Para Rasul 1-10 sebagai transisi dalam rencana Allah, dengan Kisah Para Rasul 10 sebagai klimaksnya, maka masalah itu teratasi.
Pada ayat 18 kejahatan Simon terbongkar, ternyata Simon bukan hanya ingin membuat mukjizat, tetapi ia juga ingin kuasa untuk dapat menyalurkan karunia Roh Kudus, kepada orag lain – dan ia mau membayar berapa saja untuk mendapatkan kuasa itu. Kejahatan Simon itu adalah bahwa dia menilai kuasa Allah sama dengan nilai mata uang, ia ingin meninggikan dirinya sendiri dengan memakai berkat Allah, ia masih terikat dengan pikiran sihir atau sulap sehingga dia berpikir bahwa penumpangan tangan itulah yang membawa kepenuhan Roh Kudus. Sehingga pada ayat 20 kata-kata Petrus kepada Simon menunjukkan bahwa Simon tukang sihir itu belum bertobat. “binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau” merupakan kata yang sangat keras seandainya digunakan kepada orang percaya. Kemudian pada ayat 22 Petrus menegor Simon dengan tegas supaya ia bertobat dan supaya Tuhan mengampuni niat hatinya. Kata niat hati disini berarti rencana atau rancangan dalam arti yang buruk. Selanjutnya ayat 23 Petrus berkata bahwa hati Simon seperti empedu yang pahit dan terjerat dalam kejahatan, hal ini menunjukkan bahwa ia tidak pernah benar-benar dilahirkan kembali. Ayat 24 merupakan tanggapan Simon terhadap apa yang dikatakan Petrus. Namun sama sekali dia tidak menunjukkan pertobatan. Ia lebih memikirkan bagaimana menghindari hukuman daripada bagaimana menjadi benar dihadapan Allah. Tidak ada bukti bahwa ia bertobat dan mencari pengampunan. Orang berdosa yang hanya ingin di doakan orang lain tetapi tidak mau berdoa sendiri, tidak akan masuk ke Kerajaan Allah. Hal ini menjadi renungan bagi kita, dimana seseorang bisa begitu dekat dengan keselamatan, namun tetap tidak bertobat. Simon mendengar Injil, menyaksikan Mukjizat, memberi pengakuan iman kepada Kristus dan di baptis, tetapi meskipun demikian ia tidak pernah dilahirkan kembali. Ayat 25 menjelaskan bahwa Petrus dan Yohanes kembali ke Yerusalem, tetapi mereka tidak mau kehilangan kesempatan untuk membagikan kabar baik kepada orang lain. Jadi sepanjang perjalanan pulang mereka memberitakan Injil.
D. Pertobatan Sida-Sida Etiopia

Ayat 26-40, adalah menceritakan tentang Seorang Sida-sida Etopia yang bertobat karena pelayanan Filipus. Sida-sida ini adalah orang yang ingin mencari kebenaran. Dia menempuh perjalanan yang panjang (sekitar 300KM dari Nubia Kuno/ Mesir Selatan yang waktu itu disebut Etiopia menuju ke Yerusalem). Orang Etiopia ini mewakili banyak orang pada masa kini yang beragama, membaca kitab suci, dan mencari kebenaran, namun tidak mempunyai iman yang menyelamatkan didalam Yesus Kristus. Mereka adalah orang-orang yang tulus tetapi terhilang. Mereka memerlukan seseorang untuk menunjukkan yang benar. Pada saat Filipus mendekati kereta itu, dia mendengar orang itu membaca dari kitab Nabi Yesaya. Itu berarti bahwa dia telah dipersiapkan oleh Allah untuk diselamatkan. Yesaya 53 adalah fasal yang dibacanya. Fasal ini berisi nubuat yang mengenai hamba Allah yang menderita. Yesaya 53 :7-8, merupakan focus perhatian dari sida-sida etopia itu, Ayat itu memberikan penjelasan tentang korban pengganti, dimana Yesus Kristuslah penggenapan nubuat yang ada dalam Perjanjian Lama tersebut, dan setelah orang Etiopia itu percaya maka dia meminta diri di baptiskan dan Filipus membaptiskannya diatas pengakuan imannya sendiri. Hal itu terlihat dimana pada ayat-ayat ini kita melihat dimana ketika sida-sida Etiopia itu bertanya, “...apakah halangannya jika aku di baptis,“ lalu Filipus memberitahukan syarat baptisan itu sendiri, dia berkata Jika tuan percaya dengan segenp hati, boleh. Lalu sida-sida Etiopia itu berkata aku percaya. Maka akhirnya Filipus membaptiskan sida-sida Etiopia itu atas pengakuan imannya. Jadi jelas sekali bahwa syarat dari baptisan adalah bahwa orang yang hendak dibaptiskan itu sudah percaya atau sudah diselamatkan.
Kemudian ayat 40 perlu kita bahas, ayat ini menceritakan tentang Filipus, setelah dia selesai memberitakan Injil kepada Sida-sida Etiopia itu. Filipus dilarikan oleh Roh Kudus untuk melayani di tempat lain, tetapi sida-sida itu meneruskan perjalananya dengan sukacita. Allah tidak mengijizinkan Filipus memuridkan orang yang baru percaya ini, tetapi Allah sudah pasti mengatur soal itu. Filipus sampai di Asdod, kira-kira 30 km dari Gaza; kemudian berjalan menuju Kaisarea, perjalanan sejauh kira-kira 90 km. seperti halnya Petrus dan Yohanes, Filipus memberitakan Injil dalam perjalanan itu (Kisah Para Rasul 8:25), yaitu menceritakan tentang Juruselamat kepada orang lain. Kira-kira dua puluh tahun kemudian kita bertemu dengan Filipus yang tinggal di Kaisarea dan masih terus melayani Allah sebagai seorang penginjil (Kisah Para Rasul 21:8).
Pada saat kita mempelajari perkembangan Injil selama masa transisi ini (Kisah Para Rasul 2-10), anda melihat bagaimana Roh Kudus menjangkau keseluruh dunia. Di dalam Kisah Para Rasul 8, orang Etiopia yang baru bertobat itu adalah keturunan Ham (Kejadian 10:6, dimana “Kusy” mengacu pada Etiopia). Di dalam Kisah Para Rasul9 Saulus dari Tarsus diselamatkan; karena ia adalah orang Yahudi maka ia adalah keturunan Sem (Kejadian 10:21). Di dalam Kisah Para Rasul 10 orang-orang non Yahudi menemukan Kristus, dan mereka adalah keturunan Yafet (Kejadian10:1); seluruh dunia di huni oleh keturunan Sem, Ham dan Yafet dan Allah ingin agar seluruh dunia – semua keturunan mereka – mendengar berita Injil (Markus 16:15; Matius 28:18-20).




E. Pertobatan Saulus (9:1-31)

Kisah pertobatan Saulus disisipkan kedalam narasi tentang perluasan Injil di Palestina. Catatan pelayanan Petrus yang telah mengellni Samaria untuk memberitakan Injil (8:25), dilanjutkan pada 9:32. pada saat Injil bergerak keluar menjagkau orang bukan Yahudi, Allah mempersiapkan sebuah alat pilihan yang menjadi alat utama di dalam misi ini. Karena itu Lukas menghentikan narasinya untuk menceritakan pertobatan Saulus, dan juga untuk menjelaskan akhir dari penganyiayaan terhadap gereja.
Kisah pertobaan Saulus dari Tarsus itu dibrikan tiga kali di dalam kitab Kisah Para Rasul, yaitu dalam fasal 9,22, dan 26. sesuai dengan catatan yang sedang kita teliti. Saulus mengalami empat peristiwa yang secara keseluruhan mengubah kehidupannya; Pertama: ia bertemu dengan Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 9:1-9),Kedua: ia bertemu dengan Ananias (Kisah Para Rasul 9:10-19, Ketiga: ia menghadapi perlawanan (Kisah Para Rasul 9:20-25), Keempat: ia bertemu dengan orang-orang percaya di Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:26-31).
Kita akan membahas keempat peristiwa diatas secara terinci. Dan kita akan mulai dengan pembahasan yang pertama ayat 1-9 (Paulus bertemu dengan Yesus Kristus). Jika kita melihat Saulus dalam perjalanan itu (ayat 1-2), maka kita akan melihat orang yang sangat bersemangat, yang sungguh-sungguh merasa bahwa ia sedang melayani Allah dengan menganyianya gereja. Meskipun ia mempunyai pengetahuan yang luar biasa (Kisah Para Rasul 26:24), Saulus buta rohani (2 Korintus 3:12-18) dan tidak memahami apa yang sebenarnya diajarkan Perjanjian Lama tentang Mesias. Seperti juga banyak orang sebangsanya, Saulus tersandung pada salib (1 Korintus1:23) karena ia bersandar pada kebenaranya sendiri, dan bukan pada kebenaran Allah (Filipi 3:1-10; Roma 9:30-10:13). Pada masa kini banyak orang beragama yang merasa benar sendiri tidak menyadari bahwa ia membutuhkan juruselamat dan akan marah jika kita memberitahu bahwa mereka orang berdosa.
Sikap Saulus seperti binatang yang sedang marah dan sangat berbahaya, seperti halnya rabi-rabi lain, ia percaya bahwa hokum Taurat harus di taati sebelum Mesias datang; namun yang dianggap mereka sebagai para penganut bidat itu memberitakan hal-hal yang bertentang dengan Hukum Taurat, Bait Allah, dan tradisi para leluhur (Kisah Para Rasul 6:11-13). Saulus membinasakan gereja-gereja di Yudea (Galatia 1:23) kemudian mendapat wewenang dari Imam besar untuk pergi sampai ke Damsyik untuk memburu murid-murid Yesus. Ini bukanlah hal yang dianggap sepele, karena ia memiliki wewenang dari dewan tertinggi Yahudi (Kisah Para Rasul 22:5). Damsyik mempunyai sejumlah besar penduduk Yahudi, dan diperkirakan waktu itu ada tiga puluh sampai empat puluh sinagoge di kota itu. Kenyataan bahwa di kota itu sudah ada orang yang percaya menunjukkan betapa efektifnya gereja menyebarkan berita itu. Beberapa dari orang percaya itu mungkin adalah mereka yang melarikan diri dari penganyianyaan di Yerusalem. Ini menjelaskan mengapa Saulus meminta wewenang untuk menyeret mereka kembali. Orang-orang percaya masih terus memiliki pertalian dengan sinagoge, karena baru beberapa tahun kemudian mereka berpisah dengan Yudaisme. (Lihat Yakobus 2:2 dimana kata “kumpulan” itu berarti “sinagoge” dalam bahasa Yunani).
Setelah kita membaca ayat 4, kita mendapat penjelasan bahwa tiba-tiba Paulus mendapati dirinya terkapar di tanah. Itu bukan disebabkan oleh sengatan panas matahari atau serangan penyakit ayan, melainkan karena pertemuan pribadi dengan Yesus Krstus. Pada waktu tengah hari (Kisah Para rasul 22:6), ia melihat cahaya yang sangat menyilaukan dari langit dan mendengar suara memanggil namanya (Kisah Para Rasul 22:6-11). Orang-orang yang bersama-sama dengan dia juga rebah ke tanah (Kisah Para Rasul 26:14) dan mendengar suara (bisa juga bunyi) itu, tetapi mereka tidak mengerti perkataan yang diucapkan dari sorga itu. Mereka berdiri terheran-heran (9:7) mendengar Saulus berbicara dengan seseorang tetapi tidak tahu apa yang sedang terjadi.Wiersbe memberi penjelasan tambahan dengan mengatakan: “Perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang bersama dengan Paulus juga melihat cahaya itu, tetapi tidak melihat Tuhan; dan mereka juga mendengar suara, tetapi tidak mendengar suara yang mengucapkan kata-kata”. (Warren Wiersbe, Dinamis Didalam Kristus. Halaman 114).
Saulus dari Tarsus menemukan beberapa hal yang indah pada hari itu. Mula-mula, dengan sangat heran ia menemukan bahwa Yesus dari Nazaret itu benar-benar hidup!. Sebenarny orang percaya sangat menekankan berita mereka tentang bahwa Yesus Hidup (Kisah Para Rasul 2:32; 3:15; 5:30-32), tetapi Saulus menolak kesaksian mereka. Jika Yesus memang hidup, berarti Saulus harus mengubah pendapatnya tentang Yesus dan berita-Nya. Ia harus bertobat – padahal ini adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan oleh orang Farisi yang merasa dirinya benar. Pada ayat 5 Yesus menegor Saulus, supaya ia tahu bahwa dirinya orang berdosa dan yang ada dalam bahaya penghukuman Allah. “Akulah Yesus yang kau aniaya itu”. Pada waktu-waktu sebelumnya Saulus berpikir bahwa ia melayani Allah, padahal kenyataannya ia sedang menganyiaya Mesias! Apabila diukur dengan kekudusan Yesus Kristus, pekerjaan baik yang dilakukan Saulus dan pembenaran dirinya tampak seperti kain kotor (Filipi 3:6-8; Yesaya 64:6). Nilai-nilainya berubah. Ia menjadi pribadi yang baru karena ia percaya kepada Yesus Kristus.
Ayat 8-9 menceritakan bahwa teman-teman seperjalanan Saulus menuntun dia masuk ke Damsyik. Jika kita lihat sebelumnya bahwa Saulus adalah seberti binatang buas yang sedang mengamuk (Kisah Para rasul 9:1) sekarang berubah menjadi seperti seekor anak domba yang jinak! Pemimpin yang ganas itu harus dituntun karena penglihatan itu telah membuatnya buta. Mata rohaninya menjadi celik, tetapi mata jasmaninya menjadi buta. Allah benar-benar membuat dia menjadi rendah hati dan mempersiapkan dia untuk dilayani oleh Ananias. Ia berpuasa dan berdoa (ay. 9,11) selama tiga hari itu ia mulai menyelidiki kembali apa yang ia percaya. Ia telah diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman kepada Kristus yang hidup, dan bukan oleh hokum Taurat. Allah mulai mengajar Saulus dan menunjukkan kepadanya hubungan antara Injil Kasih Karunia Allah dengan agama tradisi Musa yang telah dijalaninnya selama ini.
Sekarang kita masuk pada pembahasan yang kedua: Saulus bertemu dengan Ananias (Kisah Para Rasul 9:10-19). Menurut Kisah Para Rasul 22:12, ananias adalah seorang Yahudi yang saleh, yang percaya kepada Kristus. Dia tahu reputasi Saulus dan bahwa ia datang ke Damsyik untuk menagkapi orang-orang percaya. Pada waktu itu perjalanan dari Yerusalem ke Damsyik memerlukan waktu sampai satu minggu. Pada ayat 10 Ananias disebut sebagai murid, kata murid dapat ditafsirkan sebagai pengikut. Selanjutnya sebutan yang paling umum adalah kata Kristen adalah yang baru muncul mulai Kisah Para Rasul 11:26. Pada ayat 11 dijelaskan bahwa Tuhan menyuruh Ananias untuk menemui Saulus ke jalan lurus di rumah Yudas. Kemudian ayat 13 memberikan gamaran kepada kita, dimana Ananias memang siap untuk melakukan kehendak Allah, tetapi bukan berarti dia tidak merasa cemas untuk mentaatinya. Tetapi seperti yang dikatakan Tuhan kepadanya, bahwa Saulus sekarang sedang berdoa, bukan mencari mangsa dan itulah yang semakin mendorong hatinya untuk menjumpai Saulus. Spurgeon berkata bahwa doa adalah tanda tangan Roh Kudus di hati yang diperbaharui. Pada ayat 14 menjelaskan bahwa Ananias juga tahu bahwa Saulus datang sebenarnya adalah untuk menganyiaya orang percaya, bahkan dia diperlengkapi dengan surat kuasa dari imam-imam kepala. Tetapi pada ayat 15 Tuhan malah mengatakan bahwa dia adalah pilihan Tuhan untuk memberitakan Nama-Nya dan bahkan di ayat 16 dikatakan bahwa dia akan menderita demi nama-Nya. Lalu setelah Ananias merasa yakin (ay 17) ia segera pergi ke rumah Yudas dan menumpangtangani Saulus. Ananias menyapa Saulus sebagai saudara, tentu hal itu membuat sukacita yang besar bagi Saulus. Dalam ayat 18 dijelaskan bahwa Oleh kuasa Allah matanya terbuka dan ia dapat melihat. Lalu ia di baptis dan setelah itu dia makan.
Ada beberapa pelajaran praktis dari ayat 10-19; yang pertama dapat menggunakan setiap orang percaya, bahkan yang tidak terkenal sekalipun. Yang kedua Kita tidak boleh takut menaati kehendak Allah. Yang ketiga pekerjaan Allah selalu seimbang, dimana Allah mengimbangi mukjizat besar di depan umum dengan pertemuan diam-diam di rumah Yudas. Yang keempat kita tidak boleh meremehkan nilai dari satu orang yang akan dibawa kepada Kristus. Ada sebuah cerita yang indah dimana pada tanggal 21 April 1855 Edward Kimbal membimbing seorang anak yang kasar dan kurang berpendidikan untuk percaya kepada Kristus di Sekolah minggunya dan pada saat itu juga anak itu diselamatkan. Sang guru sekolah inggu tadi tidak menyadari bahwa anak itu adalah Dwight L. Moody, yang satu hari kelak akan menjadi seorang penginjil yang terkenal di seluruh dunia. Tugas kita adalah memberitakan Injil kepada sebanyak mungkin orang, tidak peduli siapun mereka.
Peristiwa yang ketiga yang mengubah kehidupan Saulus dimana ia menghadapi perlawanan (Kisah Para Rasul 9:20-25). Ayat 20, memberikan penjelasan bagi kita bahwa segera setelah pertobatan Saulus dia memberitakan Injil, dan dengan berani dia menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Ayat 21 menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi di Damsyik merasa heran melihat peubahan yang begitu dramatis dalam kehidupan Saulus. Kemudian pada ayat 22, disebutkan bahwa pengaruhnya semakin melas dan banyak orang Yahudi yang bingung, karena ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Kemudian di ayat 23-25 menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi berencana membunuh Saulus, mereka telah menjaga pintu kota supaya Saulus tidak boleh lari dari kota itu. Tetapi murid-muridnya (orang-orang ang sudah percaya lewat pelayananya) menurunkan dia dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang, anyaman yang besar, dan dengan demikian dia lolos dari usaha untuk menangkapnya.
Peristiwa yang keempat yang mengubah hidup Saulus adalah ia bertemu dengan orang-orng percaya di Yerusalem (Kisah Para Rasul 9:26-31). Ada dua tahap pengalaman Saulus dengan Gereja Yerusalem. Yang pertama Saulus Ditolak (ay 26). Mula-mula orang percaya di gereja Yerusalem takut terhadap dia. Mungkin orang-orang percaya di Yerusalem berpikir bahwa keramahanya itu hanya siasat untuk masuk ke persekutuan mereka sehingga ia dapat menangkap mereka. Mereka tidak percaya bahwa ia sudah menjadi murid Yesus, apalagi menjadi rasul yang telah melihat Juruselamat yang bangkit itu. Kemudian tahap yang kedua adalah Saulus diterima (27-28), dalam hal ini yang menolong Gereja Yerusalem menerima Saulus adalah Barnabas, yang didalam Kisah Para Rasul 4:36-37 telah dijelaskan bahwa dia adalah termasuk salah seorang yang suka membagi-bagikan hartanya kepada jemaat yang lain yang membutuhkan. Barnabas menerima Saulus dan membawa dia kepada para pemimpin gereja, dan menyakinkan mereka bahwa Saulus sudah menjadi orang percaya dan juga sebagai Rasul yang terpilh. Dengan melihat arti nama Barnabas (anak penghiburan) sepertinya dia layak menyandang nama itu, dia juga telah memberikan pengihiburan saat memberi persembahan yang berasal dari hatinya dan dia juga menghiburkan hati Saulus yang sudah ditolak dalam persekutan gereja Yerusalem.
Kemudian pada ayat 29-30 menjelaskan bahwa Saulus menyaksikan bahwa Yesus adalah Kristus kemanapun ia pergi, dengan mempertaruhkan nyawanya. Belum lama berlalu bahwa ia diancam mati di Damsyik karena pemberitaan Injil (22-23), sekarang ia juga mengalami ancaman maut di Yerusalem. Hal ini dituliskan oleh Lukas untuk menegaskan bahwa betapa kuatnya keyakinan Paulus setelah pertobatannya.


F. Pelayanan Petrus di Palestina dan Orang-orang yang bertobat pertama di luar bangsa Yahudi (9:32 – 11:18)

Narasi Lukas pada titik ini berbalik kepada kisah tentang perluasan Injil ke seluruh Yudea melalui pelayanan Petrus. Terakhir Petrus disebutkan dalam 8:25, ketika ia bersama dengan Yohanes kembali ke Yerusalem dari Samaria. Sekarang diceritakan bahwa Petrus telah terlihat dalam perjalanan pelayanan di seluruh Yudea. Berkotbah kepada orang-orang Kristen yang telah terserak di berbagai kota. Akan sangat menarik kalau kita memiliki suatu catatan yang lengkap tentang pelayanan Petrus. Di Lida dia menjumpai sekelompok orang Kisten yang mungkin telah lari kesana pada masa perserakan yang disebabkan oleh penganyiayaan di Yerusalem. Filipus sudah memberitakan Injil di wilayah ini (8:40). Disini Petrus menyembuhkan Eneas yang lumpuh.
Pada ayat 32 disebutkan bahwa Petrus singgah di Lida. Kota Lida adalah suatu kota yang mayoritas penduduknya non- Yahudi, kira-kira 40 km dari Yerusalem. Mungkin saja daerah itu diinjili oleh orang-orang yang bertobat pada hari Pentakosta, atau mungkin oleh orang percaya yang setia dan yang telah tersebar jauh luas selama masa penganyiayaan besar. Tidak diragukan juga Filipus juga telah melayani disana (Kisah Para Rasul 8:40). Ayat 33-34 menceritakan tentang Mukjizat yang menyembuhkan Eneas. Kita tidak tahu banyak tentang Eneas, selain hanya yang diberitakan oleh ayat yang singkat ini, Alkitab tidak memberitahukan kepada kita apakah dia orang Yahudi atau non-Yahudi? Penjelasan Dr Lukas tentang dia hanyalah bahwa ia telah lumpuh selama delapan tahun. Itu berarti ia sama sekali lumpuh tak berpengharapan lagi. Ia menjadi beban bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, dan ia tidak punya harapan untuk sembuh. Kristus yang dibangkitkan, dengan kuasa nama-Nya memberi kesembuhan yang sempurna kepada Eneas. Kesembuhan itu terjadi seketika itu juga, dan Eneas langsung dapat bangun dan membereskan tempat tidurnya. Selanjutnya 9:35 memberikan informasi bahwa semua penduduk di Lida dan Saron melihat dia lalu berbalik kepada Tuhan, namun ayat ini sebenarnya tidak mnyiratkan bahwa semua penduduk Lida dan saron tanpa tekecuali diselamatkan. Tetapi hanya yang melihat Eneas saja yang berjaln kesana kemari, mereka yng telah yakin bahwa Yesus itu hidup dan mereka perlu percaya kepada-Nya.
Setelah dari Lida, Petrus terus melanjutkan perjalananya untuk mengunjungi kota Yope (Yafo Modern), kota terletak di daerah pantai kira-kira 16 km dari Lida. Kota itu penting dalam sejarah Alkitab, karena darisitulah Nabi Yunus berlayar, ketika ia berusaha melrikan diri dari Allah (Yunus 1:1-3). Yunus pergi ke Yope karena tidak mau pergi ke orang-orang non Yahudi, tetapi di Yope Petrus menerima panggilanya untuk pergi kepada orang non-Yahudi! Karena Yunus tidak menaati Allah, maka Ia mengirimkan badai yang menyebabkan para pelaut non-Yahudi itu ketakuan. Karena Petrus ketakutan maka Ia mengirimkan “Roh Kudus” kepada orang-orang non-Yahudi sehingga mereka mengalami sukacita dan damai yang luarbiasa, hal-hal itulah yang menjadi perbedaan kedua kisah tersebut. Ayat 36, menjelaskan tentang Tabita (Dorkas). Dorkas adalah nama sebutan dalam bahasa Yunani kepada Tabita, dia sangat disayangi oleh orang-orang banyak karena perbuatan-perbuatanya yang baik dan tindakan-tindakan kebajikannya. Selanjutnya ayat 37, menjelaskan bahwa ia (Tabita) sakit keras dan akhirnya mati. Pada ayat 38, ada orang percaya mengetahui bahwa Petrus ada di Lida yang tidak seberapa jauh dari Yope dan akhirnya mereka memanggil Petrus. Satu hal yang kita harus ingat disini bahwa tidak pernah ada catatan dalam Kisah Para Rasul bahwa adanya rasul lain membangkitkan orang mati, sehingga panggilan mereka kepada Petrus itu adalah bukti iman mereka kepada kuasa Yesus Kristus yang telah bangkit. Lalu pada ayat 39, dijelaskan bahwa segera Petrus berkemas dan pergi menuju kesana dan kemudian ayat ini juga menceritakan bagaimana rasa sayangnya orang banyak (janda-janda) kepada Tabita ini. Kemudian pada ayat 40-41, Petrus menyuruh para janda yang sedang bersusah hati itu untuk meninggalkan ruang atas, dimana mayat Tabita di baringkan dan saat itulah Petrus berdoa dan setelah itu dia menyuruh Tabita untuk bangkit. Wiersbe mengatakan bahwa supaya dapat mengerti lebih dalam tentang kisah ini maka kita harus membandingkannya dengan kisah dimana Tuhan Yesus membangkitkan anak Yairus (Markus 5:35-43). Dalam kedua kasus itu, orang yang berdukacita disuruh keluar dari dalam ruangan. Kecuali itu kata-kata yang diucapkan hampir identik: “Talita kum: Hai anak, Aku berkata kepadamu bangunlah; Tabita, bangkitlah.” Yesus memegang tangan anak perempuan itu sebelum Ia berbicara kepadannya, sedangkan Petrus memegang tangan Dorkas sesudah perempuan itu hidup kembali. Dalam kedua contoh ini kuasa Allahlah yang membangkitkan orang mati itu, sebab orang yang sudah mati tidak mungkin dapat menerapkan imanya.
Ayat 42, menjelaskan bahwa peristiwa itu tersiar di seluruh Yope dan akhirnya banyak orang yang menjadi percaya. Selanjutnya (43)setelah peristiwa itu Petrus masih tinggal beberapa hari di Yope, dia tinggal di rumah seorang penyamak kulit. Sebenarnya penyamak kulit bagi rabi Yahudi adalah pekerjaan yang najis (lihat Imamat 11:35-40). Jadi jika Petrus tinggal di rumah penyamak kulit itu berarti bawa dia sudah bergerak selangkah dari legalisme Yahudi kedalam kemerdekaan kasih karunia-Nya yang menakjubkan itu.
Didalam Kisah Para Rasul 10:1, Lukas mencatat langkah terakhir yang sangat penting didalam perluasan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Pentingnya langkah itu ditunjukkan oleh dua kali pencatatan kunjungan Petrus kepada Kornelius. Langkah ini menimbulkan berbagai masalah yang sulit tentang syarat-syarat pergaulan sosial di antara orang-orang Kristen Yahudi dan orang-orang Kristen yang bukan Yahudi dan syarat-syarat penerimaan orang-orang bukan Yahudi itu kedalam Gereja. Persoalan ini menjadi pokok pembahasan dalam konferensi di Yerusalem dalam Kisah Para Rasul 15. Kota Kaisarea adalah kota yang terletak kira-kira 100 km di barat laut Yerusalem dan 50 km disebelah utara Yope. Pada saat itu Kaisarea adalah ibu kota Romawi untuk daerah Yudea, dan terkenal akan banyaknya bangunan-bangunan yang indah. Di kota ini tinggallah Kornelius, seorang perwira pasukan Romawi yang hatinya telah bosan dengan mitologi kafir dan syariat agama yang kosong, dan ia telah berpaling ke Yudaisme dengan harapan menemukan keselamatan. Kornelius berusaha sedekat mungkin dengan Yudaisme tanpa menjadi penganutnya. Banyak orang yang takut akan Tuhan seperti dia di dunia kuno (Kisah Para Rasul 13:16) dan mereka seperti ladang yang sudah menguning dan siap dituai. Pada ayat 2 di jelaskan bagaimana Kornelius dan keuarganya disebut sebagai orang yang saleh, dia suka memberi persembahan, dia juga suka beribadah, berdoa dn lain-lain. Ini memberikan penjelasan bagi kita bahwa seseorang dapat begitu saleh namun tetap tidak diselamatkan. Tentu saja Kornelius sungguh-sungguh dalam ketaatanya kepada hukum Allah, doanya, kemurahannya kepada orang-orang Yahudi. Ia adalah orang yang saleh dan terhormat – namun ia belum diselamatkan. Perbedaan antara Kornelius dengan orang-orang yang beragama pada masa kini adalah dimana bahwa Kornelius tahu bahwa ketaatanya tidak cukup untuk menyelamatkan dia. Banyak orang beragama masa kini merasa puas dengan sifat perbuatan baik yang mereka anggap akan membawa mereka ke surga, dan mereka tidak mempunyai konsep tentang dosa-dosa mereka maupun tentang kasih karunia Allah. Nanti selanjutnya pada Kisah Para Rasul 11:13-14, di dalam doanya dia meminta supaya Allah menunjukkan jalan keselamatan kepadanya.
Dalam beberapa hal John Wesley sama seperti Kornelius, ia adalah orang beragama, anggota gereja, seorang pendeta, dan anak seorang pendeta. Ia menjadi anggota persekutuan agama di Oxford, yang tujuannya adalah menyempurnakan kehidupan Kristiani. Wesley melayani sebagai seorng utusan Injil ke luar negeri, tetapi meskipun ia memberitakan Injil kepada orang lain, tetapi ia sendiri tidak mempunyai kepastian keselamatan. Kemudian pada tanggal 24 Mei 1738, dengan enggan Wesley menghadiri satu kebaktian kecil di London, dimana seseorang membaca dengan keras tafsiran Martin Luter atas surat Roma. Dalam buku harianya Wesley menulis, “kira-kira jam 8.45, sementara orang itu menggambarkan perubahan yang dikerjakan oleh Allah di dalam hati melalui kepada Kristus, saya merasa hati saya dihangatkan dengan cara yang aneh. Saya merasa saya betul-betul percaya kepada Kristus, Kristus saja untuk keselamatan; dan satu jaminan diberikan kepada saya bahwa ia telah membuang dosa-dosa saya, dan menyelamatkan saya dari hukum dosa dan maut.”
Ayat 3 sampai 5, menjelaskan bahwa Allah menyuruh malaikat untuk memberitahu Kornelius, dan sesuai dengan tatacara militer yang benar, dan pada saat itu juga Kornelius menaatinya. Yang menjadi pertayaan disini adalah mengapa malaikat itu menyuruh memanggil Petrus yang berada 50 km jauhnya di Yope, padahal waktu itu Filipus, si penginjil ada di Kaisarea (Kisah Para Rasul 8:40)? Karena Petruslah, bukan Filipus yang telah di beri “kunci.” Allah bekerja pada saat yang tepat, dan ia juga bekerja melalui hamba yang tepat. Dan kedua-duanya penting. Pada ayat 6, disebutkan bahwa malaikat itu memberitahukan bahwa Petrus sedang menumpang di rumah seorang penyamak kulit. (tentang ini kita sudah bahas pada Kisah Para rasul 9:43). Ayat 7 dan 8, menjelaskan bahwa Kornelius menyuruh dua orang hambanya dan seorang prajurit untuk pergi ke Yope menjemput Petrus.
Ayat 9-22 Sebelum ketiga orang itu bertemu dengan Petrus, Tuan harus mempersiapkan Petrus untuk rencana-Nya, karena ia adalah orang Yahudi Ortodoks seumur hidupnya (Kisah Para Rasul 10:14). Hukum Musa bagaikan tembok yang memisahkan antara Yahudi dengan non Yahudi, dan tembok ini sudah dirobohkan oleh salib (Efesus 2:14-18). Allah menyatakan bahwa tidak ada perbedaan lagi antara orang Yahudi dan non-Yahudi, dalam penghukuman (Roma 3:22-23) maupun dalam keselamatan (Roma 10:12-13). Mengapa Allah mempersiapkan Petrus dengan cara dimana Allah memberikan penglihatan tentang makanan kepadanya. Pertama-tama ialah karena Petrus sedang lapar, dan penglihatan tentang makanan pasti lebih mengena dalam kondisinya. Kedua perbedaan antara makanan yang halal dan yang haram adalah problema utama antara orang Yahudi dan Non Yahudi (Kisah Para Rasul 11:1-3). Allah menggunakan peraturan yang sudah berabad-abad ini (Imamat 11) untuk memberi pelajaran rohani yang penting kepada Petrus. Ketiga kembali kepada apa yang diajarkan Kristus kepada Petrus dan murid-murid lain ketika ia melayani di bumi (Markus 7:1-23). Baranglkali pada saat itu Petrus tidak memahami sepenuhnya apa yang dikatakan Yesus, tetapi sekarang semuanya itu berhubungan satu sama lain. Allah tidak hanya mengubah diet Petrus, tetapi sebenarnya Allah ingin memberitahukan bahwa dihadapan Allah, baik orang Yahudi maupun non Yahudi sama-sama tidak tahir. Ini berarti bahwa orang-orang non-Yahudi tidak harus menjadi orang Yahudi supaya dapat menjadi orang Kristen. Petrus berusaha menolak apa yang Tuhan tunjukkan kepadanya, namun pada akhirnya dia tidak dapat menolak apa yang Tuhan suruh kepadanya. Setelah waktunya sudah tepat, maka ketiga orang utusan tiba di rumah dimana Petrus menginap. Ketiga orang dari Kaisarea itu sampai di depan pintu tepat pada saat Petrus sedang memikirkan makna penglihatan itu. Roh menyuruh Petrus menemui ketiga orang itu dan berangkat mengikuti mereka. Frasa “Jangan Bimbang” (Kisah Para Rasul 10:20) itu berarti “Jangan membeda-bedakan” nanti kita akan menemui lagi frasa itu dalam KIsah Para rasul 11:12. sekarang Petrus tidak lagi membeda-bedakan antara orang Yahudi dengan non-Yahudi. Ayat 22 adalah berisikan tentang berita dari sipengutus ketiga orang tersebut.
Ayat 23-33, menunjukkan suatu kenyataan bahwa tembok pmisah antara orang Yahudi dan Non Yahudi telah diruntuhkan. Kenyataan bahwa Petrus mengijinkan orang-orang non-Yahudi tinggal bersama dengan dia. Petrus memilih enam orang Yahudi yang percaya untuk mnyertai dia sebagai saksi (Kisah Para Rasul 11:12), tiga kali lebih banyak dari tuntutan resmi. Perjalanan dari Yope ke Kaisarea yang berjarak 50 km itu paling tidak memakan waktu dua hari. Ketika Petrus sampai ia mendapati bahwa Kornelius telah mengumpulkan sanak saudara dan teman-temanya untuk mendengarkan pesan kehidupan itu (24) ia (Kornelius) menjadi berkat sebelu ia diselamatkan. Pada (ay 25) menunjukkan bahwa jika Petrus mau meninggikan dirinya maka pada saat itu dia sangat mudh sekali untuk melakukannya; tetapi Petrus menyadari bahwa dirinya adalah hamba bukan selebriti, sehingga di ayat 26, Petrus menegakkan Kornelius yang sedang menyembah itu dengan berkata “bangunlah aku hanya manusia saja” kemudian di ayat 28 Petrus menyatakan bahwa ia tidak menganggap orang non-yahudi itu tidak tahir, hal itu pasti mengejutkan dan menggembirakan hati para pendengarnya. Sebab selama berabad-abad orang yahudi, berdasarkan hukum Perjanjian Lama menganggap bahwa orang non-Yahudi itu njis dan tidak tahir, bahkan beberapa orang Yahudi menyebut orang non-Yahudi itu sebagai anjing. Pada ayat 29, Petrus memberikan pertayaan “sekarang aku ingin tahu, apa sebabnya kamu memanggil aku.” Kita mungkin mempunyai pertayaan untuk bagian ini, apakah Petrus tidak tahu bahwa ia diundang ke sana untuk memberitakan Injil? Apakah ia lupa amanat dalam Kisah Para Rasul 1:8 untuk pergi “sampai ke ujung bumi”? Sekarang ini kita dapat melihat kembali pada peristiwa-peristiwa yang berkembang dalam gereja dan memahami apa yang sedang dilakukan Allah, tetapi mungkin tidak semudah itu seandainya kita hidup di tengah-tengah peristiwa itu. Bahkan gereja Yerusalem mempertanyakan tindakan-tindakan Petrus itu (Kisah Para Rasul 11:1-18), dan kemudian mengadakan konferensi untuk membicarakan posisi orang-orang non-Yahudi di dalam Gereja (Kisah Para Rasul 15). Isi ayat 30-33 adalah dimana Kornelius menjelaskan tentang apa yang di telah alami, kemudian ia memberitahu Petrus mengapa ia mengundangnya, dimana ia ingin mendengar apa yang dipesankan Allah (Injil) kepada Petrus untuk disampaikan kepada Kornelius. Jadi Kornelius mengundang Petrus bukan untuk memberikan kuliah agama Yahudi, tetapi supaya Petrus mau menjelaskan bagaimana supaya mereka (Kornelius dan semua orang yang bersama dia pada saat itu) dapat diselamatkan. Mereka bukan orang-orang Yahudi yang ingin meminta kuliah agama. Mereka adalah orang-orang berdosa yang terhilang, yang memohon di beritahu bagaimana supaya dapat diselamatkan. Selanjutnya ayat 34-35, Petrus mengatakan bahwa dia tahu bahwa Allah tidak membeda-bedakan orang. Dia sadar bahwa perbedaan antara makanan haram dan halal merupakan penerapan manusia, dan bahwa tidak ada bangsa yang dianggap najis di hadapan Allah. Allah tidak membedakan orang, keselamatan adalah untuk semua orang dn semua orang yang percaya kepada Kristus akan diselamatkan, tidak pedui apakah dia bangsa Yahudia atau no-Yahudi. dalam ayat. Dalam ayat 36, Petrus memberitakan Injil kepada Kornelius, dengan menunjukkan bahwa sekalipun Allah mengirimkan sabda-Nya terhadap Israel terlebih dahulu, tetapi Yesus adalah benar-benar Tuhan untuk semua manusia. Ayat 37,38, adalah merupakan ringkasan singkat dari apa yang di beritakan Petrus tentang pelayanan Yesus di Yudea dan Galilea, pengurapan-Nya sebagai Mesias ketika ia di baptis, perbuatan-perbuatan baik-Nya, tindakan-tindakan-Nya menyembuhkan penyakit dan mengusir setan. 39-43, Petrus menyimpulkan kisah kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kornelius dan teman-temanya sudah tahu mengenai kehidupan dan kematian Kristus, karena perkara ini tidak terjadi di tempat terpencil (Kisah Para Rasul 26:26). Pada umumnya, orang sudah banyak yang tahu tentang kehidupan dan pelayanan, dan kematian Kristus, tetapi hanya para rasul dan orang-orang percayalah yang menyaksikan kebangkitan-Nya. Seperti dalam kotbah-kotbah sebelumnya, Petrus mnumpahkan kesalahan penyaliban itu kepada para pemimpin yahudi (Kisah Para rasul 3:15; 4:10;5:30), demikian pula Stefanus (Kisah Para rasul 7:52). Paulus juga memberi penekanan yang sama (1 Tesalonika 2:14-16). Setelah selesai dengan pengulangan landasan sejarah dari berita Injil, kematian dan kebangkitan Kristus, Petrus kemudian mengemukakan kabar baiknya: “Barangsiapa percaya kepada-Nya” (Kisah Para Rasul 10:43, dan lihat 2:21). Para pendengarnya berpegang pada kata “barangsiapa” dan mereka menerapkannya pada diri mereka sendiri. percaya kepada Kristus saja untuk diselamatkan sehingga mereka mendapat anugerah keselamatan. Selanjutnya ayat 44-48 adalah menceritakan dimana Allah Roh Kudus menyertai atau menguatkan pelayanan Petrus tersebut. Roh Kudus memberi kesaksian kepada keenam orang Yahudi yang hadir disitu, bahwa orang-orang non-Yahudi itu benar-benar telah lahir baru. Bagaimanapun juga keenam orang itu tidak tahu penglihatan yang dilihat Petrus dan mereka baru mengerti bahwa sekarang orang-orang non-Yahudi mepunyai tempat berpijak yang sama dengan orang Yahudi. Ini bukan berarti bahwa setiap orang yang baru percaya memberi bukti keselamatannya dengan berbicara dalam bahasa roh, meskipun setiap orang percaya pasti akan menggunakan lidahnya untuk memuliakan Allah (Roma 10:9-10). Peristiwa yang terjadi di rumah Kornelius ini adalah peristiwa yang sejajar dengan peristiwa Pentakosta: Roh yang sama turun kepada orang-orang Yahudi yang percaya itu, sekarang turun ke atas orang-orang non Yahudi (Kisah Para Rasul 11:15-17;15:7-9). Tidak heran kalau orang-orang Yahudi itu tercengang-cengang!. Dengan terjadinya peristiwa ini, maka transisi dari gereja mula-mula berakhirlah. Orang-orang percaya diantara orang Yahudi, Samaria, dan non-Yahudi, semuanya telah menerima Roh Allah dan dipersatukan di dalam tubuh Kristus (Galatia 3:27, 1Korintus 12:13). Orang-orang non-Yahudi ini bukan diselamatkan karena di baptis; tetapi mereka di baptis karena mereka telah menunjukkan bahwa mereka telah diselamatkan. Jika orang menggunakan Kisah Para Rasul 2:38 untuk mengajarkan keselamatan karena baptisan, atau menggunakan Kisah Para Rasul 8:14-16 untuk mengajarkan keselamatan karena penumpangan tangan, itu berarti ia mengabaikan sifat transisi dari program Allah. Oran-orang berdosa diselamatkan oleh iman; adalah prinsip Allah yang tidak pernah berubah. Pengalaman Kornelius dan seisi rumahnya bahwa baptisan itu bukanlah hal utama di dalam keselamatan. Terjadinya keselamatan adalah jika seseorang percaya kepada Kristus, dan setelah seseorang diselamatkan barulah dia di baptis diatas pengakuan imannya kepada Kristus dan setelah itu dia dipersatukan dengan sesama orang percaya di dalam gereja untuk melayani dan menyembah Allah.
Kita masuk pada fasal 11:1-18. nats ini juga masih berbicara tentang Pelayanan Petrus di Palestina dan Orang-orang Non-Yahudi yang pertama bertobat di luar bangsa Yahudi. Jika kita melihat kisah tentang Kornelius pada fasal 10, ternyata berbuntut panjang hingga menjadi persoalan di gereja Yerusalem. Pada fasal 11, yaitu fasal yang singkat, namun Dr. Lukas juga menuliskan tentang Kornelius disini, hal ini membuktikan betapa pentingnya berita pertobatan Kornelius dalam kehidupan gereja mula-mula.
Ayat 1-3, menceritakan tentang diterimanya Injil oleh orang-orang bukan Yahudi, dan akhirnya sapai terdengar oleh para rasul dan orang-orang Kristen Yahudi di Yudea. Tampaknya Petrus di panggil ke Yerusalem, dan beberapa orang Kristen Yahudi berdebat dengan dia tentang kelayakan untuk memasuki persekutuan orang bukan Yahudi untuk makan bersama mereka. Mungkin ungkapan, orang-orang yang tidak bersunat, memiliki arti yang agak berbeda dengan ungkapan yang sama dalam Kisah Para Rasul 10:45. ketika orang-orang Kristen Yahudi yang berada di Yerusalem sedang membahas makna dari keselamatan orang-orang bukan Yahudi, muncullah golongan yang kemudian berpendapat bahwa orang-orang bukan Yahudi harus menaati hukum Yahudi dahulu sebelum dapat diselamatkan (15:1). Golongan konservatif ini mengecam Petrus sebab mereka beranggapan bahwa seorang Yahudi yang makan bersama dengan orang bukan Yahudi sebenarnya sedang mengesampingkan kebiasaan orang Yahudi, dan dengan demikian dia bukan orang Yahudi lagi. Mereka beranggapan jika seseorang yang percaya harus mengikuti kebiasaan Yahudi. Ayat 4-15, adalah tanggapan Petrus atas orang-orang yang berselisih pendapat dengannya. Petrus mengisahkan kepada Gereja di Yerusalem pengalaman penglihatannya tentang kain besar yang turun dari langit, kunjungannya ke Kaisarea, dan turunya Roh Kudus atas orang-orang bukan Yahudi seperti halnya atas orang-orang Yahudi pada hari pentakosta (ay 15). Disinggungnya apa yang dikatakan Tuhan Yesus: “Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus” mempunyai arti bahwa peristiwa yang terjadi di rumah Kornelius itu adalah merupakan karunia Roh Kudus yang ketiga. Yang pertama adalah kepada Gereja Yahudi yang ada di Yerusalem pada hari pentakosta (psl 2), yang kedua adalah kepada orang-orang Samaria yang percaya (8:17); dan sekarang yang ketiga adalah kepada orang-orang bukan Yahudi. Tidak diragukan lagi bahwa pengalaman Petrus di Samaria mempersiapkan dirinya untuk pelayanan kepada orang bukan Yahudi ini. Selanjutnya pada ayat 17 Petrus mengatakan bahwa Allah memberikan karunia-Nya kepada mereka adalah sama dengan karunia-Nya yang diberikan kepada Rasul-rasul. Jadi menolak untuk membaptis orang bukan Yahudi akan berarti menolak karya Allah yang terjadi atas mereka. Selanjutnya ayat 18, tampaknya bahwa penjelasan Petrus telah memuaskan Partai Sunat untuk saat itu. Tetapi masalah status orang Kristen bukan Yahudi di dalam gereja akan segera diperdebatkan yang juga menimbulkan persoalan yang besar.


G. Pendirian Gereja Orang Bukan Yahudi di Antiokia (11:19-30)

Bagian ini menandai suatu tahap baru di dalam perluasan gereja dari suatu persekutuan Yahudi di Yerusalem menjadi suatu masyarakat yang universal. Sebelumnya Lukas, mengisahkan orang-orang Samaria di dalam gereja, serta pertobatan satu keluarga Kornelius yang bukan Yahudi. Disini dia melukiskan permulaan dari satu jemaat pertama bukan Yahudi yang independen di Antiokia, yang akan menjadi “gereja pusat” bagi seluruh misi untuk orang bukan Yahudi di Asia dan Eropa. Narasi ini merangkum rangkaian peristiwa dalam 8:4 dan penganyiayaan Saulus.
Ayat 19, daerah Fenesia, terletak di sekitar Laut Tengah dan kota Tirus dan Sidon ada di wilayah ini. Siprus adalah sebuah pulau tengah laut tengah, banyak orang Yahudi tinggal di tempat itu. Antiokia adalah kota Antiokia di daerah Siria yang terletak dio bagian utara Palestina (jadi bukan Antiokia Psidia). Kota Antiokia ini adalah kota yang ketiga dari seluruh pemerintahan Romawi, berpenduduk kurang lebih 500.000 orang, kota ini juga tergolong sebagai kota terbesar di seluruh kekaisaran Romawi, sesudah Roma dan Aleksandria. Kemegahan gedung-gedungnya membuat kota itu dijuluki sebagai “Kota Emas, Ratu Timur.” Jalan utamanya membentang lebih dari 6 km, dilapisi batu pualam, dan di kedua pinggirnya berjejer tiang-tiang batu pualam. Antiokia adalah satu-satunya kota di dunia purba yang pada waktu malam diterangi oleh lampu-lampu. Sebagai kota pelabuhan yang sibuk dan pusat kemewahan dan budaya, Antiokia menjadi daya tarik bagi segala macam manusia, termasuk kepada para pensiunan pejabat Romawi yang kaya yang menghabiskan waktunya dengan mengobrol di kolam-kolam pemandian atau bertaruh di arena perlombaan. Dengan besarnya jumlah penduduk cosmopolitan dan besarnya kekuasaan perdagangan dan politik, Antiokia memberi kesempatan yang luar biasa kepada gereja untuk kegiatan penginjilan. Ketika orang-orang percaya yang teranyiaya itu tiba di Antiokia, mereka tidak terintimidasi oleh kemegahan gedung-gedungnya atau kesombongan penduduknya. Firman Allah ada di bibir mereka dan tangan Allah menyertai kesaksian mereka, dan “sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.” Itu adalah pekerjaan kasih karunia Allah yang menggetarkan hati. Namun diakhir ayat 19 ini memberitahukan bahwa mereka memberitakan Injil masih hanya kepada orang-orang Yahudi saja. ayat 20, mengatakan bahwa beberapa orang percaya datang dari pulau Siprus dan Kirene di Afrika Utara pergi ke Antiokia dan melancarkan Injil kea rah yang baru. Orang-orang Yunani dalam konteks ini mengacu kepada orang Yunani asli dan bukan kepada orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Hal ini sangat jelas sekali dimana bahwa Injil yang diberitakan kepada mereka adalah dimana Yesus disebut sebagai Tuhan. Bukan seperti kepada orang Yahudi, dimana Yesus disebut sebagai Mesias. Konsep bahwa Yesus adalah Mesias merupakan sebuah konsep Yahudi yang tidak akan dipahami oleh orang bukan Yahudi yang tidak memiliki latar belakang Yahudi. Ayat 21, disebutkan bahwa Tangan Tuhan menyertai mereka dan banyak orang menjadi percaya, perkataan ini adalah merupakan ekspresi kuasa Allah yang sering dipakai dalam PL (Kel 9:3; 1Sam 5:6; Maz80:18; Luk 1:66).
Ayat 22-23, menceritakan setelah gereja Yerusalem mengetahui apa yang sudah terjadi di Antiokia, dimana banyak orang yang sudah menerima Injil dan diselamatkan, maka gereja Yerusalem mengirimkan Barnabas untuk mengawasi dan meresmikan gereja baru itu. Barnabas tampak seprti namanya mempunyai karunia untuk memberikan semangat seperti namanya kepada orang-orang Kristen baru, dan dia menasehati orang-orang itu agar mereka tetap setia dan tekun beriman kepada Tuhan. Kata tetap setia kepada Tuhan artinya tetap tinggal di dalam Tuhan, itu berarti bukan hanya sementara saja tetapi tetap terus menerus tinggal bersama Tuhan. Hal semaca ini hanya dapat dialami oleh orang-orang yang percaya kepada-Nya. Ayat 24-26, menunjukkan profil kerohanian Barnabas, dia adalah orang Kristen yang pantas diteladani. Ia penuh Roh Kudus dan hal ini menjelaskan keefektifan pelayanannya. Bahwa ia adalah orang yang beriman terbukti dari caranya memberikan dorongan kepada gereja dan juga membesarkan hati Saulus. Orang-orang Kristen baru dan gereja-gereja baru memerlukan orang-orang seperti Barnabas untuk memberikan dorongan kepada mereka dalam pertumbuhan dan pelayanan mereka. Bagaimana cara Barnabas memberikan dorongan kepada orang-orang non-Yahudi yang baru percaya ini?. Pertama-tama, Ia bersukacita atas apa yang dilihatnya. Berbakti bersama-sama orang-orang non-Yahudi adalah pengalaman baru baginya, tetapi ia menerima hal itu secara positif dan tidak mencari-cari kesalahan untuk di kritik. Itu adalah pekerjaan Allah, dan Barnabas bersyukur atas kasih karunia Allah. Pada waktu ia mengajarkan Firman Allah kepada orang-orang itu, ia menekankan penyerahan hati secara total. Sehingga ada dua hasil pelayanan Barnabas di Antiokia. Pertama kesaksian gereja memberi dmpak begitu besar kepada kota itu, sehingga “sejumlah orang dibaa kepada Tuhan” (11:24). Apabila orang kudus berpijak kepada Firman Allah, mereka akan memiliki kesaksian yang kuat kepada orang-orang terhilang, dan akan terjadi keseimbangan di dalam gereja antara pemuridan dan pemberitaan Injil, dan penyembahan dan kesaksian. Kedua untuk pertumbuhan gereja Barnabas memerlukan pertolongan; jadi ia pergi ke Tarsus dan memanggil Saulus. Tetapi mengapa ia pergi begitu jauh hanya untuk mencari seorng asisten? Mengapa ia tidak pergi ke Yerusalem untuk mengajak Nikolaus, diaken yng berasal dari Antiokia (Kisah Para Rasul 6:5)? Karena Barnabas tahu bahwa Allah telah menetapkan Saulus untuk melayani orang-orang non-Yahudi (9:15;22:21;26:17). Kita ingat kembali bahwa Barnabas berteman dengan Saulus di Yerusalem (9:26-27), dan kemungkinan besar kedua orang itu sering membicarakan tentang panggilan khusus Allah terhadap Saulus. Apa yang dilakukan oleh Barnabas kepada Saulus perlu di praktekkan di gereja-gereja kita sekarang. Orang-orang percaya yang sudah dewasa rohani harus memberikan dorongan kepada orang-orang lain di dalam pelayanan mereka kepada Tuhan. Salah satu kebijakan D.L. Moody ialah bahwa setiap orang Kristen baru di beri tugas segera sesudah pertobatannya. Mula-mula tugas itu hanya membagikan buku nyanyian atau menyambut tamu, atau hal yang lain, yang jelas setiap petobat baru harus di beri suatu kesibukan. Hebatnya pengaruh jemaat Antiokia ini, sampai akhirnya yang tadinya orng-orang di Antiokia yang tergolong sibuk dengan urusan masing-masing dan tidak memperhatikan orang lain akhirnya menyoroti kehidupan jemaat Tuhan disana, dan oleh karena itu disanalah yang pertama kalinya sebutan Kristen diterapkan kepada murid-murid Kristus. Dalam bahasa latin akhiran “en” berarti “anggota kelompok.” Sebagai ejekan beberapa orang penduduk Antiokia yang kafir menghubungkan akhiran latin ini dengan nama Ibrani “Kristus” dan lahirlah kata baru Kristen. Kata ini hanya ditemukan sebanyak lima kali dalam seluruh Perjanjian Baru Bahasa Indonesia: Kisah Para Rasul 11:26 dan 26:28, 1Korintus 9:5; 2Korintus 12:2; serta 1Petrus 4:16. sayangnya sesudah berabad-abad, kata Kristen ini telah kehilangan maknanya yang agun, dan tidak lagi berarti “menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan” (Kisah Para Rasul 11:21-23). Banyak orang yang tidak pernah dilahirkan kembali mengaku sebagai orang “Kristen” hanya karena mereka merasa bahwa mereka bukan orang kafir. Namun demikian mungkin mereka menjadi anggota suatu gereja, menghadiri kebaktian secara teratur, bahkan menyumbang untuk pelayanan gereja! Tetapi untuk berubah dari orang berdosa menjadi anak Allah di butuhkan pertobatan, bukan masalah uang, atau kerajinan atau melakukan yang lain-lain.
Ayat 27 menunjukkan betapa pentingnya gereja di Antiokia, hal itu dilukiskan oleh pelayanan yang dilakukan gereja pusat di Yerusalem ketika terjadi bencana kelaparan. Dalam ayat ini disebutkan ada beberapa nabi datang untuk dari Yerusalem ke Antiokia. Kita harus mengingat bahwa Fondasi bagi gereja adalah diletakkan oleh para rasul dan para nabi (Efesus 2:20), dan akhirnya keduanya menghilang dari panggung, mengapa karena kita tidak akan terus menerus membuat pondasi! Para nabi Perjanjian Baru menerima berita dari Tuhan, melalui perantaraan Roh Kudus, dan menyampaikan berita itu kepada orang banyak. Para nabi Perjanjian Baru menerima pesan langsung dari Tuhan, tetapi pada masa kini para hamba Tuhan dan guru menerima pesan melalui kitab suci. Sekarang kita memiliki Firman Tuhan yang lengkap yang digunakan oleh Roh Kudus untuk memimpin dan mengajar kita. 1Korintus 12:10 menghubungkan bersama karunia bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, berkata-kata dengan bahasa roh, dan menafsirkan bahasa roh. Tentu saja Roh Kudus berdaulat dan Ia memberikan tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya (1Korintus 12:11), tetapi dengan mundurnya para rasul dan para nabi dari panggung, dan dengan tuntasnya pewahuan Firman itu oleh Allah dalam Alkitab, menyiratkan bahwa telah terjadi perubahan.
Kemudian ayat 28, menceritakan bahwa salah seorang dari nabi yang datang dari Yerusalem itu adalah bernama Agabus, dia mengatakan pesan Tuhan bahwa seluruh dunia akan di timpa bahaya kelaparan besar dan hal itu benar-benar terjadi pada pemerintahan Kaisar Klaudius (tahun 41-54). Agabus menyampaikan pesan itu kepada orang-orang percaya di Antiokia, dan kemudian Dr. Lukas mencatat pada ayat 29 bahwa murid-murid memutuskan untuk mengumpulkan suatu sumbangan dan menolong orang-orang Kristen di Yudea. Tujuan dari nubuat yang benar bukanlah untuk memuaskan keingin tahuan para pendengarnya melainkan untuk menggerakkan hati kita untuk melakukan keinginan hati Tuhan.
Selanjutnya pada ayat 30, dijelaskan bahwa hal itu (memberi sumbangan), mereka lakukan juga kepada para penatua dengan perantaraan Barnabas dan Saulus. Kata “penatua-penatua” di Kisah Para Rasul 11:30 ini, tidak pernah digunakan sebelumnya di dalam kitab ini, kecuali yang berkenaan dengan para pemuka Yahudi (tua-tua – Kisah Para Rasul 4:5, 23; 6:12). Di dalam gereja, penatua-penatua ini adalah orng-orang percaya yang sudah dewasa yang memiliki wawasan mengenai pelayanan (1 Petrus 5:1 ; 2Yohanes 1). Apabila kita membandingkan Kisah Para Rasul 20:17 dan 28 dengan Titus 1:5 dan 7, kita akan melihat bahwa penatua dan penilik adalah jabatan yang sama. Penatua dan penilik adalh gembala-gembala jemaat yang di Bantu oleh para diaken, dan persyaratan dari kedua jabatan itu di paparkan di dalam 1Timotius 3.


H. Penganyiayaan Oleh Herodes Agripa (12:1-25)

Masyarakat Kristen di Yerusalem sejak semula sudah menghadapi permusuhan dari para pemimpin religius Yahudi, tetapi orang-orang Kristen ini di senangi oleh sebagian masyarakat. Penganyiayaan hebat telah muncul menimpa Stefanus dan golongan Helenistis di bawah kepemimpinan Saulus, sekarang untuk pertama kalinya Lukas mencatat penganyiayaan yang dilakukan oleh para pejabat di Palestina. Bukan oleh para pemimpin Romawi, melainkan oleh seorang raja Yahudi.
Raja Herodes, yang dalam 12:1 ini adalah Herodes Agripa I, cucu dari Herodes Agung yang memerintahkan untuk membantai anak-anak di Betlehem. Ia juga keponakan Herodes Antipas, yang menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Jadi keluarga Herodes ini adalah keluarga yang jahat dan pembunuh, keluarga Herodes di benci oleh orang Yahudi, yang merasa marah karena di jajah orang Edom. Tentu saja Herodes tahu hal ini; itu sebabnya ia menganyiaya gereja untuk menyakinkan orang Yahudi akan kesetiaannya kepada tradisi leluhur. Sekarang setelah orang-orang non-Yahudi secara terbuka menjadi bagian dari gereja, maka rencana Herodes itu makin disetujui oleh orang-orang Yahudi Nasionalis, yang tidak bersedia menerima “orang-orang kafir”.
Kemudian pada ayat 2, dikatakan bahwa Herodes menyuruh untuk membunuh Yakobus saudara Yohanes, yang kemudian di penggal kepalannya. Peristiwa ini menjadi peristiwa yang pertama dimana seorang Rasul mati sebagai martir. Apabila anda merenungkan kematian Yakobus dari Matius 20:22-28, ada beberapa hal yang penting. Yakobus dan Yohanes bersama ibu mereka, telah meminta kedudukan (tahkta), tetapi Yesus menjelaskan bahwa tidak akan ada kemuliaan tanpa penderitaan. Yesus bertanya kepada mereka, “dapatkah kamu meminum cawan yang harus kuminum dan dibptis dengan yang harus ku terima?” (Matius 20:22; lihat juga Markus 10:38). Dengan berani mereka menjawab, “Kami dapat.” Tentu saja mereka tidak tahu apa yang mereka ucapkan, tetapi akhirnya mereka mengetahui harga mahal yang harus mereka bayar untuk mendapatkan takhta kemuliaan.
Ayat 3, memberitahukan dimana ketika Herodes Agripa I, melihat bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, sehingga ia melanjutkan perbuatanya untuk menahan Petrus. Ayat 4 adalah berbicara tentang pemenjaraan Petrus yang di jaga oleh empat regu, masing-masing empat orang. Ketika terakhir pemenjaraan Petrus yang sebelum ini (5:19) Petrus keluar dari penjara secara misterius dan mungkin Herodes suah tahu akan hal itu, oleh karena itu, Herodes tidak mau hal itu terulang kembali. Selanjutnya ayat 5, memberitahukan bahwa ternyata jemaat senantiasa bertekun untuk mendoakan Petrus. Ini memberitahukan pentingnya doa. Seorang pengkotbah Puritan, Thomas Watson berkata bahwa “Doalah yang menjemput malaikat itu” (malaikat yang melepaskan Petrus). Ayat 6-11, menjelaskan bagaimana Petrus dilepaskan oleh malaikat itu dari penjara. Dalam kisah ini terlihat bagaimana ketenangan Petrus menghadai pemenjaraan itu, dia bisa tidur dengan nyenyaknya, padahal harinya sudah dekt dimana dia akan dihakimi dan akan di eksekusi. Karena nyenyaknya Petrus tidur di alam penjara maka malakat yang dating itupun harus menepuk dia untuk membangunkannya. Mengapa Petrus dapat mengalami pemenjaraanya dengan tenang, jawabannya adalah karena banyak orang percaya yang mendoakannya. Dalam ketentraman Petrus, tiba-tiba malaikat dating kepadanya, ini menunjukkan cara kerja malaikat yang sangat cepat. Malaikat itu membawa terang dn kebebasan di dalam ruang penjara, tetapi para penjaga itu sama sekali tidak menyadari apa yang terjadi. Petrus menuruti apa yang dikatakan oleh malaikat itu, tetapi bagi Petrus peristiwa itu seolah-olah bukan peristiwa yang benar-benar terjadi. Dia berpikir bahwa hal itu hanya seperti penglihatan saja. Malaikat itu menyuruh Petrus untuk mengenakan ikat pinggangnya dan mengenakan sepatunya. Ini adalah hal biasa yang harus dilakukan pada saat mukjizat sedang berlangsung! Tetapi Allah sering mengaitkan mukjizat dengan hal-hal yang biasa untuk membuat kita tetap seimbang. Yesus melipat gandakan roti dan ikan, tetapi kemudian menyruh murid-murid-Nya mengumpulkan sisa-sisa makanan itu. Yesus membangkitkan anak Yaitus dari kematian, dan menyuruh orangtuanya memberinya makan. Bahkan di dalam mukjizatpun Allah selalu praktis.
Hanya Allah yang dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian, tetapi orang-orang harus menggulingkan batu penutup kubur. Malaikat yang melepaskan rantai Petrus itu tentu saja dapat memakaikan sepatu di kaki Petrus, tetapi ia menyuruh Petrus melakukannya sendiri. Allah tidak pernah melakukan mukjizat yang tidak perlu. Petrus harus membungkuk sebelum ia dapat berjalan. Ini satu pelajaran yang baik mengenai kerendahan hati dan ketaatan, bahkan sejak saat itu setiap kali Petrus mengenakan sepatu memungkinkan dia untuk mengingat akan mukjizat yang terjadi di penjara itu.
Pembebasan itu terjadi pada masa Perayaan Paskah, dimana pada masa itu orang Yahudi memperingati pembebasan mereka dari Mesir. Kata menyelamatkan dalam ayat 11, adalah kata yang sama digunakan oleh Stefanus ketika ia berbicara mengenai pembebasan orang Yahudi (Kisah Para Rasul 7:34). Sekali lagi Petrus mengalami pembebasan sebagai jawaban atas doa-doa umat Allah. Ayat 12-16, mnceritakan dimana setelah tugas malaikat itu selesai (membawa Petrus keluar dari penjara) maka sekarang Petrus harus menggunakan pikirannya sendiri untuk mengambil langkah selanjutnya. Dia mengetahui bahwa karena doa-doa umat Allahlah maka dia dibebaskan maka dia memutuskan untuk pergi memberitahukan kepada umat Allah yang berdoa itu bahwa dia telah di besakan Tuhan lewat perantaraan malaikat-Nya. Petrus pergi ke persekutuan doa di rumah Maria. Lebih dari itu ia ingin melaporkan kabar baik bahwa Allah telah menjawab doa-doa mereka. Jadi Petrus pergi ke rumah Maria, ibu Yohanes Markus.
Jika kita mengingat bahwa jemaat itu berdoa dengan sungguh-sunguh, mereka berdoa siang malam dan topik doa mereka khusus kepada pembebasan Petrus, maka adegan yang digambarkan disini agak menggelikan. Jawaban atas doa-doa mereka berdiri di depan pintu, tetapi mereka tidak mempunyai iman yang cukup untuk membuka pintu dan mempersilahkan dia masuk. Hal itu mungkin terjadi karena ketakutan mereka kepada prajurit Herodes. Mereka takut jangan-jangan yang mengetuk itu sebenarnya adalah prajurit Herodes yang mau menangkapi mereka. Perlu keberanian bagi Rode (Mawar) untuk pergi ke pintu; tetapi betapa terkejutnya dia ketika mengenali bahwa suara yang mengetuk itu adalah suara Petrus! Ia begitu terpesona sehingga lupa membuka pintu! Jadi Petrus terus mengetuk pintu, sementara orang-orang percaya di dalam persekutuan doa itu berunding untuk mengambil keputusan tentang apa yang harus mereka lakukan! Dan semakin lama Petrus berdiri di depan pintu, semakin berbahaya pula situasinya. Pernyataan, “itu malaikatnya !” (ay 15) menunjukkan kepercayaan mereka terhadap malaikat-malaikat penjaga (Matius 18:10; Ibrani 1:14). Tetapi mungkin karena kebingungan mereka sehingga mereka lupa, bahwa seandainya itu malaikat maka malaikat itu tak perlu mengetuk pintu, dia bisa langsung masuk tanpa mengetuk pintu berkali-kali. Di ayat 16, di sebutkan bahwa mereka akhirnya membuka pinta dan akhirnya mereka tercengang-cengang. Kata mereka disini mempunyai pengertian secara bersama. Jadi akhirnya mereka memutuskan untuk membuka pintu secara bersama-sama, yang siap menghadapi apapun yang akan terjadi di balik pintu itu. Tetapi ternyata apa yang dikatakan Rode itu adalah sungguh benar. Setelah mereka membuka pintu rupanya mereka semua orang berbicara secara bersama-sama (17) sehingga Petrus harus memberi isyarat supaya mereka diam. Dan dengan cepat ia menceritakan tentang mukjizat yang baru saja dialaminya, dan tentu saja ia sangat berterima kasih atas dukungan doa mereka. Ia menyuruh mereka memberi tahu Yakobus saudara Tuhan, yang menjadi pimpinan jemaat Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:13; Matius 13:55; Galatia 1:19). Yakobus ini juga yang menulis surat Yakobus. Setelah Petrus menjelaskan apa yang telah dia alami dia pergi meninggalkan persekutuan itu, tetapi kita tidk tahu kemana ia pergi. 1Korintus 9:5 memberitahu kita bahwa Petrus dan istrinya mengadakan perjalanan pelayanan, dan 1 Korintus 1:12 menyiratkan bahwa ia mengunjungi jemaat Korintus. Tidak ada bukti di dalam Alkitab bahwa Petrus mengunjungi Roma. Bahkan mendirikan gereja Roma. Jika seandainya Petrus sudah melayani disana maka Paulus tidak akan pergi kesana, karena kebijkannya ialah bahwa ia tidak akan melayani di tempat yang sudah di layani oleh rasul lain (Roma 15: 18-22). Lagi pula Paulus tidak pernah menyinggung mengenai Petrus dalam suratnya kepada jemaat Roma.
Ayat 18-23, menceritakan apa yang terjadi kepada para penjaga penjara, yang menjaga Petrus itu, kemudian dianjutkan dengan tindakan dan Herodes Agripa kepada mereka. Dan diakhiri tentang berita kematian Herodes Agripa I. Berkenaan dengan hilangnya Petrus dari penjara mungkin kita akan bertanya-tanya “apa yang terjadi dengan para pengawal penjara dan Herodes” Kita tidak tahu jam berapa malaikat itu membebaskan Petrus, tetapi pada waktu penjaga berikutnya datang ke dalam penjara itu, coba kita bayangkan bagaimana pikiran mereka ketika mendapati bahwa para penjaga itu (penjaga sebelumnya) masih ada disana tetapi narapidanya sendiri sudah hilang! Ketika penjaga berikutnya membangunkan penjaga sebelumnya, pasti hal itu sangat mengejutkan mereka! Jika penjaga sebelumnya sudah bangun dan menyadari apa yang terjadi, pastilah mereka mendapat kesulitan untuk menjelaskan situasi itu kepada penjaga yang baru. Bagaimana mungkin seorang narapidana yang dirantai dapat melarikan diri pada hal ada empat orang penjaga dan semua pintu terkunci?
Apabila seorang penjaga membiarkan narapidana melarikan diri, undang-undang Romawi menuntut penjaga itu menerima hukuman yang sama dengan narapidana yang melarikan diri itu, sekalipun itu hukuman mati (Kisah Para Rasul 16:27 dan 27:42). Dalam pengadilan Herodes, hokum ini tidak di berlakukan dengan ketat, sehingga raja tidak harus membunuh para penjaga; tetapi dasar Herodes, ia melakukannya juga. Akhirnya ia membunuh empat orang penjga itu dan dengan harapan agar orang Yahudi merasa lebih senang.
Selanjutnya kita melihat dan akan sampai kepada kesimpulan bahwa orang benar akhirnya selamat, lalu orang fasik yang menjadi binasa, hal ini terlihat jelas dalam peristiwa kematian Herodes Agripa I ini. sejarawan Yahudi yang paling terkenal yang bernama Yosephus mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi dalam suatu festival untuk menghormati kaisar Klaudius, dan pada saat itu raja menggunakan busana perak yang indh untuk menghormati peristiwa. Kita tidak tahu apa yang dikatakan oleh Herodes dalam pidatonya, tetapi kita tahu alasan dari pidatonya; ia ingin membuat rakyatnya terkagum-kagum kepadanya. Dan itulah yang terjadi! Mereka mempermainkan ego Herodes, dan mengatakan kepadannya bahwa ia adalah allah, dan ia sangat senang disebut demikian.
Tetapi ia tidak memberikan kemuliaan kepada Tuhan, jadi seluruh peristiwa ini semata-mata adalah penyembahan berhala. Jadi bukanya Petrus yang akhirnya dibunuh oleh Herodes Agripa I, tetapi malah Herodeslah yang dibunuh oleh Allahnya Petrus. Menurut Yosefus Herodes mengalami kejang perut dan meninggal lima hari kemudian. Hal itu terjadi pada tahun 44.
Kemudian ayat 24, menjelaskan dimana setelah salah satu musuh Allah itu (Herodes) telah di lenyapkan maka Firman Allah semakin meluas. Kemudian ayat 25, memberitahukan bahwa Barnabas dan Saulus pergi ke Yerusalem untuk mengantar persembahan kasih yang di titipkan jemaat Antiokia (11:30) bagi jemaat Yerusalem. Selama berada di Yerusalem, mungkin mereka menginap di rumah Markus dan kembali ke Antiokia setelah menyelesaikan tugasnya. Mereka dapat membawa Markus sebagai teman sekerja dalam perjalanan misi pertama yang dimulai dari Antiokia, karena Markus ada pada saat itu.


IV. Perluasan Gereja di Asia Kecil dan Eropa (13:1-21:17)

Pasal 13 membawa kita kebagian separuh kedua dari kitab Kisah Para Rasul. Di bagian separuh pertama, Yerusalem merupakan pust cerita, dan tema utamanya adalah perluasan gereja dari Yerusalem ke seluruh Palestina. Sekarang Yerusalem terdesak ke belakang dan Antiokia menjadi pusat cerita, karena Antiokia menyokong perluasan gereja di Asia dan Eropa. Perluasan ini dilaksanakan dengan tig perjalanan misi oleh Paulus, masing-masing dimulai dn iakhiri di Antiokia.


A. Misi Pertama: Galatia (Kisah Para Rasul 13:1-14:28)
Perjalanan misi yang pertama mengantarkan Injil dari Antiokia ke Siprus dan kota-kota di bagian selatan Propinsi Romawi yang bernama Galatia.
Ayat 1 memberitahukan, bahwa di gereja Antiokia ada banyak orang Kristen yang terkemuka mereka disebut sebagai Nabi dan ada juga yang menjadi pengajar. Kata Nabi (προφηται) adalah orang yang memiliki karunia untuk mengetahui kehendak Allah melalui hubungan supernatural. Sedangkan Pengajar adalah orang-orang yang mempunyai karunia untuk menafsirkan Alkitab dan mengajarkan kepada orang lain. Di dalam ayat 1 ini juga kita menemukan beberapa nama yang menjdi tokoh terkemuka dalam jemaat Antiokia antara lain: Niger, adalh sebuah kata latin yang berarti hitam, disini dipakai sebagai suatu nama panggilan. Tampaknya itu melukiskan warna kulit Simeon yang agak gelap dan menunjukkan bahwa ia berasal dari Afrika. Dia mungkin adalah Simon orang kirene yang disebutkan dalam Markus 15:21 sebagai orang yang ikut memikul salib Yesus. Menahem adalah seorang yang anak angkat pada keluarga Antipas (jadi dia hampir seusia dengan Herodes Antipas yang memerintah Galilea dan Perea dari tahun 4 M-39 M.
Kemudian ayat 2, dijelaskan bahwa di satu ketika, dimana jemaat Antiokia sedang beribadah dan brpuasa kepada Tuhan. Roh Kudus berkata “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yng telah ku tentukan bagi mereka.” Ayat ini menunjukkan bahwa bukan hanya nabi-nabi dan para pengajar yang berpuasa tetapi jemaat juga ikut berpuasa. Kata beribadh yang dipaki dalam ayat ini mempunyai arti persekutuan pribadi dengan Allah, atau juga penyembahan kelompok kepada Allah. Puasa mereka tidk sama dengan Asketikisme ( yang ingin melepaskan roh dari materi yang jahat, dengan cara menyiksa diri). Mereka berpuasa bukan untuk hal itu, tetapi hanya untuk menerima berkat kuasa Allah. Dengan tujuan demikianlah mereka berpuasa untuk berdoa dan dengan segenp hti dn jiwa. Perkataan Roh Kudus kepada jemaat itu mungkin di dengar oleh seorangn nabi yang ada disana pada waktu itu. Dan perkataan Roh tentang tugas yang Ku tentukan yang dikatakan oleh Roh itu adalah menunjuk kepada pemberitaan Injil keluar dari tempat itu (Misi keluar negeri)
Ayat 3 berbicara tentang doa pengutusan oleh gereja Antiokia kepada Saulus dan Barnabas. Dan setelah itu mereka membiarkan keduanya pergi mempunyi arti melepaskan. Jadi jemaat Antiokia menyerahkan Barnabs dan Saulus untuk menjdi Missionaris karena taat kepada perintah Roh Kudus, padahal kedua orang itu adalah orang yang mempunyai peranan penting untuk pertumbuhan jemaat itu sendiri.
Ayat 4-5. kata yang penting kita ingat dalam ayat ini adalah Disuruh Roh Kudus, pada ayat sebelumnya di sebutkan bahwa Roh Kudus menyuruh jemaat Antiokia mengkhususkn Barnabas dan Saulus, dn pada ayat ini Roh Kudus melanjutkan apa yang Ia kehendaki, pertma-tama mereka harus berangkat ke Seleukia dn selnjutnya. Dlam hl ini kita melihat bahwa maksud Tuhan hrus tergenapi, dan segal rencana-Nya tidak akan gagal. Dalam ayat ini kita juga ketemu nama kota Seleukia, adalah kota pelabuhan di tepi laut di daerah Antiokia. Dan Siprus adalah sebuah pulau yang besar dan penting , kemungkinan besar penginjilan dimulai dari sini berhubung karena Siprus adalh kampung halaman Barnabas (4:36). Jdi mungkin secara alamiah Barnabas ingin menyelamtkan orang-orang sekampung halamannya terlebih dahulu. Salamis adalah kota yng terletak dib gin timur Siprus dan juga merupakan kota terbesar di Siprus. Disini juga banyak orng Yahudi tinggal, oleh karena itu disini ada beberapa rumah ibadat. Paulus biasanya memberitkn Injil kepada pertama-tama orang Yahudi (Roma 1:16); tetpi biasanya Injil justru berakar di kalangan orang bukan Yahudi yang hadir di rumh-rumah ibadat Yahudi tersebut. Yohanes yang disebut dalam ayat ini adalah Yohanes Markus, kemenakanya Barnabas (Kolose 4:10) Markus membantu kedua missionaries itu dalam kehidupn sehari-hari sebagai asisten yang mewakili jemaat Yerusalem dan yng terlibat dalam misi lur negeri.
Ayat 6 memberitahukan bahwa mereka mengelilingi seluruh pulau itu untuk memberitakan Injil. Mereka tiba di Pafos, yaitu kota yang terletk di bagian barat Siprus, disana mereka bertemu dengan seorng yang bernama Baryesus (artinya anak keselamatan). Dia adalah seorang nabi Palsu, biasanya pada wktu itu disebut sebagai nabi palsu itu karena orng itu membut pengakuan yang palsu, dia membut pengakun bhwa dia adalah nabi padahal dia adalah tukang sihir dn tukang ramal.
Ayat 7 menjelaskan bahwa Baryesus ini adalah seorang kawan (sahabat) dari Sergius Paulus, dia adalah gubernur pulau itu (Siprus). Ternyata Sergius Paulus adalah orang yang pintar dan dia tidak mau hanya mendengar Baryesus, tetapi dia juga akhirnya mengundng Barnabas dan Saulus untuk mendengar Firman Allah.
Ayat 8 memberitahukan bahwa Baryesus yang juga disebut Elimas yang artinya tukang ramal menghalang-halangi gubernur Sergius untuk percaya. Karena jika gubernur itu menerima pemberitaan Barnabas dan Saulus maka kedudukannya akan terancam.
Ayat 9 Paulus adalah nama Romawi yang berarti “kecil”. Pada ayat 9 ini disebut Penuh dengan Roh oleh karena itu dia dapat menghardiknya karena ia penuh dengan Roh Kudus. Ayat 10, adalah berisikan kata-kata hardikan yang sangat tajam dari Paulus kepada Baryesus. Baryesus adalah nabi palsu yang menjadi keras dengan tipu muslihat dn kejahatan, maka diperlukan teguran yang keras dari rasul Paulus. Tipu muslihat adalah sifat dasar iblis (Yoh 8:44). Ia memakai dusta untuk memutarbalikkan Firman Allah pada waktu menggoda Hawa di Taman Eden (Kejadian 3:4-5). Tipu muslihat adalah kaki tangan dan pelindung kejahatan, oleh karena itu Baryesus nabi palsu itu disebut Anak Iblis. Selanjutnya untuk mengomentari kata Musuh segala kebenaran maka kita harus menyadari bahwa guru kebenaran akan mengajar jalan kebenaran Allah yang ada dalam Kristus, tetapi guru palsu akan bertentangan dengannya. Guru palsu akan menentang kebenaran dengan dusta dan tipu daya. Kemudian ayat 11, adalah merupakan kelanjutan dari ayat 10. ayat ini menjelaskan bahwa Paulus dapat melihat kegerakan kuasa Allah dengan mata rohani sebab dia penuh dengan Roh Kudus, karena itu hukuman Allah terjadi tepat seperti perkataannya. Hukuman terhadap Baryesus lebih ringan daripada yang diterima Ananias dan Safira. Ia menjadi buta beberapa hari lamanya, hal itu menunjukkan kebajikan Allah yang penuh dengan belas kasihan meskipun di tengah kemurkaan (Hab 3:2). Hukuman karena murka Allah ini ditimpakan kepadanya agar ia bertobat.
Ayat 12 menjelaskan bahwa setelah melihat hal itu Gubernur Siprus, Sergius Paulus menjadi percaya. Kata percaya pertama kali muncul dalam perjalanan misi mereka, karena itu kepercayaan Sergius Paulus adalah kelangkaan yang harus di nilai tinggi. Selanjutnya ayat 13 menjelaskan perjalanan Paulus dan kawan-kawannya meninggalkan Pafos. Kata Paulus dan kawan-kawannya menunjukkan bahwa kemungkinan besar yang menjadi pemimpin dalam perjalanan ini adalah Paulus. Yohanes Markus kembali ke negerinya sendiri dan meninggalkan tim misi ini; kejadian itu kurang baik bagi mereka. Kita tidak tahu mengapa Markus melakukan demikian, namun apapun alasannya, Paulus tidak senang dengan keberangkatannya.
Hal-hal yang penting dalam ayat 14-15, adalah mengenai informasi tentang Antiokhia di Psidia dan juga tentang Rumah Ibadat. Antiokia di Pisidia terletak di bgian Timur selatan Frigia di Asia kecil, disebut demikian agar dapat dibedakan dengan Antiokia di Siria. Menurut catatan sejarah, banyak orang Romawi tinggal di dalam kota ini dan Raja besar Antiokia di Siria memindahkan 2000 keluarga Yahudi ke sana. Sistem rumah ibadat dimulai sejak bangsa Yahudi kembali dari twanan Babel. Rumah-rumah ibadat telah disiapkan dimana-mana, sehingga mudh menginjili di berbgi tempat pada masa Yesus dan rasul-rasul; itulah pekerjaan persiapan Allah. Liturgy ibadah hari Sabt Yahudi menghruskan pembacaan dari dua bagian Hukum Taurat dan satu bagian dari kitab para nabi.
Ayat 16, menjelskan bagaimana cara Paulus memulai kotbahnya, ia memberikan isyarat dengan tanganya supaya para pendengarnya bersungguh-sungguh mendengarkan kotbahnya. Dia berkata Kamu yang takut akan Allah hal ini mengacu pada orang-orang kafir yang telah percaya kepada Allah. Ayat 17, kata yang perlu di ingat disini adalah kat Umat Israel kata ini menekankan bahwa Allah adalah satu-satunya Allah yang benar. Kotbah Paulus ini juga menyatakan dengan tegas bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus) dengan menguraikan sejarah seperti kotbah Stefanus (7). Iman Kristen bukanlah suatu filsafat atau ideologi tetapi adalah Wahyu Allah yang terus digenapi dalam sejarah. Kemudian kata Telah memilih nenek moyang kita adalah cara Paulus untuk menjelaskan kedaulatan Allah, hal ini adalah tindakan Allah untuk memilih bukn karena kebaikan Israel tetapi murni tergantung pada Allah.
Ayat 18-19, Paulus menjelaskan bahwa meskipun umat Israel sering mencobai (meragukan) dan menyesali serta mengkhianati Allah (membuat patung emas yang berbentuk anak sapi), tetapi Allah tidak membinasakan seluruh bangs itu melainkan menyelamatkannya; sebab ia hendak menggenapi janji yang diberikan kepada nenek moyang mereka (Ulangan 9:5-6). Lihat Ulangan 1:31. nama tujuh bangsa tertulis dalam Ulngan 7:1; Yosua 3:10; Nehemia 9:8. Allah membinasakan mereka bukan Karena kehendak-Nya yang sembarangan tetapi sebagai hukuman yang adil atas dosa mereka yang telah penuh. Lihat Kejadian 15:16. Allah memberi tanah Kanaan kepada umat Israel sebagai bagian milik pusaka menurut janji yang diberikan kepada Abraham, karena Allah adalah setia (Kejadian 15:17). Empat ratus lima puluh tahun, menurut beberapa komentator Alkitab bahwa jumlah ini menunjuk kepada keseluruhan tahun umat Israel menderita di negeri Mesir dan perjalanan di padang gurun serta masa penaklukan suku-suku di Kanaan. Jikalau demikian umat Israel memerlukan 450 tahun untuk menduduki tanah Kanaan. Seperti demikian, kadangkala ada janji Allah yang harus melewati banyak waktu untuk di genapi. Oleh karena itu orang percaya harus selalu sabr dan meninggalkan kebiasaan tergesa-gesa dalam kehidupan iman kepada Allah.
Dalam ayat 20 ini Paulus melanjutkan kotbahnya, dia mengatakan bahwa Allah memberikan Hakim-hakim kepada umat-Nya. Hakim-hakim adalah pemimpin yang diplih oleh Allah. Ayat ini menunjukkan kasih karunia Allah yang khusus yang diberikan kepada umat pilihan-Nya. Selanjutnya ayat 21, Paulus menjelaskan bagaimana bangsa Israel meminta seorang Raja. Permintaan bangsa Israel tentang seorang raja adalah kesalahan mereka (1 Samuel 8:5,7). Kelakuan mereka jahat, sama seperti menolak pemerintahan Allah yang baik, dimana Allah sendiri memerintah; sekalipun demikian Allah tetap mengabulkan permintaan mereka dengan mengangkat raja bagi mereka. Disinilah Daud mendapat kesempatan untuk menjadi raja. Dari keturunan raja Daud, Kristus lahir agar janji Allah yang diberikan kepada Yakub digenapi (Kejadian 29:10). Meskipun permintaan bangsa Israel tentang seorng raja adalah jahat, tetapi Allah tidak mmbuang mereka.
Ayat 22, menjelaskan kisah tentang lengsernya Saul dari takhta kerajaan dan Daud naik takhta. Dalam ayat ini kita menemukan kata Allah menyingkirkan raja Saul karena dosanya. Lihat 1Samuel 13:13-14;15:19, 22-23. Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku adalah kutipan dari 1Samuel 13:14 dan Mazmur 89:21-22 dan merupakan kesaksian Allah tentang Daud. Seorang yang berkenan dihati-Ku tidak berarti bahwa ia seorang yang tidak berdosa, melainkan ia adalah seorang yang dapat dipakai dengan baik untuk pekerjaan Allah yang menghendaki melaksanakannya. Perbuatannya mengambil istri Uria dan pembunuhan yang dilakukannya adalah dosa yang sangat jahat (2Samuel 11). Hukuman yang diterimannya karena dosa itu juga sangat berat. Allah membawannya pada pertobatan dan menjadikannya selalu merindukan jalan yang benar (1 Raja-raja 1:4; 15:5). Diatas semuannya itu (1) Allah telah menentukan Daud sebagai lambang Yesus Kristus (Mazmur 16), (2) Allah menggenapi kehendak-Nya dengan mengirim Kristus ke dunia sebagai keturunan Daud. Allah melaksanakan seluruh kehendak-Nya yang kudus dengan dua hal ini melalui Daud. Kehendak Allah tentang Mesias telah siap dengan mengangkat Daud sebagai raja.
Ayat 23, menjelaskan bahwa Allah menggenapi janji-Nya, Dia membangkitkan Juruselamat dari keturunan Daud. Jadi dengan demikian kedatangan Juruselamat bukan suatu hal yang terjdi secara kebetulan tetapi adalah merupakan perwujudan janji yang telah di beritakan sebelumnya (Roma 1:2-3); karena itu sifat kejadian demikian menguatkan iman kita kepada Allah. Bagaimana mungkin kita tidk dapat percaya kepada hal yang digenapi tepat menurut janji-Nya. Kristus bukanlah eksistensi yang supernatural seperti pendapat yang salah dari para teolog Eksistensialisme. Kejadian Kristus adalah kejadian yang mengandung nilai historis umum, yang tertulis untuk dapat di baca oleh seluruh umat manusia agar mereka melihat serta mengalami kebenaran fakta ini. Maksudnya, itu adalah kejadian yang secara pasti benar, yang disaksikan oleh masa lampau, yang dialami oleh masa sekarang dan yang mempunyai pengharapan pada masa depan. Paulus di dalam paparannya mengenai Kristus, selalu berusaha sedapat mungkin menekankan keterkaitan Kristus dengan sejarh umum. Ia menjelaskan bahwa Kristus adalah Yesus yang ada dalam sejarah. 2 Samuel 7:12, Kristus adalh Keturunan Daud dn Yesaya 11:1 suatu tunas …dari tunggul Isai, Yehezkiel 34:23, tertulis dengan nama Daud. Juruselamat adalah penyelamat yang menyelamatkan umat Allah dari dosa (Matius 1:21).
Ayat 24-25 menjelaskan kebenaran bahwa Yesus adalah Mesias, tidak hanya disaksikan oleh nabi-nabi pada zamn dahulu, tetapi juga disaksikan oleh nabi pada masa Yesus, yaitu Yohanes pembaptis. Kesksian tentang Yesus mempunyai kepastian yang tidak terbats oleh masa dn tempat. Paulus menjelaskan riwayat Yesus mulai dengan kesaksian Yohanes pembaptis, hal itu penuh makna. Baptisan pertobatan Yohanes pembaptis adalah mempersiapkan pelayanan Kristus.
Ayat 26, kata Keturunan Abraham adalah berarti bangsa Yahudi, dan yang takut akan Allah adalah orang-orang kafir yang telah percaya. Kemudian kabar keselamatan adalah Injil yang di beritakan oleh Yesus Kristus. Kemudian ayat 27 sebenarnya menunjukkan alasan mengapa mereka yang membunuh Yesus menjtuhkan hukuman mati atas Dia. Karena mereka tidak mengenal Yesus yang adalah Mesias yang berada dihadapan mata mereka dan tidak mengerti kitab para nabi yang dihafalkan setiap hari Sabat. Umumnya manusia menghina pemimpin yang besar sekalipun jika ia berada di dekatnya; juga semangat untuk mengagungkan Firman Allahpun akan pudar jikalau sudah menganggap Firman itu hl yang biasa-biasa saja. hal ini mengkibatkan orang tidak ingin merenungkan maknanya yng benar dengan sungguh-sungguh. Lihat Lukas 4:24. kecenderungan hati manusia ini timbul sebagai akibat meninggikan diri karena digelapi oleh dosa. Allah menubuatkn melalui nabi-nabi karena Ia telah mengetahui bahwa penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinya tidk mengakui Mesias dan akhirnya membunuh Dia. Maksudnya keputusn mereka untuk menjatuhkan hukuman mati atas Yesus juga merupakan kegenapan perkataan nabi-nabi (Mazmur 2:1-2; Yesaya 53:1-12). Kebenaran inipun dapat menguatkn imn kita.
Ayat 28-30, membukukan kebenaran bahwa kebangkitan dan kematian Yesus Kristus adalah kasih karunia Allah yang di berikan kepada manusia; yaitu kasih karuni dimana manusia membunuh Yesus dan menguburkan mayat-Nya tetapi Allah membangkitkan-Nya, agar manusia percaya kepada-Nya sehingga amendapat keselamatan. Selanjutnya ayat 31 mereka yang mengikuti Dia adalah murid-murid yang pergi bersama-sama Yesus ke Yerusalem dalam perjalanan terakhir (untuk disalibkan mati). Selanjutnya jika kita membahas tentang mengapa Yesus menampakkan diri-Nya kepada mereka, Karena tidak ada orang lain selain mereka (murid-murid yang akrab dengn Yesus) yang dapat membedakan dan menyadari bahwa Yesus adalah sama, sebelum mati dan sesudah bangkit kembali. Bagaimanakah mungkin masyarakat umum dapat menyadari Yesus yang telah bngkit kembali, sebab sebelum kematian Yesuspun mereka belum mengenalnya. Sebab itu Yesus tidak perlu menampakkan diri kepada orang banyak. Ia menampakkan diri-Nya selama beberapa wktu, hal ini menunjukkan bahwa peristiwa itu bukanlah penglihatan yang terjadi hanya dalam sekejap mata. Penampakan diri Yesus adalah kejadian yang terjadi secara historis, yang memberi waktu dn kesempatan yang cukup untuk dilihat dan diselidiki. Paulus memakai kata beberapa waktu (ημεραζ πλειουζ ) karena kejadian penampakan diri Yesus sungguh-sungguh dapat menjadi dasar imanya. Lihat 1:3.
Ayat 32-33 memberitahukan bahwa Yesus menurut Paulus adalah penggenapan dari janji Allah dalam Perjanjian Lama; pengharapan akan Mesias yang di berikan kepada para leluhur telah di genapi dalam Yesus. Dengan membangkitkan Yesus mungkin mengacu pada penampilan Yesus dalam sejarah. Dengan membangkitkan Yesus mungkin mengacu kepada penampilan Yesus di dalam sejarah dan bukan kepada kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Sekalipun demikian kebangkitan Yesus juga termasuk dalam penampilan-Nya di dalam sejarah sebagaimana tampak dalam ayat selanjutnya. Anak-Ku Engkau (Mazmur 2:7) lebih mengacu pada keberadaan-Nya sebagai Mesias ketimbang kepada keberadaan-Nya sebagai Tuhan. Sebagian dari kutipan ini juga terdengar pada saat Yesus di baptis (Markus 1:11) dan menunjukkan masuknya Yesus kedalam pelayanan-Nya sebagai Mesias. “Menjadi Anak” di dalam kerangka berpikir Alkitab merupakan sebuah konsep yang bersegi banyak dn dapat menunjuk kepada kedudukan-Nya sebagai Mesias tanpa mengurangi kenyataan mengenai Kristus sebagai Tuhan.
Ayat 34-35, dikutip dari nubuatan Yesaya 55:3 dan Mazmur 16:10. karena Daud kemudian meninggal dunia, janji dalam Mazmur 16:10 tidak mungkin mengacu pada dirinya, tetapi pstilah mengacu kepada keturunanya yang di janjikan itu. ayat 36-37, kata Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya juga dapat diterjemahkan dengan Daud melayani zamannya dengan melakukan kehendak Allah. Karier Daud terbatas pada zamannya sendiri, sebab dia meninggal dunia dan menemui kebinasaan; karier Yesus tidak dapat dibatasi pada zaman tertentu, melainkan berlangsung pada segala zaman. Kemudian ada dua kalimat yang penting dalam ayat 38-39, yang pertama adalah kalimat Oleh karena Dialah (δια τουτου) Dia adalah Yesus yang telah bangkit kembali, hl itu menjelaskan bahwa Yesus adalah pengantara. Tidak ada yang lebih malang daripada dosa bagi manusia dan yang dapat menjadi pengantara untuk pengampunan dosa hanyalah Yesus Kristus. Manusia sibuk untuk menyalahkan orang lain tetapi Yesus tidak pernah terlambat untuk mengampuni dosa orang yang percaya kepada-Nya. Hanya berita Injil yang disampaikan Paulus. Kalimat yang kedua, Yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa, kalimat ini sebenarnya menjelaskan bahwa manusia tidk akan dapat bebas dari dosa (menjadi benar dihadapan Allah) dengan kekuatan sendiri. siapa saja yang percaya kepada Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh, mendapat pengampunan atas segala dosa dan dibenarkan oleh-Nya. Yesus adalah pengantara mutlak dan Anak Allah, oleh karena itu ia berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbebn berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28).
Ayat 40-41 adalah merupakn suatu warning yang dikutip dari Habakuk 1:5 yang menubuatkan tentang serangan tentara Kasdim yang akan meruntuhkan Israel. Orang-orang mengabaikan peringatan nabi pada waktu itu akhirnya binasa sebagaimana diperingatkan. Demikian juga orang yang tidak percaya kepada Injil keselamatan yaitu kematian dan kebangkitan Yesus, pasti akan binasa. Ayat-ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa (1) siapa saja yang tidak menerima Injil adalah sama dengan orang-orang yang melakukan dosa menghina Allah. (lihat Ibrani 2:3). (2) Allah pasti akan melaksanakan apa yang telah direncanakan-Nya setiap hari tetapi pada waktu yang telah ditentukan, itulah sebabnya orang-orang yang tidak percaya mengira bahwa tidak ada penghukuman Allah. (3) Biasanya Allah terlebih dahulu memberitahukan kepada manusia apa yang dilaksanakan-Nya, tetapi manusia tidak percaya. Lihat Kejadian 19:14; Lukas 17:27; Yohanes 1:5. Mereka tidak mempercayai Firman Allah karena mengasihi dunia. Kemudian ayat 42 adalah menjelaskan bahwa para pendengar paulus senang mendengar khotbahnya, oleh karena itulah Paulus masih diminta untuk berkotbah pada hari sabat berikutnya. Ada keistimewaan kotbah ini, dimana isinya menyelesaikan masalah yang kekal yaitu tentang Allah, hidup kekal dan pengampunan dosa.
Ayat 43, menjelaskan bahwa kotbah Paulus itu sungguh berhasil. Beberapa diantara pendengarnya akhirnya mengikuti Paulus dan Barnabas karena ingin mendengar berita Injil. Didalam ayat ini juga di beritahukan bahwa Paulus dan Barnabas juga menasehati orang-orang yang mengikuti mereka itu, hal ini sangat penting mengingt bhwa orang-orang itu adalah orang yang baru percaya. Selanjutnya pada ayat 44-45, adalah berita tentang apa yng terjadi pada sabat setelah kotbh Paulus. Orang banyak datang berkumpul untuk mendengar kotbahnya yang selanjutnya. Pada waktu itu rakyat ingin mendengar Firman Allah tetapi orang Yahudi menghujat karena iri hati terhadap Paulus dn Barnabas.
Ayat 46, Paulus menjawab bahwa Tuhanlah yang memerintahkan bahwa Injil harus diberitakan pertama-tama kepada orang Yahudi agar mereka menerimanya lalu pada gilirannya dapat memberitakan Injil kepada orng-orang bukan Yahudi. Sekalipun demikian, karena orang-orang Yahudi itu ternyata menolak Firman Allah dan karenanya menilai diri mereka sendiri sebagai tidak layak untuk hidup yang kekal, maka Paulus sendiri beralih memberitakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi. Ayat 47 menegaskan tentang panggilan paulus, dia mengutip nubuatan Yesaya 49:6 yang dikenakan kepada dirinya yang akan membawa terang kepada orang-orang non Yahudi. Kemudian ayat 48, kit menemukn kalimat yang mengatakan “Orang yang ditentukan Allah” kata ini sebenarnya bersifat historis. Ketika Injil keluar dari kalangan orang Yahudi memasuki dunia orang bukan yahudi, banyak orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menerimannya dan percaya. Sekalipun demikian, ini tidak berarti meremehkan ajaran tentang takdir dalam hidup. inilah salah satu tema yang muncul berkali-kali di dalam Kisah Para Rasul: Pada setiap langkah yang baru dan strategis, Injil di tolak oleh orang Yahudi namun diterima oleh orang bukan Yahudi.
Ayat 49, menjelaskan bahwa Firman Allah disiarkan dengan kekuatan-Nya sendiri. memang pada waktu itu Firman Allah diberitakan dengan sungguh-sungguh, maka kuasa Firman Allah sendiri dapt bekerja juga dengan nyata.
Selanjutnya ayat 50 menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi bukan hanya menganyiaya Paulus dan Barnabas, tetapi juga menghasut orang-orang lain untuk ikut serta dalam penganyiayaan mereka. Ayat 51, disebutkan bahwa Paulus dan Barnabas mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan, maksudnya mereka tidak bertanggung jawab atas kebinasaan orang-orang itu. mereka telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menyaksikan Injil, namun orang-orang Yahudi tidak percaya dan mengundang sendiri kebiasaannya (Matius 10:14; Markus 6:11; Lukas 9:5).
Pasal 13 diakhiri dengan ayat 52 yang mengatakan bahwa murid-murid di Antiokia penuh dengan sukacita dan dengan Roh Kudus. Murid-murid disini adalah orang-orng yang telah menjadi percaya oleh pemberitaan Injil Paulus dan Barnabas di Antiokia Psidia (14). Mereka bersukacita meskipun berada dalam penganyiayaan, sebab mereka hanya puas dengan iman percaya kepada Yesus Kristus.
Pasal 14:1, memberitahukan bahwa di Koniumpun Paulus dan Barnabas melakukan cara yang sama untuk memberitakan Injil. Cara Paulus memberitakan Injil selalu terlebih dahulu kepada orang Yahudi kemudian baru kepada orang non-Yahudi. Paulus dan Barnabas mengajar sedimikian rupa (λαλησαι αυτος) artinya dengan begitu kuat jadi cara mengajar yang begitu kuat.
Ayat 2, menunjukkan bahwa yng menolak pemberitaan adalah orang-orang yang tidak percaya yang memberontak. Firman Allah tidak selalu diterima oleh semua orang, ada waktu dianyiaya; sebab di dunia ini ada orang-orang yang tidk termasuk di pihak Allah serta ada orang-orang yang menentang Allah sementara waktu dan teorinya sendiri yang bertentngan. Oleh sebab itu pemberita Injil tidk perlu berkecil hati jika dianyiaya karena pemberitaan Injil. Seorang pemberita Injil yang benar harus menganggap tidak benar jika tidak ada penganyiayaan. Membuat mereka gusar terhadap saudara-saudara artinya berlwanan dengan saudara-saudara. Saudara-saudara itu adalah orang yang percaya kepada Yesus. Orang-orang Ikonium yang bukan orng Yahudi. Di dalam situasi demikian, orang-orng percaya merasa tidk dapt berbuat apa-apa. Sangat sulit untuk mencegah penghasutan yang jahat dengan kekuatan manusia, akan tetapi Allah akan menolong orang percaya yang menanggung penderitaan yng tidk harus dia tanggung (1 Petrus 2:19-20).
Ayat 3, Kata beberapa waktu artinya selama beberapa waktu secukupnya. Mereka tinggal di Ikonium beberapa waktu (tertunda) sebab ada penganyiayaan dan penderitaan, bukan karena tinggal di tempat itu menyenangkan. Mereka tidak sampai hati meninggalkan saudara-saudara seiman yang sedang berada di dalam kesulitan. Allah memberi kekuatan agar mereka dapat memberitakan Injil dengan berani. Pekerjaan Allah akan semakin berkembang jika orang-orang percaya menderita karenan-Nya. Berita tentang kasih karunia-Nya adalah Injil yang memberi hidup kekal dan pengampunan dosa dengan Cuma-cuma bagi orang yang percaya kepada Yesus.
Ayat 4, menjelaskan bahwa ketika Injil diberitakan ada kelompok-kelompok yang akan nyata, yaitu kelompok yang menerima Injil dan berbalik kepada Allah dan kelompok lain yang menentang Injil. Sesudah Adam, nenek moyang yang manusia jatuh di dalam dosa, perpecahn yng demikian telh dinubuatkan dalam nubuatan tentang Mesias (Kejadian 3:15), karena itu perpecahn demikian bukanlah kebetulan terjadi dan juga tidak perlu kita cemaskan. Sebaliknya orng-orang percaya harus berdiri lebih kokoh dalam iman pada situasi demikian. Orang-orang Yahudi berdiri di depan untuk menentang Injil sebagai kegenapan Firman Yesus, Yang terdahulu akan menjadi yng terakhir (Matius 20:16). Orang-orang Yahudi pada masa itu adalah keturunan mereka yang menerima janji Mesias yang diberikan pada masa PL (3:25), meskipun demikian mereka menjadi pelopor untuk menolak Mesias yang datang untuk menggenapi janji itu.
Ayat 5-7, Di dalam bahasa Yunani sli tidak ada kata kedua rasul itu (αυτους) karena itu harus diterjemahkan dengan mereka. Pada waktu itu orang-orang Yahudi dengan bangsa lain bekerja sama secara umum untuk menganyiaya. Didalam penganyiayaan ini rombongan Paulus mengambil kebijakan untuk melarikan diri, melainkn hanya bermksud menghindri penderitaan. Jika nama baik Injil tidk dicela , ada waktunya dimana orang percaya harus menghindari penganyiayaan. Tidk harus masuk ke daerah yang berbahaya, sebaliknya masuk ke daerah yang terbuka untuk memberitakan Injil itu adalah hal yang lebih bijaksana.
Ayat 8-10, menceritakan peristiwa penyebuhan orng yang lumpuh di Listra. Kota Listra masih termasuk daerh Likaionia, sekitar 30 Mil jauhnya dari Ikonium. Disana ada orng yng lumpuh dari sejak lahirnya, dia mendengar pengajaran Paulus dengan baik. Paulus memperhtikan sikapnya dalam mendengarkan Firman Allah. Sikap mendengar Firman Allah itu lebih daripada mengutamakan mukjizat, itulah sikap orng yang dapat diselamatkan. Kemudian Paulus berseru dengan suara nyaring, hal itu diperlukan supaya para pendengrnya yang lain focus pada apa yang dia sampaikan. Jadi seruan itu bukan hanya untuk menyembuhkan orang lumpuh itu saja. Ia berkata berdirilah tegak kepada orang lumpuh itu hanya untuk menyampaikan perkataan Roh Kudus yng berkuasa, bukan memerintah dengan kuasa dirinya sendiri.
Ayat 11, orang banyak yang melihat mukjizat itu berkata Dewa-dewa telah turun ke tengah-tengah kita dalam rupa manusia, pemikirn yang demikian sering dinyatakan dalam dongeng Yunani. Gagasan yang demikian juga termuat dalam kumpulan sajak Homer. Pemikiran semacam ini adalah pemikiran manusia yang telah jatuh kedalam kesesatan, dimana memberhalakan segala sesuatu dan ingin menyembhnya. Selanjutnya ayat 12 orang-orang itu mengatakn bahwa Barnabas adalah dewa Zeus, karena dia lebih berumur dari Paulus dan lagipula dalam cerita mitos bahwa Zeus mempunyai juru bicara dan juru bicara Zeus adalah Hermes. Oleh karena itulah mereka menganggap bahwa Paulus adalah Hermes. Kemudian oleh karena peristiw itu (ayat 13) dikatakan bahwa imam dewa Zeus datang membawa persembahan kepada mereka. Perlakuan ini adalah perlakuan yang mendorong untuk meninggikan dan menyembh mereka sebagai dewa. Per;akuan ini juga adalah sama jahatnya dengan rencana membunuh mereka. Selanjutnya ayat 14-15, mengatakan bahwa mendengar hal itu Paulus dan Barnabas mengoyakkan pakaian mereka sambil berseru untuk memberitahukan bahwa mereka adalah manusia biasa yang dipakai Allah untuk memberitakan Injil. Mengoyakkan pakaian adalah tanda yang menunjukkan kekagetan mereka dan ikrar untuk tidak ingin menerima . perbuatan orng-orang Listra ini adalah dosa besar karena mereka memberhalakan manusia ; karena itu Paulus dan Barnabas menghalanginya. Rasul Petrus juga pernah mencegah penyembahan Kornelius yang berlebihan dengan berkata, “aku hanya manusia saja.” (10:26) Paulus juga mengatakan bahwa mereka ingin memberitakan Injil kepada orang-orang itu supaya mereka bertobat. Ayat 16 ini adalah lanjutan dari pernyataan Paulus yang sebelumnya, kata “Jalanya masing-masing adalah kehidupan orng-orng kafir yang menyembah berhala. Membiarkan artinya Allah membiarkan mereka hidup di dalam dosa, bukan membenarkan mereka menyembah berhala. Kemudian ayat 17, memberitahukan bahwa Allah juga memberi tanda-tanda kepada orang-orng kafir untuk dapat mengenal-Nya. Itu adalah kuasa dan kebjikan yang nyata di dalam alam; sebagai contoh, ia menurunkan hujan yang menghasilkan pertumbuhan. Meskipun Allah menyaksikan kuasa-Nya melalui alam tetapi orang-orng kafir tidak percaya kepada-Nya sebaliknya mereka menyembah berhala. Sebelum lahir baru dan percaya kepada Injil Kristus, mereka tidak akan menyadari tanda-tanda Allah itu (15). Selanjutnya ayat 18, dikatakan bahwa rsul-rsul hampir tidak dapat mencegah orang banyak itu untuk mempersembahkan korban kepada mereka, hal itu membuktikan bahwa betapa besarnya semangat mereka untuk menyembah Paulus dan Barnabas sebagai dewa.
Selnjutnya pada ayat 19 disebutkan bahwa pada waktu yang sama orang-orang Yahudi dari Antiokia dan Ikonium mempropokasi mereka dan supaya orang-orang itu memihak kepada mereka. Lalu mereka melempari Paulus. Penganyiayaan orang Yahudi menjadi ekstrim. Mereka datang dari jauh untuk menganyiaya pemberita Injil (Paulus dn Barnabas) dan membujuk orang banyak untuk memihk mereka. Pemberita-pemberita Injil itu tentu menghendaki agar merekapun bertobat dan memperoleh keselamatan, akan tetapi merek hanya menginginkan kematian pemberita-pemberita Injil itu. disinilah nampak perbedaan di antara orng percaya dan orang jahat. Hati orang percaya selalu berbelas kasihan terhadap orang yang belum percaya sehingga hendak membawa mereka kepada keselamatan, tetapi hati orang jahat selalu menginginkn kebinasaan orang lain. Selanjutnya ayat 20 memberikan informasi bahwa ternyata setelah orang-orang yang melemparinya mengira bahwa paulus sudah mati dan mereka meninggalkannya, lalu ketika murid-murid mengelilinginya dia bangkit lalu msuk kedalam kota, baru setelh keesokn harinya ia bersama-sama dengan Barnabas ke Derbe. Orang-orang yang mengelilinginya untuk memakamkan mayatnya. Pada saat itu Paulus bangkit kembali (lihat 2 Timotius 3:11) ada penafsir mengatakan bahwa pada saat itu Paulus sudah mati tetapi kemudian bangkit kembali. Tetapi hal itu tidak terlalu jelas, namun bir bagaimanapun bahwa apapun yng terjadi itu adalah suatu mukjizat. Lalu ia masuk ke kota Listra, hal itu menunjukkan sikap Paulus yang gagah yang tidak takut terhadap penganyiayaan. Ia meneruskan pemberitaan Injil dihadapan orng-orang yang membencinya dengan berani. Kemudian ayat 21 menjelaskn tentang hasil yng dicapai dri pemberitaan Paulus dan Barnabas di kota Derbe, dimana diktakan banyak orang yang menjadi murid (banyak orang yang menjadi percaya). Selanjutnya ayat 22, memberitahukan bahwa di Listra, Ikonium dan Antiokia Barnabas dan Paulus menguatkan hati murid-murid dan menasehati supaya mereka mereka bertekun dalam iman artinya berpegng dengn teguh dan sabar (to persevere). Sekalipun akan mengalami banyak sengsara.
Kemudian ayat 23 memberikan penjelasan bahwa di tiap-tiap jemaat rasul-rasul itu menetapkan penatua-penatua agar mereka mengatur jemaatnya. Berdoa dan berpuasa adalah sutu tindakan yang menunjukkn berdoa sungguh-sungguh untuk suatu hal yang penting. Paulus mementingkan untuk mendirikan jemaat dimana belum ada jemaat (1 Korintus 9:16). Tidak hanya demikian ia menganggap jemaat yang telah berdiri juga adalah penting. Ia tidk dapat membiarkan jemaat-jemaat itu begitu saja tanpa pemimpin. Ia mengangkat pentua-penatua dan menyerhkan mereka dan jemaatnya kepada Tuhan dengan berdoa dan berpuasa. Ayat 24-25 menjelaskan bahwa Paulus dan Barnabas datang ke Psidia kemudian pergi kea rah Selatan dan akhirnya tiba di Pamfilia pulau dimana kota Perga berada. Atalia adalah pelabuhan yang berada di pantai Perga. Selanjutnya ayat 26 di katakana bahwa mereka berlayar menuju Antiokia, dimana mereka dahulu diserahkan menjadi tenaga misi luar negeri, mereka pulang setelah mereka melakukan tugas mereka dengan baik yaitu untuk memberitakan Injil.
Selanjutnya ayat 27-28, menjelaskan bahwa setelah mereka tiba di Antiokia, mereka mengumpulkan jemaat dan mereka menceritakan apa yng telah dilakukan Tuhan lewat perantaraan mereka, dimana kepada bangsa-bangsa lain anugerah keselamatan juga di curahkan Allah dengan Cuma-Cuma.


B. Persoalan di Gereja Bukan Yahudi dan Sidang di Yrusalem (15:1-35)

Pengantar

Keberhasiln penginjilan di kalangan bukan Yahudi telah menyebabkan munculnya persoalan yang paling penting di gereja mula-mula – yaitu hubungan diantara orng percaya Yahudi dan bukan Yahudi serta bagaimana orng-orang bukan Yahudi itu dapat diterima sebagai anggota gereja. Pada masa sebelumnya, gereja terdiri atas orang-orang Yahudi, dan karena itu penginjilan terhadap orang bukan Yahudi sebagaimana di tugskan oleh Tuhan kit belum diperhitungkan. Filipus membawa Injil kepada orang Samaria, dan Petrus, sesudah dipersipkan oleh Allah, berhasil mengatasi keberatanya sebagi orng Yahudi lalu memberitakan Injil kepada Kornelius, dengan demikian ambil bgian dalam persekutuan penuh dengan kalngan bukan Yahudi. Pendirian gereja non-Yahudi di Antiokia dan keberhasilan pemberitaan Injil kepada kalangan non Yahudi di Galatia kini memfokus pada persoalan yang harus segera diatasi.
Ayat 1, Di gereja Yerusalem terdapat golongan yang bersikukuh bahwa jikalau orang-orang bukan Yahudi itu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa mereka tidak mungkin selamat dan diterima sebagai anggota gereja. Sampai sekarang juga masih banyak orang Kristen yang meragukan bahwa keselamatan dapat dicapai hanya karena percaya kepada Yesus Kristus. Sama seperti orang-orang Kristen Yahudi yang menganggap bahwa keselamatan dapat dicapai karena anugerah ditambah dengan perbuatan sunat dan adat istiadat Musa. Mereka sungguh-sungguh bersalah karena tidak mengakui bahwa manusia diselamatkan hanya oleh salib Kristus Yesus dan sebaliknya mereka menyarankan sunat sebagai syarat keselamatan. Mereka tidak mengetahui bahwa peraturn sunat telah diakhiri Kristus yang telah menyelesikan tujuan-Nya (Roma 10:4; Filipi 3:3). Manusia cenderung tidak percaya atas kselamatan yang sempurna oleh karena kematian Kristus. Sebaliknya ingin menambah hal lain yang diperbuat mnusia di atas kematian-Nya untuk memperoleh keselamatan. Pemikiran demikian, yakni berpikir bahwa demi keselamatan harus ada suatu usaha manusia diatas kematian Kristus disalib adalah dosa yang menjatuhkan atau merendahkan makna kemtian Kristus di salib.
Orang-orang Kristen Yahudi yang menyarankan Musa sebagai tambahan yang harus dituruti untuk keselamatan agaknya berlatar belakang Farisi, hal ini terlihat dari ayat 5. Mereka orang Yahudi yang paling kolot. Golongan ini juga menganggap bahwa agama Kristen sebagai suatu aliran didalam Yudaisme. Mereka tetap mempertahankan dan memelihara semua kebiasaan dan adat yang ada dalam hukum Taurat, dengan hanya menambahkan Injil tentang kematian dan kebangkitan Yesus selaku Mesias yang dijanjikan. Orang-orang Farisi yang bertobat bersikeras bahwa orang bukan Yahudi harus juga menjadi orang Yahudi jika hendak menjadi Kristen.
Persoalan ini sudah dimunculkan di dalam gereja. Seandainya, karena tampaknya mungkin demikian, Galatia 2:1-10 menguraikan kunjungan ketika terjdi bencana kelaparan sebagimana di kisahkan dalam Kisah Para Rasul 11:27-30. Maka para pemimpin di Yerusalem pada dasarnya telah menyetujui pemberitaan Injil oleh Paulus kepada kalangan bukan Yahudi dan tidk bersikukuh bahwa orang-orang itu harus disunat. Petrus menyetujui kebijakan ini; sebab beberapa wktu kemudian, ketika dia tiba di Antiokia, Petrus menunjukkan bahwa dia sudah memahami pelajaran yang disampaikan kepadanya melalui penglihatan, dan dengan leluasa makan semeja dengan orang percaya bukan Yahudi (Galatia 2:11,12). Kini terdapt dua macam gereja: Gereja Yahudi di Yeruslem dimana orang Kristen Yahudi bebas melanjutkan kebiasaan menaati hukum Taurat Perjanjian Lama, tetapi selaku orang Yahudi dan bukan selaku orng Kristen; serta gereja orang bukan Yahudi di Antiokia dimana tidak satupun kewajiban upacara Yahudi dilaksanakan. Petrus menyetujui kebebasan orang bukan Yahudi dari kewajiban menaati hukum taurat; maka ketika berada di tengah-tengah orang yng bukan Yahudi, dia mengesmpingkan kebiasaan Yahudinya demi persekutuan Kristiani.
Golongan “sayap kanan” di Yerusalem melihat sesuatu yang tidak disadari oleh Petrus: Yaitu bertumbuhnya gereja orng bukan Yahudi pasti berarti berakhirnya gereja Yahudi. Meningkatnya hubungan diantara kedua gereja ini membuat orang-orang Kristen Yahudi akhirnya hrus mengikuti teladn Petrus dan mengesampingkan kebiasan-kebiasaan Yahudi mereka. Karena itu ketika ada beberapa orang datang dari kalangn Yakobus ke Antiokia (Galatia 2:12), mereka menuduh Petrus meninggalkan hukum Taurat dan mengtakan kepadanya bhwa tindakannya tersebut berarti mengakhiri Yudaisme. Petrus tidak menyadari kemungkinan tersebut sebelumnya. Karena itu dia mengundurkn diri dari meja persekutuan dengan orang-orang bukan Yahudi untuk merenungkan kembali situasi itu. tindakannya ini lngsung mengakibatkan keresahan dan perpecahan diantara jemaaat di Antiokia. Paulus langsung menyadari akibat dari tindakan Petrus tersebut; tindakan Petrus itu pasti mengkibatkan dua gereja yang terpisah – gereja Yahudi dan gereja bukan Yahudi. Pilihanya ialah orang Kristen Yahudi harus mengesmpingkan kebiasaan Yahudi mereka dan duduk bersekutu dengan orang Kristen non-Yahudi, atau orng Kristen non-Yahudi harus tunduk pada hukum Musa; Jika tidak demikian gereja akan pecah. Selaku orang Yahudi Paulus bersedia saja melakukan kebiasaan-kebiasaan Yahudi. Tetpi dia bersikukuh bahwa ketika orang Kristen Yahudi memasuki gereja orang Kristen non-Yahudi, mereka harus meninggalkan semua kebiasaan-kebiasaan Yahudi mereka dan bersekutu dengan orang-orang bukan Yahudi. Pandangan Paulus rupanya berlaku, tetapi kalangan yahudi di Yerusalem tidak puas. Mereka datang ke Antiokia lagi dn menandskan bahwa orang bukan Yahudi harus disunat jika hendak menjadi orang Kristen.
Ayat 2, menjelaskan bahwa Paulus dan Barnabas sangat menentang pengajaran Yudaizer itu. Paulus dan Barnabas berpendapt bahwa keselamatn hanya datang oleh salib Kristus. Oleh karena itu terjadilah perlawanan dan perbantahan karena orang-orang Zionisme menuntut sunat sebagai syarat untuk diselamatkan. Jemaat Antiokia mengirim wakilnya ke jemaat Yerusalem agar mengadakan persidangan mengenai soal itu.
Ayat 3, menjelaskan bahwa keberangkatan Paulus dan Barnabas serta beberapa orang dari jemaat Antiokia menuju Yerusalem untuk mengadakn pertemuan dengan rasul-rasul disana mengenai permasalahan itu. Paulus dan Barnabas beserta team berjalan melalui daerah Fenesia dan Samaria dan disana mereka menceritakan tentang orang-orang kafir yng mendapat keselamatan tanpa sunat. Barangkali kesempatan yang semacam ini juga dipergunakan untuk mendengar tanggapan dari jemaat-jemaat tentang hl itu, dan ternyata bahwa hal itu menggembirakan hati mereka.
Ayat 4-5, menjelaskan bahw gerej di Yerusalem menymbut delegsi tersebut dan mendengarkan kisah tentang keberhasilan gerej bukan Yahudi di Antiokia dan tentang pemberitaan Injil kepada kalangan bukan Yahudi di Galatia. Sesudah itu keberatan diajukan oleh orng-orng yng sudh bertobat dari golongn Farisi yng bersikukuh bahwa orang bertobat dri golongn bukan Yahudi hrus menjadi orang Yahudi yng menaati hukum Musa. Keadaan ini mendorong diadakanya sidng resmi antara rasul-rasul dan penatua-penatua jemaat Yerusalem beserta delegasi dari Antiokia (ayat 6). Kalau kita melihat ayat selanjutnya (12 dan 22) menunjukkan bahwa seluruh gereja ikut dalam mengmbil keputusan.
Ayat 7-9 menjelaskan bahwa teguran Paulus kepada Petrus ketika di Antiokia (Galatia 2:11) membuhkn hasil. Jadi Petrus selaku pemimpin Rasul, kini kembali kepada pndngannya yang ia ambil setelh ia memberitakan Injil kepada Kornelius – yaitu bhwa Allah telah menerima orng bukan Yahudi hanya melalui Iman bukan melalui sunat dan adapt istiadat yang diwariskn oleh Musa. Petrus berkata bahwa Kristus membersihakan hati manusia oleh iman, artinya ketika manusia menerima Kristus dengan iman, Kristus menjadi kebenarannya dan setelh itu Kristus akan bekerja didalam hatinya agar ia dapat hidup suci. Petrus juga mengatakan bahwa Tuhan sam sekali tidak mengadakan perbedaan antara orang Yahudi dn non-Yahudi. Hal ini menjelaskan bahwa keselamatan adalah hadiah dari Allah, bukan berasal dari kebaikan atau kebenarn manusia. Jadi jika ada orang yang memeghkn dirinya sendiri dalm hal keselamatan, ia adalah orang yang menganggap darah Yesus Kristus tidak layak untuk menyelamatkan manusia. Orang yang demikian kelihatannya beriman tetpi sesungguhnya ia adalah orang yang tidk memiliki iman dan menghina darah Tuhan.
Setelah Petrus memberikan penjelasan yang sangat baik itu, maka dia melanjutknnya pada ayat 10, dengan sebuah pertayaan: “Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri?” apa rtinya mencobai Allah dalam hal ini? Orang yang mengatakan bhwa orng percaya juga harus disunat dn mengikuti hukum Taurat Musa untuk diselamatkan, adalh orng yng melawan Allah yang telah mengaruniakn keselamatan hany oleh iman kepada Yesus Kristus. Maksudnya, ia mempersoalkan dan meragukan rencna keselamatan yang dikerjakn Allah dengan kasih karunia-Nya. Yesus datang kedunia untuk memikul beban kita (Matius 11:28), jadi orang yang ingin memikulkan beban yang berat kepada orang yang percaya kepada-Nya berarti menentang Dia. dalam ayat ini Petrus juga memberitahukan bahwa kuk itu (hukum taurat) tidak dapat dipikul oleh nenek moyng mereka dan bahkan mereka sendiri juga tidak. Allah mengetahui hal itu sehingga Ia mengirimkan Kristus untuk memikul beban itu. itulah tindakan Allah yang mengenal kelemahan kita.
Selanjutnya ayat 11, Petrus mengatakan bahwa baik orng Yahudi mupun Non-Yahudi sama-sama hnya oleh karena kasih karunia di dalam Yesus Kristus. Bukan karena melakukan persyaratan jasmani atau peraturan-peraturan manusia. Karena itu tidak ada perbedaan dintara bangsa Yahudi dan bngsa lain dalm keselamatan. ( lihat Roma 3:21-22; Kolose 3:10-11)
Ayat 12 menerngkn bahwa pada waktu itu Barnabas dan Paulus melaporkn tentang pekerjaan Allah yng dinyatakan dalam misi untuk orang kafir. Lporan itu berisi pengalaman tentang orang-orang kafir yang menerima keselamatan hanya oleh kepada Yesus. Dalam ayat ini ada kata diamlah seluruh umat itu, biasanya didalam rapat jika orng yang memberikan sutu tuntn sudh dim setelh mendengar penjelasan itu berarti, bahwa di menghargai jawabn itu dan akan menerima keputusan yng terbaik apapun yang akan diambil.
Ayat 13-16, adalah merupakan perkataan Yakobus (kemungkinan besar saudara Tuhan Yesus, yang saat itu menduduki jabatan sebgi pemimpin para penatua dan para rasul di Yerusalem) yang sangat menentukan, dia menyebut tentang pemberitaan Injil Oleh Petrus kepada Kornelius dn menunjukkan bahwa pemberitaan Injil kepada orang bukan Yahudi merupakn bagian dari rencana Allah dengan mengutip Amos 9:11, 12. maksud dari kutipan ini adalah untuk melukiskan dan memberikan dukungan Alkitbiah kepada pemberitaan Injil kepada orang bukan Yahudi yang dilakukan Petrus. Ayat 15 mengacu kepada pemberitaan Injil yang dilakukan oleh Petrus kepada Kornelius. Hal itu yakni bahwa sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengn memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya adalah sesuai dengan nubuatan Amos. Membngun kembali pondok Daud yang telah roboh adalah berbicara tentang keselamatan sekelompok orang Yahudi. Selanjutnya ayat 17-18, sambungan dari nubuatan Amos yang memberitahukan bahwa keselamtan dri orang-orng non-Yahudi sudah dinubuatkn sebelumnya. Oleh karena ayat 19 Yakobus mengemukakan pendptnya bahwa mereka tidak boleh menimbulkan kesulitan bagi bangsa-bangsa lain yang berbalik kepada Kristus. Artinya jangan mensyaratkan sesuatu untuk keselamatan, selain iman kepada Yesus Kristus.
Ayat 20, menginformasikan tentang persoalan yang lain, yaitu masalah larangan supaya jemaat non-Yahudi juga menjuhkan diri dari makanan yang telah dicemrkan berhala-berhala, supaya menjauhkan diri dari percabulan, dari daging binatang yng mti di cekik dan dari darah. Sebenarnya ini semua tidk berbicara tentng keselamatan, tetapi berbicara tentang landasn persekutuan antara golongan Kristen yahudi dan golongan Kristen bukan Yahudi. Orang bukan Yahudi mempunyai kebiasaan yang sangat menjijikkan bagi orang Yahudi. Karena itu sebagai itikd baik dan ungkapan sikap Kristiani, orang Kristen bukan Yahudi dihimbau untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang akan mengganggu saudara-saudara seiman Yahudi. Yang dimaksud dengan makanan yang dicemarkan berhala di dalam 15:29 dijelskan sebagai makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Seringkali daging yang dijual di pasar adalah bekas yang telah diprsembahkan kepada berhala. Memakan daging semacam itu mengganggu nurani orang Yahudi sebab memberikan kesan seakan-akan ikut ambil bagian dalam penyembahn berhala tersebut. Percabulan mungkin berarti kemesuman secara umum atau pelacurn berkedok agama di kuil. Kemesuman yng semacam ini merupakan hal yang sedemikian biasa dikalangan orng bukan Yahudi sehingga perlu memperoleh perhatin khusus. Daging binatang yang mti dicekik adalah jenis daging yng tidak tahir dari darah. Daging semacam itu dianggap sebagai suatu kelezatan di kalangan orang bukan Yahudi. Darah mengacu kepada kebiasaan orng kafir untuk memakan darah. Dua persyaratan terakhir itu berkaitan dengan persyaratan yng sama bagi orang Yahudi yang menganggap bahwa “nyawa mahluk ada di dalam darahnya” (Imamat 17:11). Keputusan ini disampaikan kepada semua gereja non-Yahudi, bukan sebagai cara untuk memperoleh keselamatan, tetapi sebagai landasan bagi persekutuan gereja antara orang Yahudi dan non-Yahudi.
Ayat 21, ini sebenarnya adalah alas an mengapa orang bukan Yahudi harus menaati apa yang disebutkan dalam ayat 20. adapun alasannya adalah bahwa ditiap-tiap kota terdapat orang Yahudi, dan baik di rumah-rumah ibadat di Palestina maupun di rumah di rumah-rumah ibadat orng Yahudi Diaspora hukum Musa di beritakan artinya bahwa ketentuan-ketentuannya ditaati dengan ketat.
Ayat 22 memberitahukan bahwa untuk menyampaikan keputusn itu Yudas yang disebut Barsabas dan juga satu orang lagi yng bernama Silas menemani Paulus dan Barnabas ke Antiokia untuk memberithukan keputusan sidang itu. Yudas yang disebut Barsabas, rupanya saudara dari Yusuf yang bernama Barsabas (1:23). Silas adalah Silwanus yang disebut di dalam 1 Teslonika 1:1; 2Korintus 1:19; 1Petrus 5:12, yang belakangan menjdi rekan seperjalanan Paulus.
Kemudian ayat 23, adalah merupakan salam pembuka dari surat tentang hasil sidang itu. sementara ayat 24 memberitahukan bahwa orang Yahudi yang datang ke gereja Antiokia itu, dimana merek mengatakan untuk diselamatkan harus mengikuti Hukum Taurat sebenarnya bukanlah utusn dari gereja Yerusalem. Kemudian ayat 25-28 adalah menjelaskan kembali tentang pengutusn Yudas dan Silas untuk membawa surat keputusan itu. sedangkan ayat 29, kita telah bahas dalam ayat 20 hanya ada yang ditambahkan disini, dimana orang yang melakukan itu disebut berbuat baik.
Ayat 30, memberikan informsi tentang Yudas dan Silas berangkat ke Antiokia dan setelh sampai disana (ayat 31-35) mereka membaca surat itu dan jemaat disana sangat bersukacita atasnya, itu berarti bahwa suart yang dikirim itu berhasil memechkn persoalan yang ada. Beberapa waktu lamanya keduanya dan bahkan Paulus dan Barnabas juga ada disana untuk mengajar dn melayani di gereja Antiokia itu.


C. Misi kedua, Asia kecil dan Eropa (15:36 – 18:22)

15:36-41, Lukas menuliskan tentang persiapan perjalanan penginjilan atau MIsi yang kedua. Sesudah jngka waktu yang tidak disebutkan, Paulus berniat mengunjungi kembali dan memperkuat gereja-gereja yang sudah berdiri. Waktu itulah sayangnya terjadi perbedaan pendapat diantara Paulus dan Barnabas. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus yang pernah menyertai mereka dalam perjlanan pemberitaan Injil yang pertama, tetapi meninggalkan mereka ketika di dataran Asia kecil dan kembali ke Antiokia. Paulus menganggap tindakan ini sebagai bukti yang begitu nyata tentang ketidk mantapan sehingga ia menolak keinginn Barnabas. Akibatnya adalah perpisahan diantara Paulus dengan Barnabas. Barnabas membawa Markus berlayar ke Siprus untuk mengunjungi gereja-gereja yng didirikan pada perjalanan PI yng pertama. Paulus membawa Silas. Paulus mengadakan perjalanan bukan melalui laut, tetapi melalui jalan darat menuju ke Galatia. Kita tidak mengetahui apa-apa mengenai pendirin gereja-gereja di Siria dan Kilikia, tetapi 15:23 kita mengethui bahwa di sana memang ada gereja. Mungkin gereja-gereja itu merupakn hsil pelayanan Paulus sebelum dibawa ke Antiokia.
Kita akan masuk pada Kisah Para Rasul 16:1, memberitahukan bahwa Paulus pergi ke Derbe dan ke Listra. Disana dia memilihi Timotius, yang rupanya bertobat pada waktu PI yang pertama, untuk menjadi rekan seperjalanan dan salah satu pendampingnya yang paling di percaya. Kepada Timotius inilah Paulus menjelang akhir hidupnya menulis dua dari surat-suratnya yang terakhir. Timotius adalah keturunan campuran: ayahnya adalah seorang Yunani sedangkan ibunya adalah seorng Yahudi. Ibunya psti juga termasuk orang percaya kepada Kristus ketika Paulus mengunjungi Listra pada PI yang pertama. Dari II Timotius 1:5 kita mengetahui bahwa ibunya Eunike adalah seorang wanita yang saleh.
Kemudian ayat 2, menginformasikan tentang integrits dari Timotius, dia di kenal baik oleh jemaat di Listra dan Ikonium. Lalu selanjutnya ayat 3, karena Timotius hanya separuh Yahudi, maka agar dia dapat menjdi rekn seperjalanan yang dapat diterima oleh kalangan Yahudi yang akan mereka layani, Paulus menyuntkan dia. sekalipun pemuda itu telh didik oleh ibunya di dalam imn sesuai dengan PL (2Timotius3:15). Orang Yahudi memandang dia sebagai anak orng Yahudi karena agama yng dianutnya. Sebagi orng yng mengaku penganut agama Yahudi tetapi tetap merupakan orng bukan Yahudi yang tidak disunat, Timotius akn merupakan sandungan bagi orang-orang yahudi yang dijumpai Paulus di berbagai kota dn kepada siapa Paulus memberitakan Injil pertama kali. Paulus menyunti Timotius adalah sebagai tindkan penyesuaian dan bukn krena prinsip religius. Tidak ada pertentangan dengan ketegasn Paulus untuk menyunat Titus (Galatia 2:3); sebb Titus adalah sepenuhnya orng bukn Yahudi, sehingga sama sekali tidk ada alas an budaya untuk menyunatknnya. Dengan demikian Timotius di sunat bukan sebagai orng Kristen tetapi melainkan sebagai orang Yahudi. Tindakan ini merupakan penerapan dri prinsip yang dikemukakan rasul Paulus di dalam 1Korintus 9:20, Demikianlah bagi orng Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkn orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat…supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat.” Jika tidk menyngkut prinsip yng hakiki, Paulus memakai prinsip penyesuaian.
Ayat 4 memberitahukan bahwa Paulus dn Silas menympaikan keputusn-keputusn sidang Yerusalem kepada seluruh jemaat yang mereka kunjungi (bukan Yahudi) dan bahkan Paulus meminta agar setiap jemaat menurutinya. Ini membuktikan bahwa Paulus berusaha agar ada perdamaian diantara jemaat-jemaat. Selanjutnya ayat 5, menunjukkan bahwa jemaat-jemaat pada waktu itu berkembang dalam kwalitasny dan jug kwantitasnya. Kemudian dalam ayat 6 dan 7 disebut bahwa mereka melintasi Frigia dan tanah Galatia tetapi Roh kudus mencegah mereka memberitakan Injil di Asia. Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil dio Asia, bukan karena Allah ingin membiarkan suku-suku Asia, tetapi perlu untuk memberitakan Injil di Eropa lebih dahulu menurut urutan waktu bgi misi dunia. Rombongan Paulus yang telah menyerahkan diri untuk misi menaati bimbingan dan perintah Roh Kudus yng demikian. Tidak ada catatan mengenai cara Roh Kudus yang membimbing Paulus disini tetapi kita tidak perlu menduga tentangnya. Setibanya di Misia merek mencob masuk ke derah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkn mereka. Roh Yesus ini adalah roh yang dikirim Yesus. Lihat Roma 8:9; Galatia 4:6; Filipi 1:19; 1Petrus 1:1. dengan ayat ini kita dapat mengetahui bahwa pimpinan aktifitas misi pada waktu itu adalah Roh Kudus. Hal itu terjadi sesuai dengan perkataan Yesus (Yohanes 14:16-17,26; 15:26; 16:13). Ironside berkata bahwa salah satu berkat khusus yng didapati hamba-hamba Allah adalah bimbingan Roh Kudus. Misia adalah kota yang terletak di bgian barat Asia kecil dan Bitinia terletak di bagian timur pntai Misia. Pencegahan Roh Kudus untuk memasuki daerah Bitinia bukan berarti Allah menolak orang-orang Bitinia. Menurut surat Pliny, gubernur Bitinia pada tahun 70 AD. Yang dikirim kepada kaisar Trajan, ada banyak orng Kristen pada masa pemerintahan Pliny. Jikalau demikian, setelah Paulus tidk dapt memasuki daerah itu meskipun sebenarnya ia mau (53 AD), Injil telh diberitakn di daerah itu. waktu dn tempat diwujudkannya pekerjaan Allah mempunyai urutn di dalam kehendak-Nya.
Ayat 8-9, Troas adalah merupakan kota penyebarangan untuk sampai ke Makedonia. Disana tampak kepada Paulus suatu penglihatan, dimana orang Makedonia sedang meminta tolong dengan berseru “…menyeberanglah kemari dn tolonglah kami!” ini menunjukkn bahwa mereka menunggu pemberitaan Injil bagi keselamatan mereka. Permohonan ini adalah contoh dari semua seruan yang sama dari manusia. Manusia tidak dapat memperoleh pertolongan selain melalui keselamatan dari Injil Kristus. Hanya pertolongan keselamatan dari Allah yang merupakan pertolongan yang benar. Filsafat ilmu pengetahuan politik dan lain-lain yang menjanjikan pertolongan bagi manusia tidak dapat memberikan hidup kekal karena semuanya itu sebenarnya tidak dapat menolong. Hal-hal tersebut diatas seperti tali yang telah membusuk yang dilemparkan kepada orang yang tenggelam di air untuk menyelamatkanya ke darat.
Ayat 10, ayat memberitahukan tindakan Paulus dan teamnya setelah mendapat penglihatan itu. kata kami membuktikan bahwa penulis Kisah Para Rasul ini ikut bersma-sama mereka yang sedang melakukan perjalanan misi. Orang ini adalah dokter Lukas, sebb dalam kitab ini istilah medis sering dipakai, dan Lukas kawn sekerja Paulus dalah seorng dokter.
Dalam ayat 11-12 kita menemukan nama kota Samotrake ini adalah pulau diantara Troas dan Neapolis.
Selanjutnya ayat 13 menunjukkan bahwa mereka sangat mementingkan doa untuk keberhasilan misinya. Mereka berusaha untuk mendapat tempat dimana mereka harus berdoa. Orang-orang pada zaman ini sudah meremehkan doa. Sebab ada banyak hamba Tuhan Bisnis, hamba Tuhan seperti ini selalu berusaha mengembangkan kekuasaannya dalam jemaat dengan tipu daya manusiawi, tidak bekerja dengan doa dan kuasa Roh Kudus. Para teolog bertindak seolah-olah bekerj dengan teori saja. mereka cenderung tidak menyerahkan dirinya dan juga tidak berdoa. Disamping itu jemaat awampun banyak yang terikat dengan kehidupan manusiawi sehingga tidak mempunyai waktu untuk berdoa. Kami berbicara kepada perempuan-perempun yang ada berkumpul disitu, klimt ini menunjukkan bahwa rombongan Paulus tidak menyiayiakan kesempatan untuk memberitakan Injil. Hati mereka sellu berkobar untuk mencari jiwa-jiwa (untuk menyelamatkn) karena itu kaki mereka senantiasa berkasutkn kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera. Mereka memberitakan Injil kepada perempuan-perempuan di tepi sungai yang mereka temui.
Ayat 14, menceritakan tentang seorang yang bernama Lidia. Dia adalah seorang yang sudah mendengar pemberitaan Injil dri Paulus. Dia adalah orang yang beribadah namun sebelumnya dia belum mengerti bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi telah menjadi orang yang tkut akan Allah karena pemberitaan orng Yahudi. Pada saat ia mendengar pembritan Paulus Tuhan membuka hatinya. Hati (kardia) tidak berarti otak tetapi yang disebut hti adalah jiwa dan roh. Itu adalah inti kepribadian, yaitu sumber kasih dan keputusn. Htilah yang terbuka oleh Roh Kudus karena besar ksih krunia-Nya, liht Efesus 1:18. semua pertobatan yang benar terjadi karena Tuhan membuka hati (Kardia) manusia. Lidia adalah orang pertama bertobat dalam misi Eropa. Lidia menjembatani untuk membangun jemaat pertama di Eropa. Seorang perempuan Samaria yng hendak menimba air juga pernah menjembtani pemberitaan Injil di daerahnya (Yohanes 4:39-42). Di dalam sejarah gereja pemberitaan Injil sering dimulai dari orang kecil dn akhirnya semakin diperluaskan.
Ayat 15, menceritakan bahwa Lidia dan seisi rumahnya dibaptiskan. Hal ini menunjukkan bahwa setelah pertobatan Lidia, dia membwa keluarganya kepada Tuhan dn diatas iman mereka kepada Kristus mereka dibaptis. Dalam yat ini juga terliht kerendahan hati dari Lidia dengan berkata “Jika kamu berpendapat bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku” ia mendesak agar rombongan Paulus menginap di rumahnya karena ia sangat berkobar dengan rasa syukur ats keselamatan yang diterima.
Ayat 16-17 memberi informasi tentang seorang yang disebut hamba perempuan petenung. ia disebut sebagai hamba petenung karena dia bekerj atau melakukan tenungannya menurut perintah tuan-tuanya dengan mendapat bayaran yang tinggi. Ia mengikuti Paulus dan seolah-olah dia menguatkan pemberitaan Injil Paulus tetapi ternyata dia adalah penyesat. Setanpun mengetahui sebagian kebenaran Allah (Yakobus 2:19). Jika ia sedikit kebenarn Allah sebenarnya ia bermaksud memakainya untuk tujuan yang jahat, yaitu memutarblikkan kebenaran. Beberapa penafsir berkata bahwa apa yng dikatakan oleh perempun petenung itu dengan berkata tentang jalan kepada keselamatan (οδον σωτηριας) bukan mengacu bahwa jalan yang dimaksud adalah satu-satunya, tetapi justru mengindiksikan bahwa jalan yang dimaksud adalah salah satu dri yang lainnya. Jdi dengan demikian perkataan perempun itu justru membaw orang-orang lebih jauh dri Kristus.
Ayat 18, memberitahukan bahwa perempuan itu melakukan hal yang sama beberapa hari lamanya, tetapi karena Paulus tidk tahan lagi akan gangguan itu sehingga ia mengharudik roh. Motivasi pertama memerintahkan roh itu keluar dari perempuan ini adalh krena kemuliaan Injil, bukan untuk menyelamatkan perempuan itu dari roh tersebut. Allah tidk berkehendak Injil di beritakan oleh Iblis karena ia akan mengotorinya. Sehingga Paulus menghardiknya dan menyuruhnya keluar dari perempuan itu.
Selanjutnya ayat 19-20 adalah reaksi dari para tuan-tuan perempuan petenung itu, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar dan untuk menghafap penguasa. Hal ini membrikan gambaran semu orang-orang duniawi yang selalu bertindk hanya demi keuntungn materi. Mereka tidk dapat memikirkn tentng berkat rohani. Hamba-hamba Tuhan juga akan menjadi demikian jika ia bersifat duniawi. Kekuatan pertempuran mereka adalah tipu muslihat dan tindakn-tindakan manusiawi, bukan doa dan kebenaran serta kuasa rohani. Sebenarnya tujuan mereka adalah keinginan pribadi tetapi memanipulasinya dengan mengatakan bahwa tujuannya adalh kepentingan umum.
Ayat 21, adalah sambungan dri perkataan-perkataan hsutan dari tuan-tuan perempun itu. mereka menyebut diri mereka orang Rum padahal mereka adalah orang Yunani. Sifat mereka ini adalah untuk membujuk pemerintahan Romawi. Orng-orang yang sangat duniawi mudah membujuk penguasa demi keuntungn dirinya sendiri. adat istiadat yang kita…tidak boleh menerimanya atu menurutinya menunjuk kepada Injil yang di britakan Paulus. Injil Allah memang tidk dapat dimengerti dan diterima orang-orng duniawi yang belum dilahirkn kembali (1 Korintus 2:14); akan tetapi orang-orang yang sudah lahir baru akan menerimanya dengan senang hati dan menaatinya. Orng-orang duniawi bersemangat untuk mengikuti ajaran yang jahat, sekalipun hal itu ibarat hendak mendaki gunung yang tinggi; tetapi untuk mengikuti Injil, mereka jtuh karena tersandung hanya oleh sehelai jerami.
Ayat 22-24, memberithukn bahwa rombongn Paulus pada saat itu mengalami penderitan yng sngat hebat. Penderitaan mereka adalah (1) penyiksaan massa yng buas, (2) pukulan dengan dikoyakkanny pakaiannya tanpa pengdilan, yaitu pengdilan yang tidk sah dan (3) dipenjarakan, yaitu perlkuan yang sangat kejam. Penderitaan Paulus ini tertulis di dalam 2 Korintus 11:25 secara sugestif.
Ayat 25-26, ini adalah pengalaman Paulus dan Silas di penjara. Mereka berdoa dan menynyikn puji-pujian kepada Allah. Kemudian terjdilh suatu peristiw yang sungguh dhsyat, dimana sendi-sendi penjara itu goyah dan semu pintu penjara itu terbuka dan bahkan belenggu mereka semua terlepas. Allah dapat melepaskan mereka dari penjara tanpa gempa bumi akan tetpi ia memakai gempa bumi agar orang-orang merasakan kebesaran Allah yng hadiri disitu (Calvin).
Ayat 27, menceritakan tentang kepala penjara yang bernit bunuh diri, karena ia menyangka bahwa orang-orng dalam hukuman itu melarikn diri. Menurut hukum Roma apabila Narapidana melepskn diri dri penjara maka penjaganny dihukum akan mati. Didunia ini ada banyak orang yang berniat bunuh diri krena keputusasaan; akan tetpi dos bunuh diri adalah dosa yang dimana tidk ada lagi kesempatn untuk bertobat. Yesus Kristus datang untuk menyelamatkan orng-orng yang berputus asa, sebab itu mengapa harus membunuh diri dengan maksud demikian , Paulus mencegahnya dengan suara nyring.
Ayat 28, menunjukkan bahwa Paulus dan Silas adalah orng-orng yang tidk ingin melrikn diri. Penolong mereka adalah TUHAN yng menjdikn lngit dan bumi, karena itu untuk ap mereka berniat melarikan diri padahal merek tidak kekurangan sesuatu apapun; justru sebaliknya merekalah yang menolong menyelamtkan penjaga dari tempat kematiaanya.
Ayat 29-30, menceritkan tentang penjaga penjara yang tidak jadi bunuh diri dan dia tersungkur di kaki Paulus dan Silas dan bertanya: “Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” pertayaan ini adalah pertayaan yang hrus dijawab oleh Paulus dan Silas dengan baik, sebab untuk itulh mereka dipanggil sebagai pemberita Injil. Sehingga di ayat 31 Paulus menjawab dengn sangat baik dengan berkata percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus. Hanya itu stu-satunya tidak ditmbah dengan peraturn atau doga gereja, tidk ditambah dengan usaha manusia, tetapi hanya percaya saja.
Kemudian setelah itu (ayat 32) Paulus dan Silas memberitakn Firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumhnya. Pemberitaan ini dilakukan oleh Paulus karena dia tidk mau hnya kepal penjaga penjara itu yang diselamatkan tetapi dia juga ingin bahwa anggota keluarg penjaga penjara itu juga beroleh selamat. Selanjutnya ayat 33-34, menceritakan bahwa kepala penjara yang telah menjadi percaya itu menyambut mereka dengan ramah. Menjadi percaya kepada Allah lebih berharga daripada mempeeoleh harta yang paling berharga. Ia melayani pemberita-pemberita Injil ini dengan ramah karena sukcita yang besar. Sikap yang bersyukur Karen dimotivsi oleh kesadaran akn ksih Tuhan adalh bukti pengmpunan dosnya. Liht Lukas 7:47-50.
Kemudin ayat 35-39, Paulus memperingtkan pembsar-pembesar kota tentang ketidakadilan mereka. Kejadian itu juga menggambarkan situasi yng dibalikkan; sekarang Paulus dan Silaslah yang mengekang pembesar-pembesar dan pejabat-pejabat kota itu. ia bertindk demikin agar membuat mereka rendah hati dan membenarkan keadilan Allah. Sutu hl yang perlu diingat bahwa menurut hukum Roma (Lex Valeria, BC. 509, Lex Porcia, B.C. 248), warga Negara Romawi tidk boleh dipukul atau dipenjarakan tnpa pengadilan, namun mereka menyiksa Paulus dengan tidak berdasarkan hukum.
Ayat 40, menjelaskan bahwa Paulus dn Silas adalah orang kokoh dalam Iman. Sehingga setelah mereka keluar dri penjara, mereka malah prig ke rumah Lidia dan menghibur saudara-saudara disana.
Kisah Para rasul 17:1-2. Setelah dari rumah Lidia Paulus dan Silas dan Timotius berjalan menuju ke barat melalui jalan raya militer yang dinamakan Via Egnatia. Kenyataan bahwa mereka Amfipolis dan Apolonia menunjukkan bahwa Paulus memeliki rencana yang pasti untuk memberitakan Injil di berbagai kota yang strategis. Tesalonika adalah ibukota Makedonia. Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat dan membicarakan bagian-bagian dari kitab suci.
Kemudian ayat 3 memeberitahukan bahwa Paulus menjelaskan tentang Mesias yng adalah Yesus. Isi kitab PL adalah nubuat tentang kematian dan kebangkitan Kristus. Rencana Allah yang menyelamtkan umat-Nya adalah kematian-Nya dn kebangkitan-Nya, maka kata harus mempunyai arti kehrusan bagi Allah. Kematian dan kebangkitan-Nya telah dinubuatkan Allah dan dikerjkan oleh Allah, itulah keharusan Allah. Tuhan Yesus juga memaparkan bukti dengan kitab suci bahwa ia harus mati dan bangkit kembali (Lukas 24:25-27).
Ayat 4, memberitahukan tentang hasil dari apa yang Paulus lakukan di Bait Allah tersebut, dimana ada beberapa orang Yahudi yang percaya dan sejumlah besar orang-orang Yunani yang takut akan Allah brtobat karena pelayanan Paulus ini. Kata perempuan-perempuan terkemuka adalah lebih mungkin menunjuk kepada istri-istri orang terkemuka. Kemudian ayat 5-9, memberitahukan tentang sebagai akibat dari pemberitaan Injil yng sesuai dengan Firman Allah, banyak orang menjadi percaya dan pada ayat 5-9 ini dikatakn bahwa karena banyak orang menjadi percaya timbullah penganyiayaan karena iri hati orang Yahudi. Sifat menganyiaya adalah:

1. Iri hati (5a). orang-orng yng hidup dalam ketidkbenaran selalu dikuasai oleh iri hati dn kebencian.
2. Menggunakan petualang-petualang (6a). orng jaht selalu ingin bekerja sama dengan orng jahat.
3. Mengadakan keributan dn mengacau kota (5b). orng jhat tergerak oleh darah panas dan tipu muslihat, karena itu mereka selalu mengacaukan.
4. Memamfaatkan pembesar-pembesar (6a). orang-orang yang mengnyiaya Injil selalu mempunyai kebiasaan yang demikian.
5. Sebaliknya mereka menyebarkan berita bohong tentang pemberita-pemberita Injil sebagai orang-orang yang mengacaukan seluruh dunia (6b). Injil sama sekali tidak dimengerti oleh orang-orang jahat yang bersifat duniawi.
6. Selalu mengatakan yang tidak benar bahwa agama Kristen melawan pemerintah dunia (ay 7)

Hal yang perlu diperhatikan dari gerakan mereka yang menentng Injil dalah jerih payah manusiawi yang dilakukan oleh karena tidak memiliki kuasa Allah. Metode mereka adalah mengacaukan (εθορυβουν), berteriak-teriak (βοντες), gelisah (εταραζαν). Hal-hal demikian adalah tindakan ceroboh manusia yang lemah. Mereka brtindak bertentngan dengan prinsip tindakan yang damai, tenang dan berkuasa yng dimiliki orang-orang percaya.
Ayat 10, memberitahukan bahwa pada malam itu segera orang-orang percaya di Tesalonika itu menyuruh Paulus dan Silas berangkat ke Berea. Hal ini mereka turuti karena memang orang-orang percaya tidak perlu menahan atau menyeret dirinya ke tempat berbahaya tanpa alasan khusus. Tuhan Yesus berkata, “Apabila mereka menganyiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lin” (Matius 10:23).
Ayat 11, memberithukan bahwa orang-orang Yahudi di Berea lebih baik daripada orang Yahudi yang ada di Tesalonika, karena orang Yahudi di Berea menerima Firman dengan segl kerelaan hati, yang berarti sungguh-sungguh tekun. Injil Allah akan datang sebgai hidup bagi orang-orang yang merindukannya dengan sungguh-sungguh. Orng-orang yang tidak sungguh-sungguh merindukannya adalah orang-orng yang tidak mengethui harga Injil yang sangat mahal; seperti anjing dan babi, tidk ada alas an untuk memberikn Injil kepadanya (Matius 7:6). Buku-buku duniawi adalah dangkal dan tidk mengandung kebenaran keselamatan tetapi kebenaran Firman Allah adalah dalam dan kebenaran dan kebenaran keselamatannya jelas, Karen itu betapa bahagia menerima orng-orng yng menyelidiki secara dalam untuk mengetahui apakah semuanya itu benar demikian?. Alkitab kan tertutup bagi orng-orng yang tidk menyelidiki dengan sungguh-sungguh karena mereka bukn murid-Nya.
Ayat 12, dijelaskan bahwa banyak orang-orang Yahudi itu yang menjadi percaya dan bahkan orng-orang Yunani baik perempuan dan laki-laki juga banyak beroleh selamat. Orang-orang yang merindukan Firman Allah dengan sungguh-sungguh tentu menjadi percaya. Firman Allah tidak pernah gagal, karena itu orang-orang yang menyelidiki Firman Allah dengan sungguh-sungguh juga tidak akan gagal.
Kita telh membahas tentang orang-orang Tesalonika yang menghsut orang lain untuk menangkap Rasul Paulus seperti di ayat 5-9. jadi ayat 13 ini tidak perlu lagi kita bahas.
Ayat 14, setelah mereka mendengr berita itu maka saudara-saudara (orang-orang percaya) segera menunjukkan tindakan mereka yang tegas dan cepat. Orng-orang percaya disitu cepat melarikan Paulus sebelum terjadi penganyiayaan orang Yahudi. Mereka melarikan Paulus ke Panti laut, agar Paulus dapat pergi sampai ke Atena melalui perjalanan Laut. Silas dan Timotius tetap tinggal disitu untuk memelihara jemaat yang masih baru itu.
Ayat 15, orang-orang yng mengiringi (καθισανοντες) sampai ke Atena, adalah orang-orang yang membwanya dengan selamat. Tugs orang-orang ini tidk hanya memimpin Paulus sampai ke tempt tujunnya tetpi juga melindunginnya. Didalam perjalanan misi, Paulus memerlukan banyak penolong seperti orang-orang ini. Pembangunn gereja Allah membutuhkan kerja sama, setiap bagian anggota akan hidup benar secara rohani dan gereja yng menjadi tubuh Kristus juga akan berkembang. Lihat 1Korintus 12:14-27.
Selanjutnya ayat 16 memberitahukan bahwa Paulus sangat sedih karena dia melihat bahwa kota itu dipenuhi dengan patung berhala. Kota Atena sejak zaman dahulu adalah kota filsafat dan patung berhala. Kata sangat sedih (παρωξυνετο) berarti marah dan panas. Hati yang demikian mengandung kejengkelan. Kesedihannya adalah (1) kemarahan tentang kesiasian ptung berhala, (2) kejengkelan tentang manusia yang diciptakan untuk menyembah Allah, tetapi jatuh dalam penyembhn berhala.
Kemudian di ayat 17 dikatakan bahwa karena kemarahan Paulus maka ia bertukar pikiran dengang orang-orang Yahudi dn orang-orng yng takut akan Allah di rumh ibadt dan di psr dn dengan orang-orang yang dijumpainya di situ. Kata karena itu yang ada dalam ayat ini menunjukkan hati Paulus yang jengkel (ay 16) yang mendorongny bertukar pikiran. Ia memberitakan Injil kepada berbagi kedudukan sosial. Sikap Paulus dilakukan sesuai dengan prinsipnya yaitu, Demikianlah bgi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi…bagi orang-orang yang tidak hidup di bawh hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup diluar hukum Allah…supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawahhukum Taurat (1 Korintus 9:20-21). Ia pergi ke rumah ibadat untuk membawa orang Yahudi dan pergi ke pasar untuk bertukar pikirn serta memberitakan Injil kepada orang-orang kafir di Atena. Pasar disini mungkin pasar porselen (κεραμεικοζ). Tempat itu adalah pusat perdagangan kota Atena, biasanya para filsuf mengajar dan bertukar pikiran di situ. Socrates, Filsuf yang terkenal itu biasanya mengajar di pasar pada saat dimana sangt banyak orang berkumpul; terlebih lagi pembrita Injil, ia harus mencari tempat dimana banyak orang berkumpul untuk memberitakan Injil tanpa malu. Tuhan Yesus menyuruh kita untuk memberitakan Injil kerajaan Allah di tempat yang terang dn dimana banyak orang dapat mendengarnya (Matius 10:26-27). Agama Kristen tidk dapat bersembunyi di tempat yang gelapatau di sudut. Lihat Lukas 12:3.
Ayat 18 pada ayat ini disebut bahwa Paulus berdebat dengan golongan Epikuros dan Stoa. Kedua-duanya adalah golongan Filasafat. Golongan epikurus adalah didirikn oleh Epicurus (341 BC) dia adalah seorang filsuf yang lahir di pulu Samos. Filsafatnya berdsrkn humanisme dan materialisme yang bertentangan dengan Ketuhanan dan cenderung mengarah pada hedonisme (paham yang dinut orang-orng yng mencri kesenangan semata-mata).
Golongan Stoa didirikan kira-kira tahun 340 BC oleh Zeno yang lhir di Cyrus. Seneca dn Aurelius yang nantinya menjadi Kristen adalah termasuk golongan ini.
Dari antara kedua golongan ini ada yang mengatakan bahwa Paulus adalah si Peleter yang merupakan ejekan yang setara dengan seseorang cerewet. Yang berkata bahwa Paulus adalah pemberita ajaran dewa-dewa asing. ξενων δαιμονιων adalah dewa-dewa Yunani. Menurut hukum pada masa itu orang yang menyampaikan ajaran dewa-dewa asing harus dihukum mati. Socrates dihukum mati Karen tuduhn yang demikian (Zen, Memm, Plato, Apol., 24B). seorng ahli mengatakan bahwa Paulus juga masuk dalam keadaan yng sama berbahaya, akan tetapi di dalam Alkitab tidak ada dasar yang membuktikan hal itu.
Pemberitaan Paulus yang menyampaikan Tuhan Yesus yang mati dan bangkit dan menjdi pengntra diantra Allah dan manusia, adalah berita yang baru bagi para filsuf di Atena (ayat 19). Injil Allah tidak dapat di mengerti dengn ilmu pengetahuan dunia, oleh Karena itu paulus berkata, “Di manakah orang yang berhikmat? Dimanakah ahli turat? Dimanakah pembnth dari dunia ini? Bukankah Allah telah membut hikmat dunia ini menjdi kebodohan? (1Korintus 1:20)
Ayat 19-20 memberithukan bahwa mereka membawa Pulus ke sidang Aeropagus (bukit dewa Mars) bukn untuk diadili, tetpi untuk di beri kesempatan agar ia bercermah tentang kebenaran dengan bebas. Penghuni kota Athena ingin mendengar ajaran yang baru karena keinginan belajar, bukan krena kerindun hati atau kerinduan rohani. Oleh sebab itu kotbah Paulus kali ini tidak begitu berbuah (ay 32).
Ayat 21 menceritakan bahwa orang-oranmg yang ada di kota Atena adalah orang-orang yang tergolong sangat sibuk. Kemudian ayat 22 memberitahukan bahwa Paulus berdiri di Aeropagus dan memberitakan Injil atas permintaan dari beberapa filsuf golongan Stoa dan Epikurian. Dalam ayat ini juga seolah-olah Paulus memuji mereka dan mengatakan bahwa mereka adalah orang yang beribadah. Paulus mengatakan bahwa mereka sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebenarnya perkataan ini dapat ditafsirkan sebagai animisme. Dengan mengatakan perkataan yang demikian ini sebenarnya Paulus ingin membangun suatu jembatan pembicaraan bagi orang-orang Atena tersebut. Hal ini bukanlah kompromi atau kontekstualisasi yang kebablasan karena jika kita membaca ayat sebelum dan sesudahnya akan menunjukkan kepada kita:
a. Paulus menjadi marah dan sedih ketika ia melihat kota itu penuh dengan patung berhala.
b. Orang-orang yang mendengrnya mengatakan bahwa dia (Paulus) adalah seorang yang mengajarkan ajaran baru, atau yang berbed dengan ajaran mereka. Mereka berpikir demikian karena Paulus menympaikan tentang Yesus.
c. Paulus menjelaskan bahwa Allah pencipta langit dan bumi dan segala isinya berbeda dengan dewa-dewa yang disembah orang Atena.

Ayat 23 Paulus melanjutkan kotbahnya, dalam ayat ini ada kalimat yang sngat penting dipelajari, dimana Paulus berkata bahwa dia menjumpai sebuah tulisn di mezabah penyembahan orang Atena suatu kalimat kepada Allah yang tidak dikenal. Allah yang tidak di kenal artinya adalah Allah yang ajaib atau Allah yang misterius bagi orang Atena itu. lalu bertolak dari perkataan inilah Paulus menjelaskan atau memperkenalkan Allah yang tidak di kenal oleh orang-orang Atena tersebut. Secara implisit ayat ini memberitahukan bahwa sekalipun manusia berusaha berpikir untuk mengenal Allah seperti para filsuf Stoa dan Epikurian ini mereka tidak dapat mengenalnya dengan benar. Manusia dapat mengenal Allah hanya jika Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Alkitab adalah penyataan Allah maka kita dapat mengenal Allah dri apa yang dikatakan Allah tentang diri-Nya seperti yang ada dalam Alkitab.
Selanjutnya ayat 24 Paulus mengatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi tidk diam dalam kuil buatan tangan manusia. Allah yang menciptakan bumi dan segala isinya adalah Allah yang menjadikan dri yng tidk ada menjadi ada, karena itu pemikiran yang mengira bahwa Allah dapat didiamkan dalam kuil-kuil adalah bodoh. Manusia dapat menyembah Allah sang pencipta sebagai pencipta melalui iman (Ibrani 11:6). Sng pencipta membangkitkn iman manusia. Semua mahluk alam semesta tidk dijdikan secara kebetulan, tentu ada yang menciptkannya, itulah kebenaran.
Jikalau semua mahluk alam semesta dijadikn secara kebetulan, tidak akan ada ilmu pengetahuan tentang alam semesta karena alam semesta itu tidak mengikuti hukum alam. Tidak hanya demikian, jikalau ada suatu hukum alam terjadi secara kebetulan, dalam zaman sekarangpun harus ada yang terjadi demikian, akan tetapi pada masa sekarang sama sekali tidak ada yang terjadi demikian. Oleh karena itu menyakini bahwa alam semesta terjadi secara kebetulan lebih sulit mempercayainya daripada percaya bahwa ada yang menciptakannya. Kita mempercayai kebenarn penciptaan Allah dan kuasa penciptaan-Nya dengan sukacita.
Allah tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, bukan hanya itu saja Alkitab juga mengatakan bahkan Allah juga tidk diam di Bait Allah sekalipun itu di bangun menurut petunjuk-Nya (1 Raja-Raja 8:27), hanya Bait Allah merupakan tempat kehadiran nama-Nya yaitu Firman-Nya, karena itu doa orang-orang ditempat itu akan di dengar oleh Allah di surga (1 Raja-Raja 8:28-30, 44-45). Pemikiran bahwa Allah berada di suatu tempat tertentu adalah pikiran penyembahan berhala. Allah memenuhi langit dan bumi karena itu Ia berada dekat dan jauh, Ia berada di dalam alam semesta dan diluar alam semesta (Yeremia 23:23-24), oleh krena itu percaya kepda-Nya menurut firmn-Nya adalah penyembahn kepada-Nya (Yohanes 6:29; Kisah Para Rasul 17:31).
Dalam ayat 25 ini Paulus menjelaskn bahwa kelakuan orang-orang yang menyembah berhala yang membawa persembahan ked lm kuil-kuilnya adalah sia-sia. Mereka menghibur diri sendiri dengan mempersembahkn persembahan kepada berhala; akan tetapi apa yang kurang bagi Allah sehingga Ia memerlukan persembahan? (Mazmur 50:7-15) malahan Allahlah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu kepada semua orang. Ini merupakn perbandingan dimana Allah buknlah yang bergntung kepada manusia tetapi manusialah yang bergntung kepada Allah.
Pada ayat 26 ini Paulus mengatakan bahwa Allah menjadikan semua bangsa dn umt manusia dari stu orang saja. Para antropolog juga tidk memungkiri bahwa mnusia berasal dari satu leluhur. Allah juga menentukan musim atau masa atau zaman-zamanya dan bahkan juga batas-bats kewilayahn bangsa-bangsa itu (lihat Ulangan 32:8).
Ayat 27 Paulus mengatakan bahwa Allah melakukan semuanya itu adalah bahwa Ia ingin menyatakan keberadaan-Nya.
Kemudian di ayat 28 Paulus mengatakan bahwa di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada yang berarti bahwa kehidupan, gerakan dan eksistensi manusia hny ada karena anugerah Allah; yang dimksud ialah manusia akan kembali kedalam kesia-siaan jika kuasa Allah tidak menopangnya. Di dalam ayat ini Paulus juga mengutip perktaan dari penyair sudah mereka kenal yang mengatakan: Kita ini dari keturunan Allah, dengan mengatakan hal ini Paulus bermaksud menjelaskan bahwa semua orang berasal dari Allah dalam arti bahwa mereka adalah mahluk ciptaan-Nya. Kemudian di ayat 29 Paulus menjelaskan bhwa karena kita adalah berasal dari keturunan Allah berarti kita diciptakan serupa dengan Allah. Benar bahwa Allah menciptkan manusia begitu mulia, tidak dapat dibandingkan dengan ciptaan lain. Paulus memberi pandngan yang demikian agar merek menyadari bahwa sang pencipta tidk boleh digantikan dengan ciptaan yang diciptakan sedemikian rupa; dengan patung-patung berhala yang terbut dri emas atau perk atau batu. Paulus memperkenalkan Allah, pemimpin langit dn bumi dan segal isinya (24-27), agar menegaskan bahwa Allah tidk boleh disamakan dengan patung-patung buatan tangan manusia. Lihat Mazmur 115:4-8; 135:15-18; Yesaya 40:18-20,25; 44:12-17; 46:5-7.
Kemudian ayat 30-31 Paulus mengatakan bahwa sekarang Allah memberitakan kepada manusia bahwa semua orang harus bertobat. Kata sekarang berarti pada keadaan sekarang. Hal itu menunjukkan suatu hal yang baru dimulai dimana sebelumnya masa itu tidak pernah ada. Allah memberitakan dimana-mana semua mereka harus bertobat dengan kasih krunia-Nya bukan dengan perintah hukum Taurat. Kemudian dikatakan bahwa Allah telah menetapkan suatu hari dimana Ia akan menghakimi dunia dan penghukum itu adalah Anak Allah yang telah mati dan bangkit itu (Yesus Kristus), Ia adalah manusia sejati yang telah bangkit dari antara orang mati. Jikalau Ia hanya manusia, Ia tidak dapat menjadi penghakim; akan tetapi Ia adalah Anak Allah yang membuktikan diri-Nya sebagai penghukum dengan kebangkitan-Nya.
Ayat 32-34 memberitahukan bagaimana tanggapan orang-orang Atena itu terhadap penjelasan paulus. Beberapa dari orang Atena itu menertawakan Paulus tetapi yang lain bersedia mendiskusikannya lebih lanjut. Dengan demikian berakhirlah pertemun itu dan Paulus pergi meninggalkan mereka. Dia tidak gagal secara mutlak, sebab beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya. Salah seorang diantara mereka adalh anggota Aeropagus itu sendiri. tetpi di Aten hanya sedikit orang yng mu percaya.
Kita msuk pada fasal 18:1 yng memberitahukan bahwa Paulus meninggalkan Atena pergi ke Korintus, dimana ia menantikan Silas dan Timotius dari Makedonia. Kota Korintus 50 mil jauhnya dari Atena. Kota itu di hncurkan oleh jenderal L. Mummius untuk membsmi gerakan anti Roma pada tahun 146 BC dan kehancuran itu dibiarkan berlangsung selama satu abad. Julius Caesar kemudian kembali membamgun kota itu pada tahun 46 BC. Kota Aten terkenal dengan patung-patung berhala sedangkan kota Korintus terkenal dengan kemerosotan moral. Nama Korintus berarti cabul sehingga lahirlah kata korintiajomi yang berarti percabulan. Pemberita Injil juga harus pergi ke kota yang telah membusuk untuk memberitakan Injil yang dapat menghambat pembusukan.
Ayat 2 memberithukan bahwa Paulus berjumpa dengan seorang Yahudi yang bernama Akwila dan istrinya Priskilia. Seorang penulis yang bernama Suetonius dalam buku Life of Claudius mengatakan bahwa orang-orang Yahudi berkali-kali terlibat dalam huru-hara ketika mendengr hasutan mengenai Krestus, sehingga Klaudius terpaksa mengusir mereka dari Roma pada tahun 49 M. jika berita ini benar itu berarti bahwa pemberitan Injil di bait Allah yang ada Roma banyak mengalami pertentangn sehingga Cludius mmerintahkan agar semua orang Yahudi meninggalkan kota itu. tidak jelas apakah Akwila dan Priskilia sudah menjadi orang percaya sebelum mereka meninggalkan Roma. Karena tidak pernah disebutkan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada mereka maka kemungkinan mereka sudah menjadi Kristen di Roma. Dua orang Yahudi ini tiba di Korintus dan membuka usaha disitu.
Ayat 3 memberitahukan bahwa keadaan Paulus dan Akwila dan Priskila memiliki pekerjaan yang sama; jadi Paulus begitu tiba di Korintus tidk serta merta hanya memberitakan Injil tetapi juga bekerj sebagai tukang kemah. Kemh itu dibutuhkan oleh wisatawan, gembala, pedagang dn lain-lain.
Ayat 4 memberikan informasi bahwa Paulus selalu memberitakan Injil di rumah ibadat setiap hari sabat untuk menyakinkan orang-orang Yahudi dan juga orang-orang Yunani. Kita tahu bahwa orang-orang Yahudi menerima PL dan senantiasa menunggu Mesias yang dijanjikan dalam kitab PL. jadi Paulus berusaha menykinkn orng-orang Yahudi bahwa Mesias yang sedang mereka nanti-nantikan itu adalah Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit dan telah naik ke sorga itu.
Ayat 5 ini memberikan analogi bgi kita bahwa sebelum datangnya Silas dan Timotius betapa hati Paulus ingin memeliki waktu untuk memberitakan Injil lebih banyak dn setelah mereka datang untuk membantunya maka ia dapat memberitakan Injil dengan sepenuhnya. Paulus memberi kesaksian kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesus adalah Mesias. Ada banyak janji tentang Mesias yang telh di nubuatkn dalam PL diantaranya ada beberapa kami tuliskan di bawah ini.
a. Keturunan perempuan (Kejadian 3:15)
b. Keturunan Abraham (Kejadian 15:5)
c. Keturunan suku Yehuda (Kejdian 40:8,9)
d. Lambang pelbagai macam peraturan dan upacara (Ibrani 9:9-14, 24-26)
e. Seorang nabi akan di bangkitkan sesudah Musa, sam seperti dia (Ulangan 18:15)
f. Keturunan Daud (2 Samuel 7:13-16)
g. Raja dan Imam (Mazmur 110:1-7)
h. Penghukum seluruh bangsa (Yesaya 11:1-5)
i. Anak seorang perempuan muda (Yesaya 7:14)
j. Yang diurapi-Nya (Mazmur 2:2)
k. Yang lahir di Betlehem (Mikha 5:2)
l. Yang akan dijual dengan tiga puluh keeping uang perak (Zakaria 11:12)
m. Yang akan di tikam (Zakaria 12:10)
n. Sumber yang terbuka (Zakaria 13:1)
o. Yang mentahirkn dan yang menyucikan (Maleaki 3:1-3)
p. Surya kebenaran (Maleaki 4:2)
q. Barang yang indah-indah kepunyaan segala bangsa (Hagai 2:8)

Apa yang telah kita lihat diatas sebenarnya masih belum sempurna. Tetapi ayat-ayat itu telah memberitahukan bahwa orang-orang Yahudi telah menerima dan barangkali sudh berulang-ulang membaca atau bahkan menghfalkan tentang janji kedatangan Mesias, namun mereka tidak mengenalnya. Paulus memberi kesaksian, kata memberi kesaksian dalam bahasa Yunani (διαμαρτυρομαι) adalah kata yang dipakai untuk menyaksikan kebenaran dalam pengadilan. Paulus menyaksikan bahwa Kristus itu adalah Yesus dengan keyakinan dan kuasa seperti seorang saksi di depan pengadilan. Orang-orang yang hadir dalam pengadilan wajib menerima kesaksian dari seorng saksi; demikian juga orang-orang hrus menerima kesaksian Paulus sebagai saksi di depan pengadilan di sorga.
Selanjutnya ayat 6 mengatakan bahwa banyak orang-orang yang memusuhi dan menghujt dia, oleh karena itu Paulus mengebaskan debu dri pakaiannya. Tindakan itu adalah merupakan kiasan yang berarti bahwa ia tidak bertanggung jawab. Ia telah melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberitakn Injil kepada orang Yahudi dengan sepenuhnya namun orang-orang Yahudi itu tidak menerima apa yang dia beritakan, sekarang ia memutuskan untuk memberitakan Injil kepada yang lain dan jika orang Yahudi tidak diselamatkan Paulus tidak bertnggung jawab lagi. Seharusnya tindakan seperti inilah yang harus dilakukan oleh pemberita Injil, seperti Paulus ketika meninggalkan tempat pelayananya, ia adalah orang yang telah menuntskan pelayananya, akan tetapi hamba Tuhan yang malas atau yang tidak mampu akan meninggalkan tempat pelayananya dengan bebn berat karena masih banyak tanggung jawab yang belum dilaksanakannya, hamba Tuhan yang berjiwa demikian, sangat menyedihkan.
Kemudian ayat 7 memberitahukan bahwa Paulus keluar dari bait Allah itu lalu datang kerumah seorang yang bernama Titius Yustus yang rumahnya berdampingan dengan bait Allah itu. hal ini memberitahukan bahwa meskipun Paulus ditinds oleh orng Yahudi tetapi ia tetap tinggal dekat dengan mereka, disamping rumah ibadat orng Yahudi; sebab walaupun mereka menindas tetapi hasilnya beberapa orang Yahudi menjadi percaya (8) dan masih ada harapan untuk memenangkan yang lain (9-10) di antara mereka Rasul bertindak sesuai dengan pimpinan Roh Kudus, Karen itu ia pernah melarikan diri ke tempat yang jauh (9:25) tetapi juga dapat tinggal dekat dengan penindasan. Nama Titius Yustus mungkin nama orang Roma. Paulus msih tetap akrab dengan Akwila tetapi ia meninggalkannya dan pindah ke rumah Yustus untuk tinggal. Ia bertindak demikian agar dapat bersekutu dengan orang-orang kafir sambil memberitakan Injil kepada mereka.
Ayat 8 menceritakan tentang Krispud kepala rumah ibadat dan seluruh keluargany yang menjadi percaya. Peristiwa ini tentu menjadi suatu berita yang sangat menggemparkn. Krispus tentu adalah orang yang mempunyai pengaruh besar terhadap orang Yahudi. Percaya kepada Tuhan berarti bahwa ia telah memiliki iman yang menyelamatkan. Banyak dari orang-orang Korintus yang mendengarkan pemberitaan Paulus menjadi percaya dan memberi diri di baptis. Sekali lagi ayat ini memberitahukan suatu kondisi sebelum seseorang di baptis, yaitu dia harus sudh diselamatkan lalu setelah itu diatas imanya dia di baptiskan.
Ayat 9 memberitahukan bahwa pada suatu malam Tuhan berkata kepada Paulus jangan takut, teruslah memberitakan Firman dan jangan diam. Kata jangan takut adalah kosa kata yang bukan berarti melarang untuk takut sesaat karena suatu kejadian yang terjadi, tetapi hidup terus menerus tanpa ketakutan. Teruslah memberitakan firman dan jangan diam, ini adalah dorongan kepada Paulus untuk tetap memberitakan Firman tak peduli orang lain mendengarknnya atau tidak.
Ayat 10-11 adalah sambungan dri apa yang Tuhan katakana dan respon Paulus atas perkataan Tuhan itu. Tuhan berkata bahwa “Aku” menyertai engkau. Ini adalah penegasn dari Tuhan bahwa Dialah yang menyertai Paulus. Penyertaan ini menjamin bahwa Paulus harus memberitakn Injil di Korintus dan akan ada buah dari misinya.
Ayat 12-13 menceritakan penentangan orang-orang Yahudi di Korintus kepada Paulus. Pada saat itu yang menjadi gubernur Akhaya adalah Galio, dia adalah kakak dari Seneca, ahli Filsafat Stoic. Menurut sejarah ia adalah orang lembut dan ramah. Di tembok kuil Delphi di Korintus terukir surat Kaisar Klaudius., nama Galio tercatat tig kali di dalamnya. Pada waktu itu gubernur Akhaya tidak berada dibawah parlemen tetapi dibwah pengawasan langsung dari kaisar. Pada saat itu orang-orang Yahudi bermksud menganyiaya Paulus melalui kekuasaan Galio, tetapi Galio yang baik hati menolak permintaan orang Yahudi ini; seperti demikinlh janji Tuhan (ay. 10) digenapi. Ada waktunya dimana Allah melindungi hamba-Nya secara ajaib tetapi seringkali Allah memberi perlindungan secara wajar saja. orang-orang Yahudi itu mengtakan bahwa Paulus mengajarkan tentng beribadah kepada Allah yang bertentangan dengan hukum Taurat, perkataan ini diungkapkan orang Yahudi karena kesalahfahaman. Paulus tidak mmberitakan agama untuk melanggar hukum Taurt. Ia mengajar mereka agar mereka beribadah kepada Allah dengan Injil yang merupakan kegenapan hukum Taurat.
Ayat 14-16, menjelaskan bahwa Galio memutuskan dengan adil bahwa ia hanya akan menangani perkara yang mencelakakan orang lain atau kelakuan yang jahat yang tidak benar. Pelanggaran berarti kelakuan yang mencelakakan orang lain, dan kejahatan berarti kelakuan yang jahat. Ia juga mengatakan bahwa sebagai hakim di pemerintahan ia tidak akan mempedulikan persilihan tentang perkataan atau nama hukum agama.
Tetapi kalau hal itu adalah perselisihan tentang perkataan atau nama atau hukum yang berlaku diantara kamu, maka hendaklah kamu sendiri yng mengurusnya. Secara singkat apa yang dikatakan oleh Galio ini adalah bahwa jika persoalan agama atau perbedaan ajaran yang diantara orang Yahudi itu bertentangan maka itu bukanlah urusanya (bukan urusn Galio). Perkataan itu sama dengan logos dan nama itu mengcu kepada nama Yesus dan hukum itu mengacu kepada hukum Taurat. Jdi untuk persoalan-persoalan seperti ini biasanya tidk ingin campur tangan atas hal-hal yang berhubungan dengan hukum Taurat karena hal itu berkaitan dengn agama.
Ayat 18 menjelaskan bhw setelah peritiwa itu (ay 17) Paulus masih tinggl beberapa hari lagi di Korintus, setelah itu baru dia minta diri kepada saudara-sudara disitu, dn berlayar ke Siria. Priskila dan Akwila menyertai dia, ini di dorong oleh kasih yang dari Kristus. Mereka bertiga sama-sama mengasihi Kristus oleh sebab itu hubungan mereka bertiga sngt akrab secra rohani. Paulus bernazar adalah lebih mungkin sebagai penyerahan kembali kepada pelayanan kasih karunia. Kota kengkra adalah kota pelabuhan yang terletak 9 mil jauhnya dari kota Korintus. Pelabuhan itu ramai karena perdagangan dengan Asia. Di Kengkrea inilah Paulus disebut mencukur rmbutnya.
Ayat 19 menceritakan bahwa setelh sampai di Efesus Paulus meninggalkan Priskila dn Akwila disitu. Paulus masuk kerumah ibadat dan berbicara dengan orng-orang Yahudi. Kota Efesus adalah kota yang paling penting di Asia kecil, dimana terdpat kuil Artemis. Setelah beberap waktu kemudian Paulus datang kembali ke kota itudn 3 thun lamanya ia tinggal dan memberitkan Injil (20:31). Sebelum pergi ia membirkn Friskila dn Akwila tetp tinggl di kota Efesus karena ia akan kembali.
Ayat 20-21 memberikan gmbaran bahwa kehdiran paulus di Efesus membawa berkt besar bagi orang-orang percaya disana, sehingga meminta Paulus untuk lebih lama lagi tinggal disana, tetapi ia tidak menurutinya. Dia berkata kepada mereka Aku akan kembli kepada kamu, jika Allah menghendakinya. Ia sellu ingin melakukan sesuatu hanya menurut kehendak Allah; itulh kehidupan orang percaya yng sejati.
Ayat 22-23 ini menjelaskan perjalanan Paulus, dia sampai di Kaisarea dan setelah naik ke darat dan memberi salam kepada jemaat artinya bahwa ia pergi ke jemaat di Yerusalem. Menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia adalah permulaan perjalanan misi pertama tertulis dalam fsal 13:4, dan keberangkatan yng kedua tertulis dlam fasal 15:36. dlm perjalanan yang ketiga, ia mengajar dan memimpin agar iman orang-orng percaya lebih teguh. Ia juga mengadakan pertemun-pertemuan untuk PI yang mendapt banyak jemaat baru (19:23-41, 21:27-36).





E. Misi ketiga Asia kecil dan Eropa (18:23 – 21:17)

Paulus kembali ke Asia untuk melakukan apa yang kita namakan perjalanan pemberitaan Injil yang ketiga, dengan melewati terlebih dahulu wilayah Frigia – Galatia. Yang telah ia kunjungi sebelumnya pada saat perjalanan pemberitaan Injil yang kedua (16:6).
Ayat 24, menceritakn bahwa seorng yang bernama Apolos dtang dari Aleksandria datang ke Efesus. Dia adalah seorang yang berilmu tinggi dalam hl kitab syci dn juga seorang yang pintar berkotbah. Selanjutnya ayat 25 menjelesakan lebih lnjut bahwa Apolos telah banyak belajar dan dia mengenal Yesus tetapi pengetahuan tentang Yesus belum cukup, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes, yang berarti bahwa ia mengetahui pekerjaan dan kesaksian Yohanes pembptis yang berhubungan dengan Yesus.
Ayat 26 memberithukn selanjutnya apa yang Apolos lakukan, dimana dia dengan berani rumah ibadat Yahudi di Efesus. Friskila dan Akwila mendengar berita itu, sehingga mereka membawanya kerumhnya dan keduanya mengajarnya lebih dalam tentang firman Tuhan. Disini kita melihat bagaimana kerendahan hati Apolos, dia seorang yang sudah mengjr rel diajar untuk mendapat kebenaran yang lebih dalam.
Ayat 27 setelah Apolos mengenal Yesus dengn baik (26) akhirnya dia dipakai Allah untuk melayani di Akhaya. Selanjutnya di ayat 28 dikatakan bahwa dia adalah orang yang kokoh dan bersemangat untuk membantah orang-orang yahudi dimuka umum dan membuktikan dari kitab suci bahwa Yesus adalah Mesias.
Kemudian fasal 19:1 ini menceritakan tentang Paulus di Efesus, disana ia menjumpai beberapa orang murid yang memiliki sedikit pengetahuan tentang Yesus seprti yng dimiliki Apolos. Selanjutnya di ayat 2 Paulus bertanya tentang apakah mereka sudah menerima Roh Kudus atau belum. Pertaanyaan ini sebenarnya diajukan oleh Paulus karena dia ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan murid-murid atau orang percaya itu kepada Yesus. Pertayaan Paulus itu secara lengkapnya adalah: sudahkah kamu menerima Roh Kudus ketika (pada saat) kamu percaya ? jawabanya adalah bahwa mereka belum pernah mendengar tentang adanya Roh Kudus, sebenarnya arti kata ini adalah bahwa mereka belum tahu tentang karunia-karunia Roh Kudus (χαρισματα) yang diberikan secara khusus bagi orang-orang percaya pada masa PB. Calvin berkata: mereka tidak mungkin tidak tahu tentang Roh Kudus karena mereka adalah orang-orang Yahudi. Di gereja sering dijumpai orang-orang yang percaya yang belum memiliki pemahaman yang sempurna seperti mereka ini; oleh karena itu hamba Tuhan harus memperhatikan jemaatnya agar dapat mengajar mereka yang masih memiliki pemahaman yang dangkal tentang kebenaran. Paulus bertanya kepada orang-orang di Efesus ini dengan maksud hendak mengajar mereka.
Pada ayat 3-4 ini Paulus mengajar mereka yang masih memiliki pemahaman yang dangkal tentang kebenaran dengan cara Tanya jawab. Paulus menanyakan baptisan agr dapat memimpin mereka sampai kepada baptisan Roh Kudus. Jawaban mereka adalah bahwa merek telah menerima baptisan Yohanes Pembaptis, karena itu Paulus menjelaskan bahwa Yohanes Pembaptis telah menyaksikan tentang Yesus agar mereka dipimpin kepada Yesus. Perkataan Yohanes pembaptis yang menyaksikan tentang Yesus, yang paling penting disini adalah “Yaitu Dia yang datang kemudian daripadaku” (Yohanes 1:27), “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia,” “Ia inilah Anak Allah,” dan “Dialah itu yang membaptis dengan Roh Kudus” (Yohanes 1:29-34). Paulus menjelaskan ini agar mereka percaya kepada Yesus Kristus dengan sungguh-sungguh.
Ayat 5 membuktikan bahwa murid-murid adalah orang-orang yang memiliki kerendahan hati. Sama seperti Apolos mereka adalah murid-murid yang rendah hati dan penurut. Pembaptisn dilakukan dalam nama Yesus, ini membedakannya dengan baptisan Yohanes.setelah merek di baptiskan maka pada ayat 6-7 dijelaskan bahwa tatkala Paulus menumpangkan tangannya pada mereka maka turunlah Roh Kudus keatas mereka. Tentang penumpangn tangan jangan salah dimengerti, jangan sampai kita berpikir bahwa penumpangan tangan akan memberi suatu karunia atau suatu kuasa dapat keluar dari tangan yang memberi penumpangan tersebut. Penumpangan tangan manusia tidaklah memberi karunia rohani, hanya Tuhanlah yang dapat memberi karunia rohani. Dalam ayat ini juga dikatakan bahwa “Mereka berkata-kata dalam bahasa lidah dan bernubuat,” orang-orang percaya dapat berbahasa lidah (yang datang dari Roh Kudus) pada waktu pentakosta di Yerusalem (2:4), kemudian di Kaisarea (10:45-46), dan sekarang di Efesus. Bernubuat artinya memberitahu sebelumnya suatu hal yang akan terjadi, tetapi juga berarti bahwa mengerti Firman Tuhan secara benar dan mengajar jemaat sehingga membangun gerejan-Nya (Kisah Para Rasul 11:28; 21:9-11; 1 Korintus 14:3).
Ayat 8-9 memberitahukan bahwa selama tiga bulan Paulus di Efesus dia selalu mengunjungi rumah ibadat dan disitu dia mengajar dengan berani. Dalam pemberitaanya ia berusaha menyakinkan banyak orang tentang kerajaan Allah yang mengacu kepada kedatangan Kristus yang kedua kali kelak. Injil memberitahukan bahwa berkat-berkat kerajaan Allah telah sampai sebelumnya kepada umat manusia yaitu di dalam diri Yesus Kristus sang Mesias. Pemberitaan tentang kerajaan Allah itu sangat penting bagi orang Yahudi, karena menurut mereka Mesias datang untuk memerintah sebagai Raja. Sebagian besar orang Yahudi di Efesus menerima apa yang diberitakan oleh Paulus itu: hanya ada beberapa orang yang tegar hatinya yang tidak mau percaya. Sekalipun demikian, sekelompok kecil orang ini memiliki pengaruh besar terhadap orang banyak itu, sehingga Paulus meninggalkan rumah ibadat yang membawa murid-muridnya ke sebuah ruang kuliah milik seorang yang bernama Tiranus. Ada tulisan yang mengatakan bahwa Paulus mengajar dari jam 11.00 pagi hingga jam 16.00 sore ketika arus perdagangan biasanya agak terhenti. Paulus membuat tenda dan menjualnya pada pagi hari dan memberitakan Injil pada siang hari. Kata jalan Tuhan adalah istilah yang umum bagi kekristenan pada waktu itu.
Ayat 10-12 memberitahukan bahwa selama dua tahun Paulus mengajar secara rutin di ruang kuliah Tiranus sehingga membuahkan hasil, dia juga dipakai Tuhan untuk mengadakan mukjizat. Secara lengkap di bawah ini ada dua hal yang perlu kita lihat mengenai tentang hasil pelayanan Paulus di Efesus:

a. Semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan. Hati manusia yang sangat keras dileburkan dan manusia menjadi percaya kepada Injil dan mengikuti-Nya, ini adalah mukjizat diantara mukjizat. Penyakit jasmani dapat disembuhkan oleh dokter medis tetapi jiwa dan roh yang mati (Efesus 2:1) hanya dapat dihidupkan oleh Allah. Paulus memberitakan Injil dengan gigih sampai semua penduduk Asia mendengar; hal inipun adalah mukjizat dan begitu banyak hati yang terbuka untuk mentaati Firman Tuhan; juga merupakan suatu mukjizat.
b. Menyembuhkan penyakit-penyakit dan mengusir roh-roh jahat. Bukan sapu tangan Paulus yang berkuasa, hal itu tidak mungkin. Allah juga berkehendak dengan cara seperti ini untuk meninggikan kuasa rohani Paulus sehingga menolong agar penyakit-penyakit di sembuhkan. Allah hendak meninggikan Paulus sedemikian agar Injil dapat diberitakan dengan gigih melaluinya.

Ayat 13 Lukas penulis Kisah Para Rasul ini menuliskan suatu peristiwa yang agak aneh tetapi kejadian itu memperlihatkan keefektifitasan pelayanan Paulus di Efesus, dimana dikatakan sampai-sampai beberapa tukang jampi Yahudi yang berjalan keliling menyebut nama Tuhan Yesus sebagai bagian dari mantera mereka untuk menyembuhkan penyakit dan mengusir roh-roh jahat. Menurut sejarahnya memang pada masa itu di Efesus nama seseorang atau dewa tertentu dianggap memiliki kuasa khusus yang dapat mengendalikan orang yang bersangkutan jika nama itu digunakan secara benar. Jadi kemungkinan ketika tukang-tukang jampi melihat Paulus mengadakan mukjizat dalam nama Yesus maka para tukang jampi Yahudi itu berusaha memakai nama Yesus di dalam menjalankan profesi mereka.
Ayat 14-16 memberitahukan tentang tujuh anak kepala rumah ibadat Yahudi di Efesus yang bernama Skewa mempraktekkan apa yang juga telah dilakukan oleh tukang-tukang jampi itu, dimana mereka mencoba mengusir roh jahat dengan memakai perkataan: “Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Imam kepala yang dimaksud dalam ayat ini seharusnya diterjemahkan sebagai Imam besar, ia adalah kepala imam dari semua yang tinggal di Efesus. Apa yang dilakukan oleh tujuh anak Skewa ini justru mempermalukan diri mereka sendiri. melalui orang yang di rasuk itu, roh jahat berbicara: Yesus aku kenal ini tidak berarti bahwa roh jahat itu mengasihi atau percaya kepada Yesus. Roh jahat selalu bertentangan dengan Tuhan Yesus. Roh jahat atau iblis mengenal atau mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah (Marus 1:24), tetapi Yesus tidak mungkin memakai roh-roh jahat ini sebagai saksi-Nya (Markus 1:25). Sekalipun mereka tahu tentang Yesus, tetapi jikalau mereka mengatakan sesuatu tentang Dia, kita perlu menyelidikinya sebab perkataan mereka keluar karena mereka kadangkala lebih mengenal keadaan rohani daripada manusia di dunia ini. Roh jahat itupun berkata Paulus ku ketahui, tetapi kamu siapakah kamu, perkataan roh jahat ini sangat mengancam orang-orang yang tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus. Selanjutnya dalam ayat ini juga dikatakan bahwa anak-anak Skewa itu digagahi, akhirnya mereka lari dengan telanjang, hal ini terjadi bagi mereka karena mereka ingin mencoba memakai kuasa nama Yesus padahal mereka sendiri bukan orang percaya.
Ayat 17 memberitahukan bahwa berita tentang peristiwa diatas tersebar kepada seluruh penduduk Efesus baik orang Yahudi maupun Yunani, sehingga nama Tuhan semakin masyur. Selanjutnya di ayat 18-19 memberitahukan bahwa nasib yang dialami tujuh anak Skewa tersebut membuat banyak tukang-tukang jampi yang lain bertobat. Datang dan mengaku di muka umum, itu berarti bahwa mereka telah meninggalkan praktek sihir mereka sebab waktu itu orang mempercayai bahwa rahasia-rahasia sihir akan hilang ketika diakui dihadapn umum. Para tukang-tukang jampi lainya menyerahkan kitab-kitab mereka yang berisi mantera-mantera untuk dibakar di hadapan umum. Sejumlah naskah semacam itu telah ditemukan. Nilai kitab-kitab itu ditaksir lima puluh ribu uang perak sekarang kira-kira 8500 dolar Amerika. Mereka membakar kitab-kitanya sekalipun itu sangat mahal dan menyangkut mata pencaharian, tetapi mereka melakukan hal itu karena mereka mengetahui bahwa jikalau buku-buku itu tidak di bakar habis, mungkin akan mengakibatkan orang lain akan kembali berbuat dosa.
Ayat 20 memberitahukan bahwa Karena pertobatan tukang-tukang jampi itu maka makin tersiarlah Firman Tuhan dan kuasa Firman itupun semakin terlihat.
Ayat 21 memberitahukan tentang keinginan hati Paulus untuk pergi ke Yerusalem melalui Makedonia dan Akhaya. Paulus juga mengatakan bahwa setelah dari Yerusalem ia juga ingin berkunjung ke Roma. Hal ini membuktikan bahwa Paulus adalah pelayan Tuhan yang sangat gigih dalam melayani, dia tidak mengenal lelah untuk melayani Tuhan.
Ayat 22 memberikan informasi, dimana sebelum Paulus memulai rencananya untuk pergi ke Yerusalem melalui Makedonia dan Akhaya ia terlebih dahulu mengirim utusannya (pembantunya) untuk mendahului dia. Apa yang dilakukan Paulus ini bukan hanya mempersiapkan kedatangannya, sebab dia tidak perlu disambut dengan meriah oleh jemaat-jemaat yang didirikannya di Makedonia. Tetapi tujuan Paulus mengirim Timotius dan Aratus adalah agar mereka berdua dapat meneguhkan jemaat itu, hal ini sama seperti tujuan Paulus mengirim Titus ke jemaat Korintus (2Kor 8:23), Efaproditus ke jemaat Filipi (Filipi 2:25), Markus ke jemaat Kolose (Kolose 4:10) dan Timotius ke Jemaat Tesalonika (1 Tesalonika 3:2)
Ayat 23-41 berbicara masalah huru-hara yang dipelopori oleh Demetrius seorang pembuat patung dewi Artemis. Dewi Artemis adalah dianggap orang-orang Efesus sebagai anak perempuan dewa Zeus dan patungnya adalah turun dari langit, sebutan lain baginya adalah dewi bulan yang memberi kehidupan kepada alam semesta. Patung Artemis memiliki banyak payudara. Di dalam ayat yang cukup panjang ini kita akan melihat bagaimana watak para perusuh itu:

1. Demetrius seorang tukang kuil-kuilan dewi Artemis, takut mengalami kegagalan bisnis bersama teman-teman sekerjanya, juga takut jikalau kebesaran Dewi Artemis jatuh, karena itu ia membuat kekacauan ini (23-28).
2. Paulus bermaksud masuk ke gedung kesenian agar ikut serta merasakan penderitaan Gayus dan Aristarkhus, tetapi orang-orang percaya yang lain mencegahnya (29-31). Dalam hal ini Paulus tetap ingin menjaga ikatan persahabatan dengan setia bersama teman sekerja di dalam peperangan Injil.
3. Rakyat ikut serta terpancing untuk ikut merusuh secara membabi buta (28, 32, 34)
4. Pegawai (Panitera) pemerintahan Romawi memberi bujukan bahwa Paulus dan orang-orang percaya menghargai agama mereka (35-36) sambil menjalankan hukumnya menurut kepatuhan hukum Romawi (37-41).

Setelah reda keributan yang terjadi di Efesus itu maka pada fasal 20:1-2 dijelaskan bahwa keinginan hati Paulus untuk mengunjungi Yerusalem melalui Makedonia dan Akhya menjadi kenyataan. Dalam ayat ini disebut bahwa Paulus minta diri (berpamitan kepada Jemaat Efesus) hal ini memberitahukan bahwa Paulus tidak pergi begitu saja, tetapi dia juga mengucapkan kata-kata perpisahan. Thayer mengatakan bahwa setiap perpisahan pada waktu itu biasanya mereka saling merangkul dan saling menguatkan iman. Setelah itu Paulus menjelajah menuju Makedonia. Dia singgah di Yunani.
Ayat 3 memberitahukan bahwa Paulus tinggal selama tiga bulan di tanah Yunani dan ia ingin ke Siria namun akhirnya di pergi ke Makedonia, karena di Yunani orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Daerah Yunani yang dimaksud kemungkinan besar adalah kota Korintus (Akhaya) dan surat Roma kemungkinan besar ditulis disini yang isinya memberitahukan keinginannya pergi ke Roma setelah dari Yerusalem (Roma 15:22-29). Sesudah itu ia bermksud berlayar ke Siria (Antiokia) tetapi karena rancangan orang Yahudi yang ingin membunuhnya, maka ia mengubah rencana perjalanannya, sehingga ia melewati Makedonia.
Dalam ayat 4 di sebutkan ada 7 orang yang menyertai Paulus berangkat dari Korintus (Tanah Yunani). Jika kita melihat Roma 15:25-27; 2Korintus 8; 9) maka tujuan dari ke tujuh orang tersebut diatas adalah sebagai orang yang membawa persembahan dari jemaat-jemaat non Yahudi ke Yerusalem.
Dalam ayat 5 memberitahukan bahwa ketujuh orang itu berangkat lebih dahulu ke Troas. Kita tidak tahu mengapa tujuh orang itu berangkat lebih dahulu ke Troas. Menurut sebuah teori orang-orang Yahudi yang tersebar di manapun harus selalu mengikuti perayaan hari-hari raya, meskipun sedang berada dalam perjalanan; karena itu Paulus juga bermaksud menyusul mereka ke Troas sesudah mengikuti perayaan hari raya (roti tidak beragi).
Ayat 6 kata kami dalam ayat ini menunjukkan bahwa Lukas, penulis kitab ini bergabung lagi dengan tim misi Paulus. Di fasal 16:11, 12 dikatakan bahwa Lukas bersama dengan Paulus dari Troas ke Samotrake selanjutnya ke Neapolis dan kemudian ke Filipi. Setelah itu kita melihat penjelasan selanjutnya tentang perjalanan Paulus dari Filipi pada fasal 16:40, disana dikatakan bahwa kedua rasul itu berangkat (Paulus dan Silas). Jadi Lukas tidak ikut bersama Paulus dalam perjalanannya keluar dari Filipi. Maka kemungkinan besar dia tetap ada disana karena tempat itu adalah kampung halamannya. Tetapi dalam fasal 20:6 ini disebutkan bahwa Lukas kembali mengikuti Paulus dalam misi penginjilannya.
Ayat 7 memberitahukan tentang apa yang Paulus lakukan di Troas pada hari pertama minggu setelah mereka tiba disana. Paulus memimpin perjamuan Tuhan, dia juga berkotbah dengan cukup panjang karena disebut sampai tengah malam. Berkotbah dan melakukan perjamuan Tuhan yang ada dalam ayat ini adalah merupakan petunjuk pertama yang jelas tentang kebiasaan orang Kristen untuk menghormati hari minggu sebagai hari ibadat. Tetapi orang-orang Kristen pertama, sebagai orang Yahudi mungkin tetap beribadat pada hari Sabat dan juga pada hari pertama dalam sebuah minggu.
Ayat 8-9 menjelaskan bahwa kebaktian dan perjamuan Tuhan tersebut dilakukan di ruang atas atau tingkat tiga, disana Paulus berkotbah sampai tengah malam. Sebelumnya lampu sudah disediakan cukup banyak supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diiginkan. Tetapi Eutikhus jatuh dari lantai tiga tersebut, karena dia sudah tertidur dan ketika ia diangkat dia sudah mati.
Selanjutnya ayat 10 menceritakan bahwa Paulus turun untuk melihat Euthikus dan dia mendekapnya. Tindakan ini dia lakukan adalah karena kasihnya kepada anak muda itu. kemudian ayat 11-12 menceritakan bahwa setelah itu Paulus naik kembali ke ruang atas dan mengadakan perjamuan; habis makan masih lama lagi ia berbicara sampai fajar menyingsing. Ketika ia berangkat mereka (jemaat itu) mengantarkan Euthikus kerumahnya dalam keadaan hidup. Itu berarti bahwa mukjizat telah terjadi disaat Paulus mendoakan dan mendekapnya.
Ayat 13-17 menjelaskan keberangkatan Paulus. Paulus memilih jalan darat sampai ke Asos. Sementara Lukas dan teman-temanya naik kapal mengelilingi sebuah tanjung menuju ke Asos. Di Asos Rasul Paulus naik kapal dan berlayar bersama rombongan itu ke Metilene, kota utama dari pulau Lesbos. Dari Metilene mereka melanjutkan pelayaran mereka diantara daratan utama dengan pulau-pulau Khios dan Samos sampai tiba di Miletus. Karena Paulus ingin tiba di Yerusalem pada hari raya pentakosta, dia naik kapal dari Troas yang berhenti di Miletus tetapi tidak pergi ke Efesus. Namun karena kapal yang dinaikinya berlabuh di Miletus untuk beberapa hari, ada waktu untuk mengirimkan utusan ke Efesus dan meminta para pemimpin gereja di tempat itu datang ke Miletus untuk sebuah kunjungan singkat kepadanya.
Ayat 18-35 adalah merupakan khotbah yang disampaikan Paulus kepada para penatua jemaat dari Efesus. Kotbah ini sangat penting karena mencerminkn kesederhanaan gereja mula-mula. Lukas menyebut pra pemimpin dari gereja di Efesus itu penatua atau presbyter (ay 17), sedangkan Paulus menyebut mereka penilik (ay 28). Istilah ini dalam bahasa aslinya adalah episcopoi yang kemudian diterjemahkan dengan “penilik jemaat” (Filipi 1:1; 1Tim3:1,2; Titus 1:7). Penatua mempunyi latar belakang Yahudi, sedangkan penilik berlatar belakang Yunani. Jelas bahwa kedua istilah itu mengacu kepada jabatan yang sama. Paulus merangkum pelayanan di Efesus dengan mengatakan bahwa dia telah memberikan kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah (ay. 24), memberitakan kerajaan Allah (ay 25), yaitu dua ungkapan yang artinya sama dan dapat dipertukartempatkan. Di dalam bagian ini kerajaan Allah mengacu pada keselamatan, yaitu tentang rangkuman dari seluruh pemberitaan Paulus di Efesus mengenai berkat-berkat penebusan didalam Kristus yang dapat dinikmati saat ini.
Paulus pergi ke Yerusalem karena dorongan ilahi (sebagai tawanan Roh) dan bukan hanya menunjuk pada dorongan hati Paulus. Roh Kudus telah menunjukkan kepada Paulus bahwa tawanan dan penyiksaan sedang menantinya. Kemudian di ayat 28 Paulus menegaskan suatu tugas kepada para penilik jemaat itu supaya mereka menggembalakan jemaat Allah yang sangat berharga itu. dimana jemaat itu sangat berharga karena jemaat itu ditebus oleh darah Kristus Yesus.
Kemudian dalam ayat 29 dan 30 Paulus menubuatkan bahwa kesulitan akan menimpa gereja di Efesus dari dua sisi: serigala-serigala yang ganas akan masuk ke dalam jemaat dari luar, dan guru-guru palsu akan muncul dari antara mereka sendiri untuk membuat para murid meninggalkan kepercayaan mereka. Bertumbuhnya ajaran sesat di Efesus digambarkan di dalam 1Timotius 1:3-7. di ayat 33-35 Paulus mengingatkan orang-orang Efesus bahwa kebiasaanya membuat tenda bukan hanya menyokong hidupnya sendiri tetapi juga untuk menyokong kehidupan orng-orang yang bersama dengannya. Tujuan utama dari kebiasaan memberi di dalam gereja mula-mula adalah untuk membantu saudara seiman yang kekurangan dan bukan untuk mendukung pemberitaan Injil seperti sekarang ini.
Ayat 36-38 menunjukkan bahwa sebelum Paulus berpisah dari para penilik jemaat itu, mereka berlutut dan berdoa bersama-sama. Mereka sangat berdukacita mengingat bahwa mereka mengetahui bahwa Paulus akan mengalami kesulitan besar dan bahkan mungkin kematian sedang menanti Paulus.

Fasal 21:1,2 Paulus dan rekan-rekanya melanjutkan pelayarn diantara daratan utama dengan berbagai pulau. Kos dan Rodos. Dua pulau dimana mereka berlabuh untuk bermalam. Rodos juga merupakan nama sebuah kota yang terletak di pulau dengan nama yang sama. Di Patara, sebuah kota di daratan utama, mereka menemukan sebuah kapal yang dapat mengantarkan mereka langsung ke Fenesia, meninggalkan pulau Siprus. Tampaknya berbagai kondisi memungkinkan mereka berlayar dengan lancar, sebab sesudah naik kapal, Paulus tampaknya tidak tergesa-gesa lagi untuk mencapi Yerusalem.
Ayat 3-6 menjelaskan bahwa ketika mereka berlabuh di Tirus, Paulus dapat beristirahat sejenak, sebab kapal yang mereka tumpangi itu memerlukan waktu tujuh hari untuk bongkar muatan. Beberapa murid berada di Fenesia karena penganyiayaan yang terjadi sesudah kematian Stefanus (11:19), dan Paulus sekarang mengunjungi murid-murid tersebut. Didalam gereja ini terdapat beberapa orang nabi yang melalui bisikan Roh mengungkpkan bahwa Paulus akan menghadapi bahaya yang besar di Yerusalem. Karena itu murid-murid berusaha mencegah kepergiannya kesana. Sekalipun demikian, ketika Paulus tetap bersikeras untuk berangkat, seluruh jemaat ikut mengantarkan dia ke kapal, dan sesudah memanjatkan doa bersama di tepi pantai, sang penginjil dan rekan-rekannya berlayar kembali. Setelah di ayat 7 dikatakan bahwa mereka berlayar melanjutkan perjalanan menuju Ptolemais, sebuah kota pelabuhan di ujung selatan Fenesia, dimana Paulus melungkan satu hari bersama-sama dengan orang-orang percaya yang ada di sana. Selanjutnya ayat 8 menceritakan bahwa keesokan harinya mereka tiba di Kaisarea, rasul Paulus bertamu ke rumah Filipus, yang sudah terkenal sebagai seorang penginjil. Filipus yang termasuk salah seorang di antara tujuh diaken yng dipilih untuk mengawasi pelayanan kepada para janda di gereja mula-mula (6:3), ia telah memberitakan Injil di samaria (8:5), kepada sida-sida dari Etiopia (8:40). Terakhir diketahui bahwa ia berada di Kaisarea (8:40) dan rupanya telah menetap di kota itu. dia diberi nama Filipus pemberita Injil untuk membedakan dirinya dengan Filipus sang rasul. Ayat 9 memberitahukan bahwa Filipus memiliki empat anak dara yang mempunyai karunia bernubuat.
Ayat 10 dan 11 memberitahukan bahwa Paulus tidak tergesa-gesa lagi untuk mencapai Yerusalem. Agabus seorang nabi dari Yerusalem (11:27,28), yang mengikuti teladan para nabi PL, secara simbolik memperagakan nasib Paulus yang dilihat olehnya yang akan dialami oleh Rasul Paulus di Yerusalem dan dinubuatkan bahwa sang Rasul akan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain. Pada ayat 12 dan 13 kembali orang-orang percaya berusaha mencegah Paulus agar tidak pergi ke Yerusalem. Paulus menjawab bahwa ia rela mati bagi Kristus.
Ayat 14 menunjukkan bahwa sahabat-sahabat Paulus kemudian menyerah kepada kehendak Allah. Tidak ada alasan untuk beranggapan bahwa Paulus pergi ke Yerusalem bertentangan dengan kehendak Allah. Kita harus memahami berbagai pemberitaan nubuat bukan sebagai larangan dari Roh Kudus tetapi sebagai pemberitahuan sebelumnya tentang apa yang harus terjadi. Sebagai akibat dari nubuat-nubuat semacam ini, teman-teman Paulus berusaha mencegah Paulus untuk mengambil resiko; tetapi sang Rasul tetap bersikukuh di dalam melaksanakan perjalanannya dan memenuhi kehendak Allah sekalipun menghadapi bahaya.
Ayat 15 menceritakan bahwa setelah beberapa hari mereka di situ (Kaisarea) baru mereka melanjutkan perjalanan ke Yerusalem, mereka juga diantar oleh beberapa orang percaya yang dari Kaisarea, mereka membawa Paulus dan rombongan itu kerumah Manason yang kemungkinan besar diantara perbatasan Kaisarean dan Yerusalem. Selanjutnya ayat 17 mengatakan bahwa setelah Paulus tiba dan rombonganya di Yerusalem, jemaat Yerusalem menyambut mereka dengan sukacita.

V. Perluasan Gereja ke Roma (21:18-28:31)

Lukas telah mengisahkan perluasan gereja dari Yerusalem hingga Yudea dan Samaria sampai berdirinya sebuah gereja orang bukan Yahudi yang semi mandiri di Antiokia. Dari Antiokia Injil oleh Paulus disebarkan oleh tiga buah perjalanan pemberitaan Injil ke seluruh Asia dan Eropa. Pemberitaan Injil di wilayah yang lain psti jug dilaksanakan oleh para rasul yng lain. Sebagai contoh kita tidak tahu apa-apa tentang pemberitaan Injil di Mesir, dengan pusatnya yang besar yaitu Aleksndria. Lukas hanya tertarik untuk menelusuri garis-garis utama dari penyebaran yang ia anggap penting – yaitu ke Roma. Sekarang dia hanya tinggal mengisahkan misi Paulus yang membawa Injil ke Roma.
Jelas Lukas tidak mempunyai maksud untuk menceritakan awal pemberitaan Injil di Roma atau awal pendirian gereja disana, sebab dia menceritakan bagaimana saudara-saudara seiman disana menyambut Paulus ketika sang Rasul tiba di kota itu (28:15). Kita mengetahui bahwa Paulus telah menulis sebuah surat kepada jemaat di Roma (Rom 1:7), tetapi Lukas tidak menulis bagaimana Injil tiba di kerajaan tersebut.
Karena Lukas tidak bermaksud melukiskan awal penginjilan di Roma, mungkin Lukas bermaksud untuk menunjukkan bahwa sekalipun Paulus pertama-tama memberitakan tentang kerajaan Allah kepada orang Yahudi, dia berbalik memberitakannya kepada orang-orang bukan Yahudi ketika orang Yahudi menolak pemberitaannya (28:24-31). Perluasan gereja secara geografis bukan merupakan perhatian utama Lukas; yang lebih diutamakannya ialah gerakan sejarah penebusan dari orang Yahudi ke orang bukan Yahudi. Sesuai dengan maksud ini, Lukas memakai cukup banyak tempat untuk menceritakan kisah kunjungan Paulus yang terakhir ke Yerusalem, bukan Karena kunjungan itu penting, tetapi karena kunjungan itu menunjukkan penolakan terakhir terhadap Injil oleh Yerusalem.


A. Injil di tolak oleh orang-orang Yerusalem (21:18-26:32)

Ayat 18 dan 19 menjelaskan bahwa setelah Paulus dan rombonganya disambut baik oleh jemaat di Yerusalem, maka keesokan harinya mereka menjumpai Yakobus dan semua penatua yang sudah berkumpul disitu. Rupanya di Yerusalem pada waktu itu tidak ada rasul. Paulus disambut hangat oleh para pemimpin gereja di sana. Paulus menceritakan hasil pelayanannya kepada mereka. Dimana banyak orang menjadi percaya tanpa harus mentaati hukum Yahudi. Para pemimpin gereja di Yerusalem sangat menyetujui prosedur itu.
Ayat 20-21 memberitahukan bahwa sekalipun para pemimpin gereja di Yerusalem senang dengan berita yang disampaikan oleh rasul Paulus, mereka juga menyampaikan peringatan kepadannya. Mereka mengatakan bahwa ada ribuan orang percaya Yahudi yang sebagai orang Kristen tetapi tetap rajin memelihara hukum Taurat, dan bahwa mereka itu telah mendengar mengenai Paulus yang bukan hanya memberitakan kasih karunia kepada orang Yahudi dengan sama sekali terlepas dari hukum Taurat, tetapi juga mengajarkan kepada orang Yahudi di perantauan untuk melepaskan hukum Musa dan supaya mereka jangan menyunatkan anak-anak mereka serta tidak usah menjalankan adat-istiadat Perjanjian Lama lainya. Ini berarti bahwa Paulus mengajak orang-orang Yahudi untuk meninggalkan Yudaisme dan tidak menjadi orang Yahudi lagi.
Ayat 22-24 memperlihatkan kepada kita bahwa Yakobus dan para penatua gereja di Yerusalem menyadari bahwa laporan ini tidak benar dan bahwa Paulus tetap mengijinkan orang-orang percaya Yahudi untuk tetap mentaati hukum Taurat. Namun mereka merasa bahwa sesuatu harus dilakukan untuk memperlihatkan kepada orang-orang Kristen Yahudi bahwa laporan tersebut tidak benar. Mereka mengusulkan agar Paulus menunjukkan ketaatannya kepada Taurat untuk membuktikan bahwa dia tidak menganjurkan orang-orang Kristen Yahudi untuk meninggalkan tradisi mereka. Ketika itu terdapat empat orang Yahudi yang bernazar. Nazar itu biasanya berlaku selama tiga puluh hari, tetapi mereka telah menajiskan diri sehingga menurut peraturan agama mereka tidak tahir selama tujuh hari ( ayat 27). Pada akhir periode ini, mereka akan mencukur rambut dan mempersembahkan beberapa kurban pentahiran kepada Allah. Para penatua mengusulkan agar Paulus bergabung dengan empat orang ini dan melaksanakan adat Yahudi dengan membayar biaya untuk persembahan kurban. Tindakan tersebut akan membuktikan kepada jemaat Yahudi bahwa Paulus sendiri menerima adat-istiadat Yahudi.
Selanjutnya ayat 25 berbicara, dimana Yakobus memastikan kepada Paulus bahwa usul ini bukan merupakan perubahan dari keputusan yang telah ditetapkan dalam sidang di Yerusalem bahwa orang-orang bukan Yahudi bebas dari hukum Taurat, tetapi hanya harus menjauhkan diri dari hal-hal tertentu yang dapat menjadi batu sandungan bagi orang-orang Kristen Yahudi.
Ayat 26 menjelaskan bahwa Paulus menerima nasihat para penatua tersebut dan selama beberapa hari (kata kerjanya dalam bentuk waktu imperfect) pergi kedalam Bait Allah bersama dengan empat orang Yahudi itu untuk mempersembahkan kurban pentahiran.
Tidak ada perbedaan yang mendasar di dalam kesediaan Paulus selalu orang Yahudi untuk tetap taat kepada Hukum Taurat dengan sikapnya yang tegas bahwa orang percaya yang bukan Yahudi tidak perlu tunduk kepada hukum Taurat, sebab mereka tunduk dibawah kasih karunia. Selaku ciptaan baru di dalam Kristus, bagi Paulus disunat atau tidak disunat bukan sesuatu hal yang menentukan (Galatia 6:15). Bagi penginjil ini kebiasaan religius semacam itu bukan merupakan sesuatu yang penting, sebab dunia telah disalibkan bagi dirinya dan dirinya telah disalibkan bagi dunia (Galatia 6:14). Dia sendiri mengatakan bahwa jika seseorang bertobat selaku orang Yahudi, hendaknya ia tetap Yahudi (1Korintus 7:18), sebab penyunatan itu sendiri tidak mempunyai arti apa-apa. Orang Kristen Yahudi boleh saja terus menaati hukum Taurat selaku orang Yahudi, bukan selaku orang Kristen. Akan tetapi apabila kemudian hukum Taurat dipaksakan kepada orang Kristen bukan Yahudi sebagai dasar keselamatan, Paulus berkeberatan dan bersikukuh dengan pendirianya tentang kebebasan mutlak dari hukum Taurat. Tidak diragukan lagi seandainya orang percaya Yahudi ingin menghentikan ketaatan mereka kepada Hukum Taurat, Paulus tidak akan keberatan. Pendirian Paulus yang membiarkan kebijaksanaan menentukan prinsip pada bidang-bidang tertentu merupakan masalah yang begitu sulit sehingga banyak orang yang belum memahaminya menuduh Paulus sebagai orang yang tidak konsisten.
Ayat 27-29 memberikan gambaran bahwa tampaknya tindakan Paulus itu memuaskan hati orang-orang Yahudi, tetapi memunculkan permusuhan dari sekelompok orang Yahudi…dari Asia yang tidak percaya yang datang ke Yerusalem untuk ikut merayakan hari Pentakosta. Orang-orang ini sudah mengenal Paulus di Asia, dan mereka telah melihat Paulus di Yerusalem bersama dengan Trofimus, yaitu seorang bukan Yahudi dari Efesus yang telah bertobat. Kini mereka melihat sang Rasul ada di pelataran untuk orang-orang Israel dimana orang bukan Yahudi tidak boleh masuk, sehingga mereka berkesimpulan bahwa Paulus telah membawa Trofimus ikut masuk kedalam pelataran itu. Memang di wilayah Bait Allah ada tempat yang disediakan untuk orang bukan Yahudi. Diantara tempat tersebut dengan pelataran untuk orang Israel terdapat sebuah pemisah yang mencantumkan peringatan agar orang bukan Yahudi jangan melewati batas dengan ancaman hukuman mati. Dua buah peringatan semacam ini telah ditemukan. Dengan demikian orang-orang Yahudi dari Asia ini beranggapan bahwa Paulus telah menajiskan tempat suci tersebut.
Kemudian pada ayat 30 menjelaskan selanjutnya apa yang terjadi, dimana tiba-tiba ada unjuk rasa yang secara cepat menyebar di kalangan orang banyak itu, dan Paulus di seret keluar dari pelataran untuk orang Israel ke pelataran untuk orang bukan Yahudi. Sesudah itu pintu gerbang yang memisahkan kedua tempat tersebut di tutup untuk mencegah hal-hal yang tidak diiginkan selanjutnya. Kemudian ayat 31 memberitahukan bahwa sewaktu orang banyak itu merencanakan untuk membunuh Paulus segera berita itu terdengar oleh kepala pasukan yang ada di Yerusalem. Pada saat itu di sebelah barat laut wilayah bait Allah terdapat menara Antonia yang merupakan Markas dari pasukan Romawi. Menara itu berhubungan dengan pelataran Bait Allah. Disana ada sebuah pasukan yang terdiri dari seribu orang. Pada saat Paulus hendak di bunuh secara beramai-ramai oleh orang-orang Yahudi ditempat itu, kepala pasukan mendapat berita bahwa sebuah pemberontakan telah terjadi. Ayat 32 membeitahukan bahwa kepala pasukan membawa sekitar 200 orang prajurit bersama dengan perwira-perwira mereka dan tiba di tempat itu tepat pada waktunya dan menyelematkan Paulus. Ayat 33 memberitahukan apa yang terjadi selanjutnya, dimana kepala pasukan menangkap Paulus untuk diamankan dan memerintahkan agar dia di rantai pada dua orang prajurit. Kemudian (34) Ketika pasukan itu berusaha untuk mengetahui penyebab dari kerusuhan tersebut, teriakan jawaban masyarakat begitu simpang siur, sehingga ia tidak dapat memperoleh jawaban yang diperlukan. Karena itu dia memerintahkan agar Paulus di bawa ke markas. Ayat 35, tetapi ketika mereka sampai di tangga yang menuju ke menara Antonia, orang-orang Yahudi itu semakin beringas sehingga para prajurit terpaksa menggotong Paulus. Kemudian ayat 37 memberitahukan bahwa ketika mereka sampai diujung tangga, Paulus mengejutkan kepala pasukan dengan menyapanya memakai bahasa Yunani. Lalu setelah itu (38) kepala pasukan itu mengetahui bahwa Paulus bukan orang mesir yang sudah mengacau dan mengadakan pemberotakan terhadap pemerintaham Roma. Sejarah mencatat bahwa sekitar tiga tahun sebelum itu, seorang Yahudi dari Mesir telah menimbulkan pemberontakan dengan memimpin empat ribu orang ke bukit zaitun, dengan menjanjikan bahwa tembok kota akan diratakan didepan mereka dan mereka berjanji akan mengalahkan seluruh pasuka Romawi. Para pendukung pemberontakan ini dianggap pengacau bersenjata sebab masing-masing mereka membawa pisau yang disembunyikan di balik jubah yang mereka pakai untuk membunuh lawan politik mereka. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh Felix, tetapi orang Yahudi dari Mesir itu berhasil lolos. Karena alasan tertentu kepala pasukan menyamakan tawanannya dengan orang Yahudi tersebut.
Ayat 39-40 menceritakan bahwa Paulus menyakinkan kepala pasukan itu bahwa dirinya bukanlah orang Yahudi yang dari Mesir seorang pemberontak itu. Kata-kata Paulus juga menyakinkan kepala pasukan itu bahwa dirinya selaku orang Yahudi memiliki hak memasuki pelataran bagi orang Yahudi di Bait Allah dan bahwa dirinya adalah warga kota penting Tarsus, kepala pasukan kemudian mengijinkan Paulus untuk berusaha menenangkan orang-orang itu. Rasul Paulus berdiri di puncak tangga yang mengarah kepada pelataran untuk orang bukan Yahudi, sedangkan prajurit-prajurit berdiri di bawahnya. Setelah Paulus berhasil menarik perhatian orang-orang itu, dia mulai berbicara kepada mereka dengan memakai dialek aram, yang merupakan bahasa umum dipakai oleh orang-orang yahudi di Palestina dan Asia Barat.
Kita masuk pada fasal 22. Pada fasal sebelumnya (21:27-39) di jelaskan bahwa Paulus ditangkap oleh tentara Romawi ketika mau dianyiaya oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem. Maka pada fasal ini (fasal 22) Paulus memaparkan pembelaannya kepada orang-orang Yahudi dan di dalam pembelaan ini Paulus memaparkan juga riwayat hidupnya.
22:1, ayat ini adalah permulaan Paulus memberikan pembelaaannya. Dia memulai dengan memberikan rasa hormatnya kepada orang-orang yang akan mendengar pembelaannya itu. Sehingga dengan demikian dia berkata “ Hai Saudara-saudara dan bapa-bapa” dalam hal ini kita dapat melihat bagaimana karakter Paulus, dimana dia masih sanggup memberikan rasa hormatnya kepada orang-orang yang mau menganyiayanya.
22:2 memebritahukan bahwa ketika orang-orang Yahudi mendengar pembelaan Paulus dalam bahasa Ibrani membuat situasi makin tenang. Barangkali orang-orang Yahudi menyangka bahwa Paulus akan membela diri dengan memakai bahasa Yunani, tetapi ternyata Paulus memakai bahasa Ibrani. Jadi akhirnya nanti pembelaannya sebenarnya lebih cocok disebut sebagai kesaksian dari seorang Yahudi yang sangat giat untuk Taurat yang akhirnya bertobat.
22:3 ayat ini memberitahukan tentang identitasnya, bahwa dia adalah orang Yahudi yang lahir di Tarsus suatu daerah kafir, namun demikian pada ayat ini dikatakan bahwa ia di besarkan di Yerusalem di bawah pimpinan Rabi Gamaliel yang sangat berpengaruh dari golongan Farisi. Paulus mengatakan bahwa oleh karena pendidikan yang dia terima maka dia dulunya adalah orang yang giat bekerja bagi Allah. Giat bekerja bagi Allah yang dia maksudkan bukan hanya giat beribadah dalam hal membaca kitab suci dan menerapkan Taurat. Tetapi juga termasuk giat dalam hal menganyiaya orang yang dianggap kafir oleh oleh Yudaisme, termasuk apa yang dilakukan Paulus sebelum ia bertemu dengan Yesus, yaitu dia sebagai penganyiaya orang-orang percaya dan hal yang sama seperti itulah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi itu kepadannya. Dimana mereka mau menganyiaya Paulus sang rasul karena dia mengajarkan ajaran yang berbeda dengan Taurat yang dipahami oleh orang-orang Yahudi tersebut.
Dalam ayat 4, Paulus melanjutkan penjelasannya tentang identitas dan apa yang ia kerjakan sebelum ia bertobat. Kalau di ayat sebelumnya dia telah berkata bahwa ia sama seperti orang-orang Yahudi yang mau menganyiaya dia maka pada ayat ini dia semakin memnunjukkan kesamaannya dahulu sewaktu ia belum diselamatkan dengan orang-orang Yahudi yang mau menganyiaya dia. Kesamaan itu adalah bahwa dahulu Paulus sangat giat untuk menangkap dan memenjarakan orang yang percaya dan hal yang sama juga seang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu. Kemudian pada ayat 5 Paulus dengan berani mengatakan bahwa Imam besar maupun majelis tua-tua (Imam besar, Majelis dan tua-tua adalah mengacu kepada Sanhedrin, dewan tertinggi agama Yahudi) dapat menjadi saksi tentang apa yang dulu ia kerjakan, sebab mereka memberikan surat resmi seperti surat tugas padanya, yang akan di bawa ke Damsyik untuk dipakai sebagai ijin untuk menangkapi dan mengayiaya orang-orang Yahudi yang sudah percaya yang melarikan diri ke sana.
Kemudian ayat 6-16 Rasul Paulus menceritakan kepada orang-orang Yahudi itu tentang bagaimana ia bertobat dan yang akhirnya mengubah semangatnya yang tadinya pengayiya orang percaya dan sekarang menjadi pemberita Injil yang dahulu sangat ia benci. Jika kita bandingkan dengan penjelasannya yang ada dalam fasal 9, sepertinya Kisah Para rasul 22:9 dan 9:7 sepertinya berkontradiksi. Dimana dalam Kisah Para Rasul 9:7 dikatakan bahwa orang-orang yang bersama Paulus mendengar suara itu, tetapi pada Kisah Para Rasul 22:9 dikatakan bahwa orang-orang yang bersama Paulus tidak mendengar suara itu. Tetapi sebenarnya kedua ayat ini bukanlah saling berkontradiksi tetapi penerjemahan dalam Alkitab kitalah yang kurang tepat. Di dalam Bahasa aslinya Kisah Para Rasul 22: 9 ini di tuliskan      , kata ini dapat diterjemahkan bahwa mereka tidak mengerti suara itu. Sedangkan bahasa asli Kisah Para Rasul 9:7    , kata ini dapat diterjemahkan bahwa mereka mendengar suara itu. Jadi kedua ayat ini bukanlah dua ayat yang bertentangan, tetapi menjelaskan satu hal yang sama. Jadi teman seperjalanan Paulus pada saat ini mendengar sebuah suara tetapi mereka tidak mengerti suara itu. Selanjutnya yang perlu kita cermati dalam penjelasan Paulus yang cukup panjang ini adalah dimana dia sangat menekankan bahwa Kristus yang telah bangkit dan naik ke surga telah datang kepadanya melalui seorang Yahudi yang saleh menurut Hukum Taurat dan terkenal baik diantara semua orang Yahudi di Damsyik. Ananiaslah yang mengatakan kepada Paulus bahwa Allah nenek moyang kita, yaitu Allah Israel, telah menetapkan Paulus untuk mengetahui kehendak-Nya dan melihat Yang Benar (yang menunjuk kepada Yesus) dan untuk menyaksikan kepada semua orang apa yang telah dialaminya itu. Ananias kemudian menasehati Paulus agar membiarkan dirinya dibaptis sebagai tanda pembersihan dari dosa, sambil berseru kepada nama Tuhan. Kemudian mulai 17 hingga ayat 21 Paulus menceritakan tentang penegasan terhadap panggilan ini yang ia terima melalui sebuah penglihatan ketika kembali ke Yerusalem (9:26). Karena Paulus pada waktu itu tidak bermaksud memberitakan cerita lengkap tentang pengalaman hidupnya, maka ia tidak menceritakan tentang masa tiga tahun yang ia habiskan di Arab (Galatia 1:7). Dia mengisahkan aspek lain dari pengalamannya di Yerusalem yang tidak di kisahkan oleh Lukas sebelumnya. Kisah Para Rasul 9 mengatakan bahwa Paulus di suruh pergi dari Yerusalem oleh saudara-saudara seiman agar dapat lolos dari suatu komplotan yang hendak membunuhnya (9:28-30). Disini paulus menceritakan bahwa pada waktu itu, dia meninggalkan Yerusalem sebagai jawaban terhadap sabda Allah kepadanya. Ketika ia selaku orang Yahudi yang saleh sedang berdoa di Bait Allah, Allah telah memperingatkan dia di dalam keadaan diliputi rasa kuasa ilahi bahwa Yerusalem tidak akan menerima kesaksiannya sehingga ia harus segera meninggalkan Yerusalem. Paulus mengatakan bahwa pengetahuan orang Yahudi sebelumnya tentang semangat dan kesungguhan dirinya untuk menganyiaya orang Kristen akan mampu menyakinkan mereka tentang kesungguhan dari pertobatannya. Tuhan menjawab bahwa dia harus meninggalkan Yerusalem sebab dia akan diutus jauh dari Yerusalem kepada bangsa-bangsa lain.
Pada ayat 22 dan 23 memberikan gambaran bahwa sebelumnya mereka atau orang-orang Yahudi itu mendengarkan Paulus dengan baik. Tetapi barangkali setelah mereka mendengarkan bahwa Paulus mengatakan bahwa Tuhan menyuruhnya pergi kepada bangsa-bangsa lain maka orang-orang Yahudi itu menjadi beringas, mereka berteriak menuntut kematian tawanan itu (Paulus). Mereka melemparkan jubah mereka dan menghamburkan debu ke udara sebagai tanda kemarahan. Di dalam ayat 24 di beritahukan bahwa, oleh karena situasi yang begitu buruk itu, maka kepala pasukan itu memberi perintah untuk membawa Paulus ke markas untuk di periksa, dan biasanya untuk para budak akan dilakukan penyiksaan untuk mendapatkan pengkuan dari orang-orang yang sedang diselidiki. Tetapi untuk orang bebas hal itu tidak dapat dilakukan. Selanjutnya ayat 25 disebut bahwa Paulus ditelentangkan untuk disesah, tetapi dia menolak untuk di sesah dengan alasan bahwa dia adalah warga negara Roma. Seorang warga negara Roma tidak di perbolehkan di sesah sebelum diadili secara wajar. Kemudian ayat 26-28 memberikan penjelasan bahwa seorang perwira yang mendengar tuntutan Paulus itu melaporkannya kepada kepala pasukan dan kemudian kepala pasukan itu datang kepada Paulus untuk menanyakan bahwa apakah benar dia adalah warga negara Roma. Dan kepala pasukan itu ingin membeli kewarganegaraan Paulus itu. Cara membeli yang dimaksud adalah bahwa kepala pasukan itu dapat mengayiaya Paulus dengan sebebas-bebasnya kemudian dia mengembalikan uang Paulus jika ia telah membeli kewarganegaraan Roma. Jadi kepala pasukan itu mengatakan bahwa ia hendak membeli kewarganegaraan Paulus itu dengan mahal, hal ini barangkali dia katakan sebagai suatu sindiran bagi Paulus. Tetapi Paulus menjawab bahwa dia tidak membeli kewarga negaraan, dia memilikinya karena dia lahir dari orangtua yang sudah warga negara Romawi. Jadi dengan demikian kepala pasukan itu tidak dapat menyesah Paulus sekalipun dia punya uang. Jadi di ayat 29 dijelaskan bahwa orang-orang yang mau menyesah Paulus itu akhirnya mundur. Kepala pasukan itupun takut karena telah memperlakukan seorang warga negara Romawi dengan cara yang tidak sah. Kemudian di ayat 30 diberitahukan bahwa kepala pasukan itu ingin mengetahui apa yang menjadi tuntutan orang-orang Yahudi itu kepada Paulus, sehingga kepala pasukan itu menyuruh mengambil Paulus dari penjara dan menyerahkannya kepada Sanhedrin Yahudi untuk disidangkan dan memberikan hukuman yang tepat kepadanya.
Selanjutnya kita masuk fasal 23:1 Paulus mengawali pembelaanya di hadapan Sanhedrin dengan mengaku bahwa dirinya telah bertindak dengan hati nurani yang murni dihadapan Allah, bukan hanya di dalam melakukan hal-hal yang dituduhkan kepadanya tetapi juga sepanjang seluruh hidupnya. Selanjutnya ayat 2 memberitahukan bahwa Imam besar pada saat itu bernama Ananias (sekitar tahun 47-58 M) beberapa literature mengatakan bahwa Ananias ini adalah seorang yang serakah dan besar mulut dan suka memaksakan kehendaknya. Atas pembelaan Paulus itu membuat Ananias menjadi marah dan memerintahkan seseorang yang dekat dengan Paulus untuk menampar mulut Paulus. Selanjutnya ayat 3 Paulus berbicara dengan berani dan dia juga mempersoalkan tindakan yang tidak wajar yang dilakukan oleh anggota Sanhedrin itu, dengan menuduh mereka yang melaksanakan hukum Taurat itu sebenarnya justru melanggar hukum Taurat. Tembok yang di kapur putih-putih adalah tembok yang luarnya diwarnai putih tetapi dalamnya diisi dengan tanah, artinya bermuka dua. Ananias disebut tembok yang dikapur putih-putih karena (1) Meskipun ia adalah orang yang tidak benar dan jahat, tetapi memakai kemuliaan kedudukan imam besar yang kudus. (2) Ia menduduki tempat dimana seharusnya ia menyatakan keadilan menurut hukum Taurat, tetapi ia memerintahkan agar menampar Paulus yang tidak bersalah itu.
Paulus menegor Ananias, Imam Besar yang berkuasa dan jahat itu untuk menyenangkan Allah, bukan sekedar pembelaan diri. Tegoran bagi penguasa yang jahat tidak bisa lahir dari motivasi pementingan diri sendiri. Pada umumnya pemimpin menegor orang-orang yang lemah dan tidak berkuasa dan berkedudukan tinggi. Orang Kristen tidak boleh bersikap demikian. Yesus sendiri menyebut Raja Herode si Serigala (Lukas 13:32) dan kepada orang-orang Farisi yang jahat dan berkuasa ‘celakalah kamu hai ahli-ahli taurat dan ahli-ahli Farisi, hai orang-orang munafik’ (Matius 23:13,15,16,23,25,27,29). Yohanes pembaptis berkata kepada orang-orang Farisi dan Saduki, ‘hai kamu keturunan ular beludak’ (Matius 3:7). Selanjutnya pada ayat 4 peserta sidang itu berkata bahwa Paulus mengejek Imam besar.
Setelah peserta sidang itu menegor Paulus dan disebut bahwa ia sudah menghina Imam Besar, maka Paulus menjawab dalam ayat 5, dengan mengatakan bahwa dia tidak tahu bahwa Ananias adalah Imam Besar. Dalam hal ini bisa saja Paulus menyindir kembali bahwa Ananias tidak layak sebagai Imam Besar, sebab seorang Imam Besar seharusnya memiliki hikmat, tidak sembarangan saja untuk memberikan perintah menampar orang lain. Tetapi sebagian penafsir berpendapat bahwa dalam hal ini Paulus sedang minta maaf dengan alasan bahwa dia tidak tahu bahwa Ananias adalah Imam Besar.
Kemudian di ayat 6 dikatakan bahwa karena Paulus mengetahui bahwa diantara yang hadir itu (anggota Sanhedrin) ada dari golongan Saduki dan Farisi, maka ia mempergunakan pertentangan doktrin kedua golongan itu khususnya masalah kebangkitan orang mati. Hal ini dilakukan oleh Paulus bukan semata-mata karena ia ingin di bebaskan jadi ia membuat alasan yang tidak benar. Sesungguhnya alasan Paulus atau pembelaan Paulus ini adalah pembelaan yang benar, kerena memang ia mempercayai doktrin kebangkitan baik waktu sebelum ia bertobat (waktu masih dalam golongan Farisi) lebih-lebih setelah pertobatannya ia sangat mempercayai doktrin kebangkitan. Dia percaya bahwa Yesus telah bangkit dari antara orang mati dan oleh karena itulah dia melayani Tuhan dan oleh karena doktrin kebangkitan itu jugalah dia diadili.
Setelah Paulus menjelaskan hal itu, ayat 7-10, maka terjadilah perpecahan diantara kedua golongan itu (Saduki dan Farisi) sebab orang Saduki tidak mempercayai adanya kebangkitan, mereka juga tidak mempercayai adanya malaikat atau roh, sedangkan golongan Farisi mempercayai keduanya. Kemudian golongan Farisi akhirnya membela Paulus dengan berkata, “Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini! barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadannya.” Setelah Paulus mendapat pembelaan dari golongan Farisi maka sidang itu semakin kacau dan karena keributan itu kepala pasukan Romawi takut para oposisi atau penentang Paulus akan menyerang Paulus, sehingga kepala pasukan itu memerintahkan prajuritnya untuk mengambil Paulus dan membawanya kembali ke menara Antonia.
Selanjutnya ayat 11 memberitahukan bahwa menghiburnya dan menguatkan hatinya dan bahkan memberitahukan kepadanya bahwa apa yang ia inginkan, yaitu ingin pergi ke Roma untuk bersaksi tentang Kristus akan terwujud. Kemudian ayat 12-15 memberitahukan bahwa orang-orang yang menentang Paulus yang sangat keras itu berusaha untuk menyingkirkan Paulus dengan cara yang agak berbeda dengan yang sebelumnya. mereka mengadakan komplotan atau gerombolan yang menyiksa diri dalam bentuk mogok makan dan minum sampai Paulus berhasil mereka bunuh. Mereka merencanakan mengambil Paulus dari perlindungan markas dengan memakai kuasa imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi dan diperjalanan mereka akan mencegat Paulus dan para prajurit yang membawanya, lalu setelah itu mereka akan membunuhnya sebelum sampai kepada imam-imam dan tua-tua itu.
Ayat 16-22 memberitahukan bahwa tipu muslihat orang-orang Yahudi yang merencanakan membunuh Paulus, di dengar oleh kepala pasukan melalui kemenakan Paulus yang mengetahui hal itu secara natural dan sederhana. Allah tidak selalu memakai cara yang mengherankan untuk melepaskan umat-Nya dari persoalan atau kemelut yang besar. Sebagai orang percaya atau bukan hanya sebagai saudara kemenakan Paulus telah melakukan tugasnya dengan baik, karena dalam hal ini dia tidak mau melihat bahwa pelayan Tuhan menjadi korban karena suatu tipu muslihat dan oleh karena kuasa Allah maka kepala pasukan itu mempercayai kemenakan Paulus dan akhirnya dia melindungi Paulus dengan baik.
Ayat 23-30 menjelaskan tentang usaha dari kepala pasukan (Klaudius Lisius) menyelamatkan Paulus dari rencana pembunuhan orang-orang yang menentangnya. Allah bekerja di dalam hati kepala pasukan itu, sehingga ia menyuruh 470 orang prajurit untuk mengantarkan Paulus ke Kaisarea menghadap Gubernur Feliks. Ada beberapa hal yang kita harus pikirkan dari sikap kepala pasukan itu antara lain:

1. Ia setia untuk menjaga ketenangan kota dan cepat melaksanakan tugasnya (21:32)
2. Ia tidak memberikan kesempatan bagi para perusuh (21:34-36; 23:24).
3. Ia bersemangat bagi kepatuhan hukum (22:29).
4. Ia memerintahkan banyak prajurit untuk menyelamatkan nyawa satu orang saja (23:10)
5. Ia bersikap rendah hati dan ramah (23:19)
6. Ia adalah perwira yang berusaha melindungi orang yang tidak bersalah (23:22-30)

Surat yang dikirimkan kepala pasukan itu kepada Feliks menunjukkan bahwa ia ingin melindungi Paulus dengan tulus. Dalam surat itu ia membela Paulus dengan mengatakan bahwa Paulus adalah warga negara Romawi sehingga patut mendapat kepastian hukum yang baik, dan dalam surat itu dia juga mengatakan bahwa dakwaan hukuman mati tidak patut baginya.
Kemudian ayat 31-35 memberitahukan bahwa prajurit-prajurit itu membawa Paulus ke Antipatris yaitu sebuah kota dimana terdapat peristirahatan yang di beri nama sesuai dengan nama ayah Raja Herodes. Kota itu terletak di tengah perjalanan Yerusalem ke Kaisarea. Jauhnya kota itu dari Yerusalem kira-kira 35 mil dan dari kota itu ke Kaisarea kira-kira 27 mil. Selanjutnya setelah mereka beristirahat maka keesokan harinya Paulus dan Pasukan berkuda itu melanjutkan perjalanan sedangkan yang lainya pulang ke Yerusalem, karena Paulus sudah bebas dari bahaya para pembunuh atau orang-orang yang menginginkan nyawanya. Kemudian setelah tiba di Kaisarea, maka pasukan berkuda yang membawa Paulus itu menyerahkan surat dari Klaudius Lisius itu kepada gubernur Feliks. Setelah itu Feliks membaca surat itu dan bertanya kepada Paulus dari propinsi manakah asalaya dan Paulus menjawab bahwa dia berasal dari propinsi Kilikia. Mendengar hal itu Feliks berkata bahwa ia akan memeriksa perkara Paulus jika para pendaknya telah tiba disana. Setelah itu Paulus di tahan di istana Herodes.

Kita masuk fasal 24, ayat 1 memberitahukan bahwa lima hari setelah Paulus tiba di hadapan Feliks maka Imam Besar Ananias bersama-sama dengan beberapa orang tua-tua dan satu orang pengacaranya yang bernama Tertulus (sebuah nama yang umum di kerajaan Roma pada waktu itu). Maka Tertulus sebagai kuasa hukum dari klienya (Imam Besar) langsung menyampaikan dakwaanya terhadap Paulus untuk dipertimbangkan.
Kemudian ayat 2-4 Dr. Lukas mencatat bahwa pengacara (Tertulus) itu sebelum membacakan dakwaanya dia memuji dan menjilat Feliks yang jahat itu sebagai negarawan yang baik. Tertulus mengatakan bahwa bangsa Yahudi menikmati kesejahteraan dimana dalam pemerintahannya dia menangkap banyak penjahat dan perampok dan kemudian disalibkan. Tetapi itu adalah kebaikan yang segelintir dibandingkan dengan kejahatannya. Yosephus seorang sejarawan Yahudi berkata bahwa selama pemerintahannya dia (Feliks) selalu berbuat jahat kepada bangsa Yahudi, sehingga pemberontakan-pemberontakan bangsa Yahudi terus menerus terjadi selama ia memerintah.
Selanjutnya ayat 5-6 memberitahukan bahwa Tertulus menuduh Paulus dengan empat dakwaan, antara lain:

1. Dia di analogikan sebagai penyakit sampar () yang berarti orang yang menyebar luaskan penyakit.
2. Dia adalah orang yang menimbulkan kekacauan. Hal ini bukan hanya terjadi bagi Paulus. Para Nabi dalam Perjanjian Lama juga sering dituntut oleh orang yang tidak mau berbalik dari dosa-dosanya sebagai orang yang menimbulkan kekacauan. (1 Raja-Raja 18:17)
3. Seorang tokoh dari sekte nasrani. Tertulus mengatakan bahwa Paulus adalah tokoh dari bidat atau ajaran sesat, padahal Paulus memberitakan yang benar. Justru dianggap sebagai bidat.
4. Seorang yang mencoba melanggar kekudusan Bait Allah. Tetapi dakwaan ini juga tidak sesuai dengan kebenarannya, karena ia adalah seoran yang beribadah dengan segenap hatinya.

Ayat 7-9 memberitahukan bahwa Tertulus juga mempersoalkan tindakan Klaudius Lisius kepala pasukan Romawi di Yerusalem. Dia memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa Paulus diambil dari mereka dengan kekerasan dan selanjutnya sepertinya mereka menyuruh seorang saksi untuk mengatakan bahwa situasinya benar terjadi demikian.
Ayat 10-21 adalah merupakan kata-kata pembelaan dari Paulus. Sebelum dia memulai pembelaanya dia tidak melakukan seperti yang dilakukan oleh Tertulus san pengacara yang menentangnya. Paulus tidak mencoba untuk menjilat atau membujuk Feliks, tetapi dia hanya memberitahukan tentang hal yang terjadi sebenarnya.
Paulus menjelaskan dengan tulus bahwa ia tidak bersalah dalam dakwaan yang pertama dan yang kedua, yaitu tentang kekacauan. (1) Wali negeri Feliks mengetahui kebudayaan Yahudi, karena ia telah memerintah bangsa Yahudi selama 6 tahun (ay 10), karena itu ia tahu bahwa perbuatan Paulus tidak mengandung unsure Politik. (2) Kemudian Paulus mengatakan bahwa dirinya baru 12 hari yang lalu datang ke Yerusalem dari daerah jadi tidak mungkin bisa dalam waktu yang singkat itu dia menimbulkan kekacauan di Yerusalem (ay 11-12). (3) Oleh karena itu pendakwa-pendakwa itu tidak mempunyai bukti yang kuat untuk mendakwanya.
Paulus membela dirinya bahwa ia sama sekali tidak berbuat apa-apa untuk didakwa sehubungan dengan undang-undang negara yang tidak terkait dengan urusan Injil. Pembelaan ini harus disampaikan sebagai pemberita Injil. Pembelaan ini adalah untuk memuliakan Allah.
Kemudian Paulus menjelaskan tentang dakwaan Tertulus yang ketiga, dimana dia didakwa sebagai seorang tokoh sekte atau bidat. Paulus menjelaskan bahwa apa yang dituduhkan kepadanya adalah salah, karena sebenarnya dia memberitakan apa yang juga diyakini oleh nenek moyang mereka. Paulus memberitakan kebangkitan orang mati yang juga di yakini oleh nenek moyang mereka dan juga kedatangan Mesias yang akan datang. Paulus sangat menekankan pembelaannya ini, sehingga dia mengatakannya kepada Feliks dengan berkata, “Aku mengakui kepadamu.” Dalam ayat 14-15, Paulus menyimpulkan Iman dan pelayananya yang isinya adalah (1) Ia bukan tokoh sekte, tetapi berbakti kepada Allah nenek moyang mereka (Allah yang benar yang dikenal oleh janji-janji yang diberikan kepada nenk moyang mereka), (2) Ia percaya kepada segala sesuatu yang tertulis dalam Hukum Taurat dan kitab Nabi-Nabi, (3) Ia percaya bahwa akan ada kebangkitan semua orang yang benar ataupun orang-orang yang tidak benar.
Selanjutnya ayat 6 Paulus mengatakan bahwa karena Imannya itu, dia senantisa berusaha hidup dengan hati nurani yang murni (  ) berarti dia selalu berubah untuk lebih baik sesuai dengan kehendak Allah dan tidak menyembunyikan kesalahan setiap kali ia melakukannya. Hati nurani yang murni adalah kesadaran moral manusia bukan suara Allah, naum itu adalah suatu organ yang menyampaikan suara Allah. Biasanya saat manusia berbuat dosa, organ ini juga menjadi suram dan sulit mendengarkan atau menyampaikan suara Allah; akan tetapi hati nurani yang percaya kepada Firman Allah tidak memiliki keraguan, karena taat (atau berubah) karena Firman itu.
Kemudian ayat 17-20, Paulus membela dirinya bahwa ia tidak berbuat salah dalam dakwaan yang keempat (Melanggar kekudusan Bait Allah, ay 6). Paulus memberi penjelasan dengan mengatakan bahwa (1) Orang-orang Yahudi yang menggugat (21:27) tidak datang kehadapan Feliks karena mereka tidak mempunyai bukti bahwa Paulus bersalah. (2) Andaikata mereka dapat menemukan kesalahan Paulus yang baru saja dihadapkan ke Mahkamah Agama (23:11), biarlah mereka menunjukkan buktinya kepada Feliks. Ia menantang dengan berani karena ia yakin bahwa dirinya tidak bersalah.
Kemudian ayat 21 Paulus mengatakan bahwa ia diadili, seperti bola yang dilempar kesana kemari hanya karena ia bersaksi tentang kebangkitan orang-orang mati, bukan karena perbuatan dosa atau kesalahan. Ia mengabdikan dirinya untuk memberitakan tentang kebangkitan orang mati dan hanya topik itu yang disampaikan dalam pengadilan. Kebangkitan orang-orang mati yang dia maksudkan mempunyai arti bahwa setiap orang yang sudah percaya kepada Yesus Kristus yang telah bangkit, akan memperoleh kebangkitan yang kekal. Kebangkitan yang berbahagia ini tidak tersedia bagi orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus.
Selanjutnya ayat 22-24 menyampaikan tentang bagaimana sifat Feliks yang sebenarnya seperti: (1) Walaupun dia tahu bahwa Paulus seharusnya sudah dapat dibebaskan namun ia menunda waktu sampai Lisias datang. (2) Ia atau Feliks memang agak simpati kepada Paulus. (3) Ia mencari waktu untuk mendengarkan kebenaran Iman kepada Yesus Kristus. (4) Ia mengharapkan uang suap dari Paulus. (5) Ia tetap menahan Paulus untuk merebut hati orang-orang Yahudi. Sikapnya ini menunjukkan bahwa ia adalah pegawai yang lemah yang tidak berpegang pada kebenaran yang teguh.
Lalu pada ayat 25 dikatakan bahwa Paulus memberitakan Injil kepada Feliks (ay 24) dan berbicara tentang moralitas yang harus dimiliki oleh orang-orang percaya (kebenaran dan penguasaan diri). Kata ‘Penguasaan diri’ adalah kehidupan yang menahan nafsu. Menurut Tacitus seorang sejarawan di Roma, Feliks adalah seorang berjiwa budak yang melaksanakan kekuasaannya seperti raja, sesuai dengan sikapnya yang kejam dan cabul.
Jika kita melihat ayat 25 ini, dimana dia pada saat itu masih dalam status hukuman naumun ia tetap memberitakan Injil. Itu terjadi karena memang dia tidak tahan untuk tidak membicarakan atau memberitan Injil. Ia juga berbicara tentang penghakiman dan Firman itu membuat hati Feliks yang sangat jahat dan kejam itu menjadi takut.
Ayat 26 memberitahukan bahwa sebenarnya Feliks sangat mengharapkan Paulus untuk memberikan dia uang sogokan, tetapi Paulus tidak melakukannya.
Ayat 27 memberitahukan dimana sampai akhirnya Feliks digantikan oleh Perkius Festus, namun demikian Feliks tidak juga membebaskan Paulus yang tidak bersalah itu hanyanuntuk mengambil hati orang-orang Yahudi.

Kita masuk pada fasal 25. fasal ini berisi informasi tentang: Festus datang ke Yerusalem sebagai pengganti Feliks (25:1), Rancangan orang-orang Yahudi untuk membunuh Paulus (25:2-3), kemudian tentang bagaimana Festus menolak permintaan orang-orang Yahudi yang meminta agar Paulus dikirim ke Yerusalem (25:4-5), selanjutnya tentang berita pengadilan yang dipimpin oleh Festus (25:6-12), lebih lanjut lagi Festus memaparkan perkara Paulus kepada Raja Agripa (25:13-22). Kemudian Raja Agripa mengikuti persidangan Paulus (25:23-27).
Ayat 1-3 menjelaskan tentang kedatangan Festus ke Yerusalem sebagai pengganti Feliks dan orang-orang terkemuka beserta para Imam-Imam kepala datang menghadap dia untuk meminta supaya Paulus di kembalikan ke Yerusalem. Mereka meminta kepada Festus supaya Paulus di kembalikan ke Yerusalem adalah karena mereka ingin membunuhnya di tengah jalan.
Rancangan orang Yahudi tersebut kepada Paulus menunjukkan bahwa mereka telah lama meninggalkan Allah. Mereka ingin membunuh orang yang tidak bersalah dengan cara gelap atau tanpa melalui prosedur hokum yang jelas. Imam besar pada waktu itu adalah Ismael yang diangkat oleh Agripa. Orang-orang yahudi yang terkemuka, adalah penatua-penatua. Anugerah yang dimaksud dalam ayat ini adalah Kebajikan atau pemberian Festus. Orang-orang Yahudi tidak dapat menangkap Paulus secara hukum sehingga mereka ingin menangkapnya dengan kebajikan yang tidak adil dan jahat. ‘Orang-orang Yahudi yang terkemuka’ di mobilisasi, hal itu menunjukkan bahwa cara mereka yang ingin membujuk Festus sungguh-sungguh mengandalkan kekuasaan manusia daripada hukum yang adil.
Kemudian ayat 4-5 memberitahukan bahwa Festus tidak memenuhi permintaan orang-orang Yahudi, tetapi ia menganjurkan agar mereka datang ke Kaisarea dan mengajukan Dakwaanya. Meskipun Festus tidak mengenal Allah tetapi ia melindungi Paulus, hal itu terjadi oleh karena campur tangan Allah yang baik. Allah mengatur semuanya ini agar Paulus pergi sampai ke Roma.
Kata tetapi () menunjukkan bahwa keputusan Festus bertentangan dengan permintaan orang-orang Yahudi. Ia menjadi contoh seorang pegawai yang melaksanakan segala sesuatu sesuai hukum dan keadilan dengan kokoh, seakan-akan ia mencela orang-orang Yahudi tanpa perkataan. Jika orang-orang yang disebut percaya kepada Allah menjadi busuk, mereka menjadi pengecut yang dipermalukan oleh orang-orang dunia.
Ayat 6-7 menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi yang mendakwa Paulus itu tidak dapat memberikan bukti-bukti bahwa Paulus punya kesalahan yang oleh karena itu dia layak dihukum. Orang yang jahat selalu berusaha untuk menjatuhkan orang yang benar dengan berbagai macam cara. Pada ayat ini juga diberitahukan bagaimana Festus mengadakan sidang pengadilan yang membuktikan kesetiaannya kepada tugasnya. Tindakan Festus ini berbeda dengan Feliks yang malas dalam melaksanakan tugasnya. Feliks menunda tugasnya yang harus dilakukannya (24:22-27) tetapi oleh karena campur tangan Allah, Festus mengganti Feliks.
Ayat 8 Menunjukkan bahwa Paulus membantah bahwa dia telah bersalah terhadap hukum Taurat, Bait Allah dan bahkan juga kepada Kaisar.
Ayat 9 memberitahukan bahwa Festus ingin mengambil hati orang-orang Yahudi sehingga ia meminta Paulus supaya ia di adili di Yerusalem. Festus adalah wali negri yang baru, oleh karena itu dia belum berpengalaman dengan masalah yang seperti ini dan disamping itu dia juga masih ingin mencari popularitas dan dukungan dari orang-orang Yahudi. Dengan demikian maka Festus meminta kepada Paulus supaya perkaranya disidangkan di Yerusalem.
Kemudian pada ayat 10-12 Paulus memberikan reaksinya bahwa ia sangat tidak setuju dengan permintaan Festus itu. Rencana persidangan di Yerusalem sangat tidak masuk di akal bagi Paulus. Di Yerusalem Paulus harus diselamatkan dari rencana pembunuhan atas dirinya, dan rasanya sangat bodoh untuk kembali kesana lagi. Sekalipun Paulus tidak dapat dibuktikan bersalah. Festus nampaknya bersedia berunding dengan orang-orang Yahudi dengan mengorbankan Paulus, dan Paulus tentu saja mengkwatirkan akibat dari sikap semacam itu. Tinggal satu tindakan untuk mengelak bahaya ini yang masih terbuka bagi Paulus sebagai warga negara Roma yaitu meminta pertimbangan Kaisar. Dia yakin bahwa di Roma ia akan diadili dengan baik. Selanjutnya jika kita melihat ayat 11 maka akan jelas bahwa ayat itu akan menunjukkan bahaya kematian di tangan orang Yahudi sesungguhnya menantikan Paulus di Yerusalem. Rasul itu mengemukakan bahwa ia akan rela menjalani hukuman mati apabila memang terbukti bahwa dirinya bersalah. Tetapi hukuman mati harus dijatuhkan oleh pemerintah Roma, dan bukan oleh orang Yahudi. Karena itu Paulus naik banding kepada Kaisar. Kemudian ayat 12 memberitahukan bahwa peserta sidang yang dipimpin oleh Festus (bukan Sanhedrin) mengijinkan Paulus naik banding kepada Kaisar.
Ayat 13 menunjukkan bahwa ketika Paulus menunggu saat yang baik bagi Feliks untuk memberangkatkannya kepada Kaisar, datanglah tamu Agung yang berkunjung ke kota itu. Tamu Agung itu adalah Raja Agripa II. Dia adalah cucu dari Herodes Agung dan anak dari Herodes Agripa I yang telah membunuh Yakobus (anak Zebedeus) dan tamu yang lain adalah Bernike, yaitu adik dari Agripa II sendiri. Menurut Morgan (seorang penafsir Alkitab) bahwa Agripa II pada saat itu hidup secara asusila bersama adiknya sendiri (Bernike). Pada waktu itu Bernike hidup dengan kakaknya sendiri sebagai suami isteri dan selain itu juga ia juga sering hidup secara asusila. Morgan juga mengatakan bahwa pada waktu Bernike masih kecil ia pernah menikah dengan pangeran Galkis pamanya sendiri.
Selanjutnya pada ayat 15-23 Festus berkata kepada Agripa dan Bernike yang sepertinya membela Paulus, namum sebenarnya perkataannya itu berdasarkan sistem hukum Romawi. Dalam ayat ini kita melihat bahwa apa yang dikatakan oleh Festus ini adalah bahwa ia menunjukkan kelemahan orang-orang Yahudi yang ingin mendapatkan hadiah atau mendapatkan Paulus dengan tanpa melalui persidangan yang benar.
Dalam gambaran yang diberikan Festus kepada Agripa dan Bernike memang ia (Festus) tidak memutarbalikkan kebenaran. Dari segala-galanya memang jelas bahwa orang-orang Yahudi tidak saja ingin memeriksa Paulus, tetapi mereka ingin membunuhnya. Pada zaman itu Hukum Romawi tidak membenarkan suatu penghukuman tanpa adanya pemeriksaan yang baik. Oleh karena Festus juga meminta pertimbangan dari Agripa maka Agripa meminta supaya dia sendiri (Agripa) langsung mendengar sendiri persoalannya dari Paulus.
Pada ayat 24-27 menunjukkan bahwa Festus mengucapkan kata-kata pembukaan yang singkat untuk memperkenalkan Paulus kepada para hadirin. Bangsa Yahudi telah menuntut hukuman bagi Paulus. Tetapi apa yang belum dikatakan dahulu oleh Festus, dikatakannya sekarang yaitu bahwa orang ini tidak patut menerima hukuman mati. Sekarang orang ini (Paulus) naik banding kepada Kaisar. Dalam hal ini Festus berada dalam kesukaran, yaitu dengan cara bagaimana ia menulis surat pengantarnya kepada Kaisar. Yang sangat menarik perhatian kita disini adalah bahwa semenjak perkara Paulus berjalan senantiasa dikatakan bahwa tidak ditemukan kesalahan apapun padanya (21:34; 23:30; 24:22; 25:7,18,27; 26:31,32). Dengan terus terang Festus mengatakan keinginannya bahwa pemeriksaan sekarang ini akan memberikan bahan-bahan bagi laporannya. Terlebih-lebih karena Agripa pasti dapat dianggap sebagai seorang ahli di bidang ini, maka Festus telah mencurahkan segala pengharapannya kepadannya.
Selanjutnya kita masuk fasal 26, fasal ini masih dalam konteks dimana Paulus dihadapkan kepada Agripa. Pada ayat 1 dikatakan bahwa sang Raja Agripa memberikan kesempatan kepada Paulus untuk membela diri. Maka sang rasul memberi isyarat dengan tangannya sebagai tanda menghormati raja itu. Lalu setelah itu dia mulai berbicara untuk mengutarakan pembelaanya.
Kemudian dalam ayat 2-5 Paulus mengungkapkan rasa terima kasihnya karena diberi kesempatan menyajikan pembelaanya di hadapan Raja Agripa, karena Raj Agripa sangat mengenal kebiasaan dan masalah orang-orang Yahudi. Memang Agripa menerima takhtanya dari Roma tetapi ia juga memahami orang-orang Yahudi dan tergolong sebagai Raja yang sering membantu setiap persoalan orang-orang Yahudi. Oleh karena itu Paulus percaya bahwa ia (Agripa) dapat memahami atau mengetahui tentang apa yang terjadi padanya setelah ia menjelaskan hal tersebut kepadanya (Agripa). Selanjutnya Paulus menyampaikan pembelaanya, dimana ia berusaha menyakinkan Agripa bahwa pemberitaannya hanyalah merupakan penggenapan Iman Yahudi yang telah diwariskan kepadanya. Sang Rasul mengisahkan pendidikanya, pertama-tama ditengah bangsanya, di Tarsus Kilikia dan baru kemudian di Yerusalem. Lalu setelah itu Paulus mengatakan bahwa semua orang Yahudi mengenal bahwa ia adalah seorang dari Mazhab Farisi yang sering dianggap sebagai mazhab garis keras dalam agama Yahudi.
Kemudian pada ayat 6-8 Paulus menjelaskan bahwa ia menghadap pengadilan karena mengharapkan kegenapan janji. Dan bagi orang Farisi salah satu janji yang sangat penting adalah terkait dalam harapan akan adanya kebangkitan. Sekarang Paulus dibawa kepada pengadilan justru karena mengaharapkan kegenapan janji yang sudah diyakini oleh nenek moyang mereka secara turun temurun itu. Menurut Paulus bagi setiap orang yang memahami janji Allah yang telah dianugerahkan kepada para nenek moyang, maka seharusnya akan mempercayai bahwa Allah sanggup membangkitkan orang mati.
Selanjutnya ayat 9-11 Paulus menjelaskan bahwa dahulu ia sebagai orang Yahudi ia termasuk golongan yang menolak Yesus sebagai Mesias. Tetapi ia memiliki pandangan yang demikian bukan karena hanya sekedar ikut-ikutan tetapi sudah dia pikirkan dengan baik. Keputusan itu adalah keyakinannya sendiri. Untuk menjelaskan hal itu Paulus menceritakan sikap hidupnya sebagai orang Farisi. Bersamaan dengan itu Paulus mengakui dosa-dosanya, sebab tindakan-tindakannya itu melawan anak-anak Allah. Dalam kerja sama yang erat dengan Sanhedrin, ia menghambat orang-orang yang menghambat nama Yesus sebagai Mesias. Pada waktu itu rupanya Sanhedrin sangat memperhitungkan pribadi Paulus. Kepadanya dipercayakan perintah-perintah, suaranya juga adalah suara-suara yang menentukan. Juga dalam rumah-rumah ibadah dia sangat menyulitkan orang yang percaya kepada Kristus Yesus. juga keluar Palestina Paulus pergi dan mengunjungi rumah-rumah ibadah dengan maksud untuk membinasakan orang-orang ayng percaya kepada Yesus Kristus.
Ayat 12-15 ini adalah satu-satunya dari tiga kisah pertobatan Paulus yang berisi kata-kata sukar bagimu menendang ke galah ransang. Kata sukar disini artinya ‘menyakitkan’ sedangkan galah ransang adalah sebuah tongkat yang bias any dibuat sebagai pelecut atau pemukul hewan-hewan penarik beban. Kalimat ini merupakan sebuah kiasan yang dijumpai di dalam bahasa Yunani dan bahasa Latin, tetapi ketika itu tidak dikenal di dalam bahasa Ibrani atau Aram. Mungkin ungkapan ini menunjukkan bahwa nurani Paulus tidak sepenuhnya sejahtera ketika menganyiaya orang-orang Kristen. Kita jangan berpikir bahwa pada saat itu Paulus sudah menyadari dosanya. Sebab di bagian yang lain dia menceritakan bahwa dia menganyiaya gereja tanpa pengetahuan (1Timotius 1:13). Sekalipun demikian jauh di dalam pikiranya terdapat semacam keyakinan bahwa mungkin saja Stefanus dan orang Kristen lainya itulah yang benar; dan sekarang Tuhan menunjukkan kapadanya bahwa tekanan tersebut mereupakan tekanan yang datang dari Tuhan.
Ayat 16-18 Paulus mengatakan kepada Agripa bahwa dirinya telah dipanggil oleh Tuhan. Pengalaman itu menyakinkan dirinya bahwa Yesus yang di anyiayanya selama ini, hidup, dan telah mengutus dia kepada bangsa ini yaitu bangsa Israel dan juga bangsa-bangsa lain. Paulus membuka persoalan inti kepada Raja Agripa. Pemberitaanya bukan hanya kepada orang Israel tetapi juga kepada orang yang bukan Israel; semuanya harus dicerahkan, yaitu berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah. Dengan demikian mereka akan memperoleh engampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan oleh iman kepada Kristus. Ayat yang merupakan rangkuman dari pemberitaan Paulus.
Kemudian ayat 19-21 merupakan rangkuman sederhana tentang semua pengalaman pemberitaan Injil rasul Paulus. Paulus pertama-tama memberitakan tentang pertobatan di Damsyik, kemudian di Yerusalem lalu diseluruh wilayah Yudea dan juga kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi, sebagaimana ditugaskan kepadanya. Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa karena ketaatan untuk tugas itulah orang-orang Yahudi menangkapnya di Bait Allah dan mencoba membunuhnya. Mungkin Festus tidak mengerti akan hal ini tetapi jika benar bahwa Agripa adalah orang yang memahami Yudaisme maka dia akan mengetahui mengapa orang-orang Yahudi itu mau membunuh Paulus, yaitu karena mereka tidak mau orang yang bukan Yahudi sejajar dengan mereka sebagai orang yang mendapat keselamatan (umat pilihan).
Kemudian ayat 22-23, Paulus mengakhiri pembelaannya dengan menandaskan bahwa pemberitaan yang disampaikannya tidak lebih daripada apa yang telah dinubuatkan oleh Musa dan para Nabi, yaitu bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang bangkit dari antara orang mati dan bahwa Ia memberikan terang kepada orang Yahudi dan non Yahudi. inilah alas an yang membuat Paulus sebelumnya demikian menekankan kebangkitan. Harapan orang Yahudi sejak dahulu tentang kebangkitan sekarang telah memperoleh makna yang baru karena kebangkitan Kristus. Kebangkitan Mesias bukanlah kebangkitan yang berdiri sendiri, tetapi merupakan awal dari kebangkitan itu sendiri. Kristus adalah “Yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1Korintus 15:20). “Yang pertama bangkit dari antara orang mati” (Kolose 1:18). Selanjutnya pada ayat 24 Festus berkata dengan suara keras dengan nada yang amat kesal bahwa Paulus sudah gila karena gagasan-gasan atau ilmunya yang sangat tidak masuk akal bagi seorang Romawi seperti Festus. Jadi karena gagasan-gagasan Paulus tersebut tidak masuk diakal Festus maka dia menganggap bahwa Paulus bukanlah orang yang waras lagi. Tetapi selanjutnya pada ayat 25-27, Paulus menjawab bahwa dirinya tidak gila dan dia mengatakan kebenaran dengan pikiran yang sehat. Paulus kemudian mengajak Agripa untuk membela kewarasannya dan kebenaran yang baru saja dikemukakan olehnya. Dia mengingatkan Agripa bahwa kebangkitan Kristus bukan merupakan peristiwa yang belum didengarnya sebab tidak terjadi di tempat ang terpencil dimana tidak ada orang yang dapat melihatnya. Setiap orang membandingkan amanat tersebut dengan amanat para nabi, pasti berkesimpulan bahwa pandangan Paulus tersebut adalah benar; karena itu Paulus langsung mengajukan pertayaan tersebut kepada raja, “Percayakah engkau …kepada para nabi?” tetapi kemudian Paulus memberikan jawaban sendiri dengan mengatakan bahwa Paulus tahu bahwa Agripa percaya kepada mereka. Pertanyaaan ini menempatkan Agripa pada posisi yang sulit. Selaku wakil pemerintah Roma dan rekan sejawat Festus, ia tidak ingin dianggap gila karena menyetujui pendapat Paulus. Sehingga tidaklah menguntungkan bagi dia untuk mempercayai apa yang dikatakan Paulus dan mengakui bahwa dirinya percaya kepada para nabi. Disisi lain jika ia berkata bahwa ia tidak percaya kepada para nabi maka itu akan merusak hubungannya dengan orang-orang Yahudi. karena itu Agripa berusaha mengelak dengan berkata, “hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen.” Kemudian ayat 29 Paulus menanggapi apa yang dikatakan oleh Aripa itu dengan sangat serius dia berkata bahwa dia berdoa supaya Agripa dan bahkan semua yang mendengarnya pada saat itu menjadi sama seperti dirinya yang percaya kepada Kristus Yesus, kecuali hukuman yang dia tanggung.
Ayat 30-32 memberitahukan bahwa ketika Paulus mengakhiri pembelaanya, Festus, Agripa dan Bernike mengundurkan diri bersama dengan para penasihat mereka untuk merundingkan masalah ini lebih lanjut. Jelas bahwa Paulus tidak melanggar peraturan sama sekali, sehingga tidak dapat dijatuhi hukuman mati ataupun hukuman penjara baginya. Agripa berkata bahwa seharusnya dia sudah bisa bebas tetapi karena ia meminta naik banding maka ia harus menuruti jalur hukum dengan baik.


B. Injil di terima di Roma (27:1-28:31)

Pada bagian ini Lukas menceritakan Perjalanan Paulus dari Palestina ke Italia dan penerimaan dirinya di Roma. Lukas menceritakan kisah perjalanan itu sangat rinci menunjukkan bahwa peristiwa ini sangat penting bagi tujuan penulisannya. Motif dari perjalanan ini menurut susunan penulisan Lukas bukanlah untuk menceritakan tentang permulaan dari pemberitaan Injil di Roma, tetapi lebih menunjukkan penolakan Injil oleh orang Yahudi di Roma dan penerimaannya oleh orang non Yahudi. kenyataan ini membawa salah satu motif pokok dari keseluruhan kitab ini kepada puncaknya – yakni penolakan atas Israel dan munculnya gereja bukan Yahudi.
Kisah Para Rasul 27:1-5 memberithukan bahwa perjalanan Paulus ini diawali dengan kata Kami, itu berarti bahwa Lukas dan Aristarkus mendampingi Paulus untuk menuju ke Roma dan dalam bagian lain Alkitab seperti dalam Kolose 4:10; Filipi 1:24 mengatakan bahwa Lukas melayani Paulus selama di penjara Roma. Pasukan Kaisar yang dimaksud dalam ayat ini adalah perwira polisi yang ditugaskan untuk membawa tahanan-tahanan ke Roma. ‘Adramitium’ adalah nama pelabuhan di Asia kecil yang menjadi nama kapal. Perwira Yulius juga ramah kepada Paulus sejak permulaan perjalanan hingga sampai pada akhir perjalananya.
Pada ayat 6 dikatakan bahwa di Mira mereka berganti kapal, mereka meninggalkan kapal yang sebelumnya mereka tumpangi dan menaiki kapal pengangkut gandum yang berlayar dari Aleksandria menuju Italia. Pada saat itu Mesir merupakan sumber utama persediaan gandum bagi Roma, dan pengankutan gandum di antara Aleksandria dan Roma merupakan bisnis penting yang langsung ditangani oleh negara.
Ayat 7 mengisahkan selanjutnya perjalanan dari Mira ke wilayah yang tekanan anginnya keras dan yang membuat perjalanan agak sulit. Dengan usaha yang keras mereka melewati kesulitan itu hingga mereka sampai di Kinidus, yaitu sebuah tanjung yang terletak di daerah barat daya Asia kecil. Dari sana mereka harus memilih diantara menunggu angin yang lebih baik dan baru berlayar ke Barat atau Keselatan langsung menju Kreta. Karena angin sepertinya tiak bersahabat maka mereka memilih alternatif yang kedua dan berlayar ke selatan melalui Salmone yang terletak pada ujung timur Kreta dan kemudian berlayar sepanjang pantai menuju ke Barat.
Ayat 8 memberitahukan bahwa setelah mereka berlayar sepanjang pantai dengan susah payah, maka mereka tiba di sebuah pelabuhan yang dinamakan pelabuhan Indah ditengah-tengah pulau itu.
Ayat 9 menjelaskan bahwa tantangan untuk melanjutkan perjalanan akan lebih besar, karena mulai pertengahan bulan sepetember sampai November adalah masa berbahaya untuk pelayaran di laut tengah. Waktu puasa ada dalam masa ini (Imamat 23:26-32). Maka oleh karena itu Paulus memperingatkan mereka seperti pada ayat 10-13, untuk tidak berlayar, tetapi perwira itu tidak mau mendengarkannya, sehingga mereka terus melanjutkan pelayaran. Alas an keberangkatan mereka adalah karena:

1. Perwira itu lebih percaya kepada perkataan jurumudi daripada perkataan Paulus (ay 11). Benar bahwa jurumudi dan nahkoda lebih pandai dari Paulus dalam pengalaman dan tehnik pelayaran, namun demikian dapat terjadi bahaya kecelakaan yang tidak dapat di duga atau diramalkan oleh pengalaman atau tehnik; hanya Allah saja yang mengetahuinya. Manusia tidak dapat menyelesaikan segalanya dengan pengetahuan dan pengalamannya. Tetapi manusia dapat mengatasi semua persoalan kalau taat kepada Allah.
2. Mereka memutuskan untuk menerima suara terbanyak dari mereka (ayat 12). Hal ini biasa juga terjadi dalam sidang atau rapat. Tetapi suara terbanyak tidak selalu menjadi jaminan bahwa itu adalah yang benar.
3. Karena pada saat sebelum mereka berangkat angin tidak terlalu kencang. Hanya angin sepoi-sepoi saja. Sehingga mereka berpikir bahwa perjalan mereka akan mulus.

Ternyata tidak seberapa lama lagi angin berubah menjadi angin yang sangat kencang, seperti yang dikatakan dalam ayat 14 bahwa angin tiba-tiba berubah menjadi angin badai yang bertiup dari Timur Laut. Ayat 15 ketika itu mereka sudah tidak jauh lagi dari Feniks tujuan pelayaran mereka. Tetapi karena kapal itu tidak tahan kepada angin haluan, mereka akhirnya menyerah saja dan membiarkan kapal terobang ambing. Kemudian ayat 16, dimana setelah mereka tiba di pulau kecil Kauda mereka merasa perlu untuk mengangkat skoci yang terikap pada kapal itu. Ketika itu skoci tersebut sudah demikian penuh berisi air sehingga hanya dapat dinaikkan ke atas kapal dengan susah payah. Selanjutnya ayat 17 mereka mengusahakan untuk meliliti kapal itu dengan tali. Mungkin supaya kapal itu tidak pecah jika dipakai kembali. Kapal itu kini terapung-apung dibawa arus ke barat daya menuju Kirene. Dilepas di Afrika Utara terdapat sebuah daerah beting berbahaya yang bernama Sirtis, karena takut terseret kesana maka para pelaut itu menurunkan layar. Dan sekarang mereka berlayar dengan memkai dorongan angin. Pada keesokan harinya (ayat 18) badai belum mereda sehingga mereka perlu membuang muatan kapal. Sampai pada keesokan harinya juga (ayat 19) badai juga belum reda maka peralatan kapal juga sebagian harus dibuang untuk mengurangi beban. Selanjutnya ayat 20, karena para pelaut hanya bergantung pada matahari dan bintang untuk navigasi, akhirnya harapan untuk tertolong sudah tidak ada lagi. Sebab mereka tidak tahu dimana mereka berada dan sedang kemana mereka diseret oleh badai itu.
Kemudian pada ayat 21-22 Lukas menuliskan bahwa setelah beberapa hari lamanya mereka dalam keadaan yang sangat sulit itu maka mereka tidak dapat lagi berpikir dengan jernih, sehingga mereka tidak mau makan. Tetapi dalam keadaan seperti itulah maka Paulus berdiri untuk menasehati mereka, supaya mereka bertabah hati. Paulus juga menghiburkan hati semua orang yang ada dalam kapal itu dengan berkata bahwa tak satupun diantara mereka yang akan mati ditelan oleh ombak atau badai itu. Tetapi kalau kapal yang mereka tumpangi Paulus berkata bahwa itu akan hancur. Ayat 23-24 adalah berisi tentang apa yang menjadi alas an Paulus mengatakan bahwa mereka tidak akan binasa oleh badai itu. Paulus berkata bahwa Malaikat Allah telah datang menguatkan hatinya dan mengatakan bahwa mereka tidak akan ada yang binasa. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah berkehendak agar Paulus menghadap Kaisar, oleh karena itu nyawa Paulus di jamin oleh Allah ditengah-badai apapun Tuhan akan menolongnya. Kemudian Paulus kembali menegaskan (ayat 25-26) supaya mereka tabah karena dia percaya pada apa yang dikatakan oleh Allah, tetapi mereka harus mendamparkan kapal itu di suatu pulau.
Pada ayat 27-29 dijelaskan bahwa pada malam yang keempat belas mereka masih terombang ambing di Laut Adria. tetapi anak-anak kapal merasa bahwa mereka sudah dekat dengan daratan sehingga mereka membuang empt sauh di buritan karena takut kapal itu aan terkandas di salah satu batu karang. Laut Adria yang dimaksud disini adalah Laut yang terletak antara Pulau Malta dan Italia dan diantara Yunani dan Kreta. Kemudian ayat 30-32 menjelaskan bahwa sejumlah anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri, mereka seolah-olah hendak membuang sauh di haluan kapal itu. Pada hakekatnya mereka ingin berkayuh terus hingga ke daratan. dengan sebuah sekoci tentulah batu karang itu tidak seberapa membahayakan. Kemudian Paulus berbicara demikian positif tentang akibat-akibat dari usaha menyelamatkan diri sendiri. Hal ini Paulus ketahui bukanlah karena dia suah menglihat suatu penglihatan dari Tuhan, tetapi murni karena keyakinannya akan janji Tuhan bahwa Tuhan akan menyelamatkan mereka dari bahaya itu dan oleh karena itu Paulus hendak mengingatkan orang-orang disitu supaya mereka tidak egoistis dan membuat jalan sendiri yang tidak mengikuti kemauan Tuhan. Dan akhirnya Paulus berbicara kepada kepala pasukan dan sehingga mereka memotong tali-tali sekoci supaya tidak ada yang dapat melarikan diri.
Ayat 33-36 menjelaskan bahwa setelah malam berlalu dan menjelang siang Paulus kembali berbicara kepada anak-anak kapal, dimana mereka masih harus mengorbankan banyak tenaga. Sudah berhari-hari lamanya mereka tidak makan, oleh karena itu Paulus menasehati mereka agar makan sebab mereka masih harus mengeluarkan segenap kekuatan mereka. Pada saat ini Paulus sekali lagi mengingatkan mereka bahwa tak satupun diantara mereka yang akan binasa. Kemudian tampaknya mereka mengikuti apa yang dikatakan oleh Paulus dan Paulus memimpin doa syukur dan kemudian mereka makan.
Kemudian ayat 37 Lukas memberitahukan berapa jumlah orang yang ada di dalam kapal itu, yaitu dua ratus tujuh puluh enam jiwa banyaknya.
Ayat 38 menjelaskan bahwa setelah mereka kenyang mereka membuang gandum ke laut untuk meringankan kepal itu. Sebab jika kapal itu semakin ringan maka kemungkinan untuk selamat semakin besar.
Pada Ayat 39 Lukas memberitahukan bahwa ketika hari mulai siang, mereka melihat suatu teluk yang rata pantainya. Sekarang teluk itu bernama teluk St. Paulus. Namun pada waktu itu mereka tidak tahu nama teluk itu, dan setelah mereka berunding mereka memutuskan untuk mendamparkan kapal itu disana.
Kemudian pada ayat 40 kita melihat ada tiga tindakan yang mereka lakukan untuk berusaha mencapai daratan itu. Yang pertama, mereka memotong tali sauh, yang kedua mereka mengulurkan tali-tali kemudi sehingga mereka dapat mengemudikan kapal itu, dan yang ketiga mereka menikkan layar kecil di tiang depan; dengan demikian kapal itu mendapat angin yang cukup untu bisa memasuki teluk itu. Lalu pada ayat 41 ternyata rencana yang bagus itu gagal karena kapal itu melanggar busung pasir sehingga haluanya sekaligus terpancang dan tidak dapat bergerak lagi. Dan datanglah badai yang menerpa buritan kapal sehingga membuat buritan kapal itu menjadi hancur dan tidak tertolong lagi.
Selanjutnya pada ayat 42-44 Lukas menuliskan tentang kepanikan orang-orang yang ada dalam kapal yang sudah hancur itu. Para Prajurit mengetahui bahwa mereka harus menjamin para tahanan itu dengan nyawa mereka sendiri. Tetapi pada saat yang demikian ini para tahanan itu sangat mudah untuk melarikan diri, oleh karena itu tampa berpikir panjang maka para prajurit itu hendak membunuh semua para tahanan itu. Tetapi kepala pasukan itu atau Yulius menggagalkan maksud para Prajurit itu demi kepentingan Paulus. Yulius menyuruh semua orang yang pintar berenang untuk lebih dahulu berenang menuju kedaratan. Kemudian yang lainya menyusul dengan menggunakan pecahan-pecahan kapal dan papan-papan sampai akhirnya semuanya mereka sampai kedaratan.

Fasal 28:1 berbicara dimana setelah rombongan Paulus tiba di darat mereka menemukan bahwa pulau itu adalah pulau Malta yang terletak sekitar seratus mil di sebelah selatan Sisilia. Malta adalah Istilah Kanaan yang berarti tempat perlindungan, yang ditinggali oleh masyarakat keturunan Fenesia.
Dalam ayat 2 Lukas mengatakan bahwa penduduk pulau itu (). Kata barbaroi tidak berkonotasi bahwa Lukas merendahkan mereka, tetapi menjelaskan bahwa bahasa mereka sulit dimengerti. Keramahan mereka membuktikan bahwa mereka adalah suku yang tergolong baik.
Selanjutnya pada ayat 3 Lukas menulis tantang tangan Paulus yang digigit oleh ular beludak. Ada beberapa teolog yang meragukan ayat ini karena sekarang di pulau Malta tidak ada ular beludak; tetapi pada tahun 1835 seorang ilmuan yang bernama Lewing menyaksikan bahwa ia melihat ada ular beludak di pulau itu.
Waktu orang-orang disana melihat bahwa Paulus digigit ular beracun maka mereka segera bereaksi, sehingga pada ayat 4-6 mereka menduga bahwa Paulus adalah seorang pembunuh yang harus mati. Mereka berpikir bahwa karam kapal adalah hukuman baginya dan itupun tidak cukup sehingga dewi keadilan seperti yang mereka yakini akhirnya ingin membunuh Paulus. Akan tetapi setelah Paulus mengibaskan ular itu kedalam api dan Paulus sama sekali tidak sakit, sementara orang-orang disitu menanti-nanti apa yang akan terjadi kepada Paulus, dan sampai lama akhirnya mereka melihat bahwa Paulus tidak apa-apa, sehingga mereka menyangka bahwa Paulus adalah dewa, karena dia tidak tersentuh oleh nasib manusia biasa. sebab jika dia adalah manusia biasa maka dia akan mati karena ular itu adalah ular yang sangat beracun.
Kemudian ayat 7-10 Lukas menjelaskan bahwa setelah itu Paulus menginap di rumah Gubernur Publius yang menyambutnya dengan sukarela dan ia menyembuhkan orang-orang sakit menurut Firman Tuhan (Lukas 10:8-9). “Ketika itu ayah Publius terbaring karena sakit demam dan disentri. Biasanya dimanapun Paulus tinggal dia akan selalu memberitakan Injil, maka sangat mungkin bahwa adanya jemaat Kristen di Malta adalah hasil pelayanan Paulus sewaktu mereka singgah disana, yang dalam nats ini tidak terlalu dijelaskan oleh Lukas, karena Lukas sepertinya menitik beratkan penulisannya tentang bagaimana Tuhan menolong dan mencukupkan apa yang mereka butuhkan untuk sampai ke Roma.
Selanjutnya ayat 11-16 Lukas menuliskan bahwa setelah tiga bulan lamanya mereka tinggal di Malta maka mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Dalam penulisannya, Lukas sangat teliti sekali, sehingga sampai lambang kapal yang mereka tumpangi juga disebutkan disini. Lambang kapal tersebut adalah Dioskuri, lambang ini melukiskan Kastor dan Poluk yaitu saudara kembar yang menurut Mythologi Yunani lahir dari Zeus dan Leda dan sesudah keduanya mati diangkat ke langit sebagai bintang dan kemudian dipuja oleh para pelaut sebagai dewa pelindung kapal mereka. Setelah mereka sampai di Putioli Lukas mencatat bahwa mereka bertemu dengan orang-orang yang sudah percaya disana dan mereka tinggal disana selama tujuh hari. Paulus mengucap syukur atas pertemuan itu dan Lukas mengatakan bahwa hati Paulus terhibur dan hatinya semakin dikuatkan. Akhirnya setelah tujuh hari mereka meninggalkan tempat itu dan kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Roma dan sesampainya disana Paulus tidak ditahan seperti narapidana lainnya. Paulus tinggal di sebuah rumah yang disewanya sendiri. Hal itu mungkin terjadi karena pertolongan Yulius kepala perwira yang membawanya ke situ.
Kemudian ayat 17-20 Lukas mencatat bahwa setelah tiga hari mereka sampai di Roma, Paulus memanggil orang-orang Yahudi yang terkemuka di kota itu dan dia menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya kepada mereka. Dia mengatakan bahwa dia tidak menolak satupun dari hukum Yahudi dan sebagai orang yang tidak bersalah, ia diserahkan selaku tahanan kepada pemerintah Roma. Sekalipun sebenarnya orang-orang Romawi ingin membebaskanya, namun orang-orang Yahudi mengajukan keberatan terhadap keputusan itu, sehingga Paulus beranggapan bahwa satu-satunya cara untuk lolos adalah dengan meminta naik banding kepada Kaisar. Sekalipun demikian Paulus tidak membuat tuduhan apapun kepada orang-orang Yahudi, sehubungan perlakuan mereka terhadapnya. Dia menjadi tahanan hanya karena pengharapan Israel, dengan itu Paulus hendak mengatakan bahwa iman Kristen yang dianutnya merupakan penggenapan sejati dari pengharapan umat Allah.
Ayat 21-22 menjelaskan bahwa Pemimpin-peminpin Yahudi di Roma mengatakan bahwa mereka tidak menerima surat atau utusan dari Yerusalem dengan tuduhan apapun terhadap Paulus. Selanjutnya secara tidak langsung mereka mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa tentang sekte yang dianut oleh Paulus selain mendengar bahwa sekte itu dimana-mana mendapat kecaman yang keras. Secara logis bahwa para pemimpin Yahudi tidak mengemukakan seluruh kebenaran. Mustahil bahwa mereka tidak mendengar apa-apa tentang gereja Kristen di Roma, padahal di surat Paulus kepada Jemaat di Roma menunjukkan bahwa di Roma sudah ada gereja Kristen yang sangat bersemangat. Kemudian mustahil juga jika mereka mengatakan tidak mendengar apa-apa tentang Paulus dari Yerusalem sebab hubungan antara orang Yahudi di Yerusalem dan di Roma tetap terjalin dan berkesinambungan. Sekalipun demikian, jelas tidak ada tuduhan sah yang dapat diarahkan kepada Paulus, sehingga orang-orang Yahudi menganggap bahwa lebih bijaksana untuk tidak melibatkan diri dalam kasus Paulus agar tidak menimbulkan amarah pemerintah Roma.
Ayat 23 menjelaskan bahwa pada hari yang telah ditentukan berkumpullah orang-orang (para pemimpin Yahudi) di rumah yang ditempati Paulus. Pada kesempatan ini Paulus memberitakan tentang kerajaan Allah dengan berusaha menyakinkan mereka tentang Yesus. kedua hal ini jelas merupakan konsep yang sinonim. Paulus berusaha menunjukkan bahwa hal-hal tentang Yesus dan kerajaan Allah merupakan penggenapan yang sempurna dari hukum Musa dan nubuat para nabi dan bahwa iman nenek moyang Israel memperoleh penggenapannya di dalam iman Kristen.
Kemudian pada ayat 24-27 Lukas menulis bagaimana tanggapan para pemimpin Yahudi di Roma terhadap pemberitaan Paulus. Dari antara mereka ada yang menjadi percaya, tetapi sebagian besar menolaknya. Melihat hal ini Paulus mengutip Yesaya 6:9, 10 yang melukiskan kebebalan dan kekerasan rohani dari umat Allah. Keadaan mereka tidak tertolong lagi sebab mereka tidak mampu berbalik kepada Allah untuk disembuhkan.
Ayat 28 merupakan puncak dari Kisah Para Rasul, dalam ayat ini Lukas menuliskan perkataan Paulus, “Keselamatan yang dari pada Allah ini (sekarang: mulai sekarang) disampaikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan mendengarnya.” Sampai disini kita melihat pergerakan pemberitaan Injil, disamping itu kita juga melihat bahwa banyak pemimpin Yahudi yang ada di Roma menolak Injil sama seperti pemimpin Yahudi yang ada di Yerusalem yang menolak Yesus sebagai Mesias dan bahkan menyalibkan-Nya. Jadi sifat para pemimpin Yahudi dan sebagian besar orang Yahudi lainya menunjukkan sifat penolakan mereka terhadap Injil dan juga pemberitanya yang dalam waktu itu kemanapun Paulus pergi memberitakan Injil orang-orang Yahudi banyak menolaknya dan malah orang-orang yang non Yahudi menerima dia dan Injil yang dia beritakan. Jadi ayat 28 ini merupakan klimaksnya, dimana oleh karena pemberontakan Israel sudah sempurna maka sekarang Injil memperoleh tempat di kalangan bangsa bukan Yahudi.
Selanjutnya ayat 29 kita melihat bahwa setelah selesai Paulus berbicara maka orang yang mendengarnya bubar dengan berbagai perbedaan pendapat.
Kemudian ayat 30-31 adalah merupakan ayat penutup dari Kisah Para Rasul yang bisa dikatakan sebagai akhir yang tiba-tiba. Disini Lukas tidak menjelaskan tentang bagaimana akhir pemenjaraan Paulus. Tetapi walaupun demikian Lukas tetap memberitahukan tentang aktifitas Paulus di Roma selama dua tahun, dimana ia tinggal dirumah yang dia sewa sendiri dan dia menerima orang-orang yang datang kepadanya dan bahkan ia memberitakan Injil kepada siapapun yang datang kepadanya. Namun sampai akhir kitab ini kita tidak tahu tentang hasil dari persidangan dimana dia telah naik banding kepada Kaisar, apakah dia dinyatakan tidak bersalah dan dibebaskan atau sebaliknya dia dinyatakan bersalah dan dihukum mati? Atau ada opsi yang ketiga, barangkali kasus itu diabaikan saja. Sampai pada akhir Kisah Para Rasul ini kita tidak menemui penjelasan dari Lukas mengenai hal itu.
Tetapi jika kita memperhatikan ayat 30 ini maka kita akan lebih condong setuju dengan beberapa penafsir Kisah Para Rasul yang mengatakan bahwa kemungkinan Paulus dibebaskan setelah dua tahun penahananya dan sesudah itu ia melibatkan diri dalam pelayanan selanjutnya dan akhirnya ditahan kembali di Roma. Tradisi mengatakan bahwa Paulus dihukum mati di Roma sekitar atau sesudah tahun 64 Masehi, itu berarti ada dua atau tiga tahun antara penulisan Kisah Para Rasul dengan kematian Rasul Paulus. Hal ini menguatkan dugaan bahwa hasil naik bandingnya Paulus tidak membawa dia kepada hukuman mati, sebab jika itu terjadi pastilah Lukas akan menuliskanya. Lagi pula Philo seorang sejarawan Yahudi berkata bahwa penahanan selama dua tahun adalah penahan yang paling lama dalam hukum Roma, dan setelah itu dia bisa dilepaskan.
Pada akhirnya kita melihat bahwa Injil Kristus tidak dapat di bendung atau ditahan, dengan penuh kuasa Injil tersebar sampai kemana-mana. Sudahkah anda pergi memberitakan Injil? Apakah anda sendiri adalah orang yang berusaha membendung Injil? Jika anda bukan seorang yang membendung atau menahan Injil maka anda harus pergi memberitakannya. Amin…! Tuhan Yesus memberkati.



Lembaran Tugas Mata Kuliah Tafsir Kisah Para Rasul

Nama Mahasiswa :
Program :
Beban :
Material : Diktat Tafsir Kisah Para Rasul

Tugas Mata Kuliah:

1. Diskusi & Pertanyaan: Kerjakan “Diskusi & Pertanyaan” untuk modul di bawah ini.
2. Resensi: Buatlah Ringkasan dan Resensi Buku dari dua buku lain yang berhubungan dengan Tafsir Kisah Para Rasul.
3. Paper: Buatlah karya kecil yang berjudul: Perbandingan Khotbah Para Rasul dengan Khotbah Para Pengkhotbah Modern (Diketik 15 halaman ukuran kwarto)

Kerjakan Diskusi dan Pertanyaan berikut ini

1. Jelaskanlah Apa yang menjadi tujuan penulisan kitab Kisah Para Rasul !
2. Menurut anda siapakah penulis Kitab Kisah Para Rasul. Berikan alasan anda!
3. Coba jelaskan hubungan antara Kitab Injil Lukas dengan Kitab Kisah Para Rasul!
4. Dimakah tempat penulisan kitab Kisah Para Rasul dan berilah alasan anda sesuai dengan pendapat anda tersebut!
5. Kira-kira tahun berapakah Kisah Para Rasul ditulis. Jelaskan!
6. Penerima kitab Kisah Para Rasul adalah Teofilus, tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah Teofilus adalah nama pribadi atau sebutan untuk orang percaya pada masa itu. Jelaskan!
7. Berikanlah argumentasi anda mengapa harus di kota Yerusalem murid-murid menunggu janji Bapa, mengapa bukan di tempat yang lain. Jelaskan!
8. Jelaskanlah mengapa murid-murid harus menantikan Janji Bapa!
9. Jelaskanlah arti kata Saksi yang sering muncul dalam Kisah Para Rasul menurut etomologinya!
10. Apa yang menjadi makna dari Kisah Para Rasul 1:9-11 dalam hubunganya dengan Eskatologi. Jelaskan!
11. Banyak orang berpikir bahwa pemilihan Matias untuk menggantikan Yudas adalah merupakan kesalahan dari para murid Tuhan, karena mereka berpikir bahwa Pauluslah yang diplilih Allah untuk menggantikan Yudas. Berikanlah komentar anda, apakah benar bahwa Paulus adalah pengganti Yudas. Jelaskan!
12. Jelaskanlah mengapa jabatan Yudas harus digantikan sementara setelah Rasul Yakobus meninggal jabatannya tidak digantikan!
13. Jelaskanlah mengapa tanah yang di beli oleh Yudas di sebut Hakal Dama!
14. Jelaskanlah segala sesuatu yang anda ketahui tentang Hari Pentakosta!
15. Berikanlah paling sedikit lima jenis penyakit yang Lukas tuliskan dalam keseluruhan kitab Kisah Para Rasul.
16. Jelaskanlah dengan singkat mengenai ringkasan kotbah Petrus pada hari Pentakosta!
17. Jelaskanlah cara baptisan yang benar sesuai dengan etimologi katanya!
18. Sebutkanlah apa yang menjadi syarat bagi seorang calon yang mau dibaptis!
19. Dalam fasal 4 ayat 11 Petrus melambangkan Yesus sebagai batu penjuru. Jelaskanlah apa maksud Petrus dalam hal itu!
20. Berikanlah ringkasan singkat bagaimana Warren W. Wiersbe menjelaskan tentang penghukuman Allah kepada Ananias dan Safira.
21. Jelaskan secara ringkas bagaimana Filipus memberitakan Injil kepada sida-sida Etiopia yang akhirnya menjadi bertobat dan memberi diri di baptis!
22. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui tentang Riwayat hidup dan pertobatan Paulus! (Paling sedikit setengah halaman)
23. Kisah Para Rasul 9:26-31 menunjukkan dua tahap pengalaman Paulus dalam Gereja Yerusalem, sebutkan dan jelaskan!
24. Allah menunjukkan kepada Petrus bahwa Dia tidak membeda-bedakan semua orang, oleh sebab itu Allah menunjukkan kepadanya berbagai macam binatang yang haram…, yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Allah memakai cara yang demikian, Jelaskan!
25. Jelaskanlah secara ringkas bagaimana pelayanan Petrus di Palestina seperti yang ada dalam Kisah Para Rasul 11:1-18!
26. Jelaskanlah apa saja yang anda ketahui tentang keluarga besar HERODES dan penentangannya akan Injil.!
27. Sebutkanlah apa yang menjadi arti nama Barnabas!
28. Jelaskanlah mengapa Barnabas lebih memilih Paulus dari pada memilih para pelayan Tuhan yang ada di Yerusalem untuk membantunya bersama dia di gereja Antiokia!
29. Tuliskanlah apa yang menjadi persamaan Gereja Yerusalem dan Gereja Antiokia!
30. Tuliskanlah apa yang menjadi perbedaan antara Gereja Yetusalem dengan Gereja Antiokia.!
31. Menurut anda seberapa pentingkah misi penginjilan dalam sebuah gereja, jelaskan!
32. Jelaskanlah perbedaan antara Filsafat Stoic dan Epikurus!
33. Jelaskanlah perbedaan antara Mazhab Saduki dan Mazhab Farisi!
34. Jelaskanlah secara singkat bagaimana cara pelayanan atau penginjilan Paulus di Athena!
35. Jelaskanlah dengan singkat apa saja yang ada ketahui tentang Friskila dan Akwila.!
36. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang kota Atena!
37. Jelaskanlah dengan singkat bagaimana hasil keputusan sidang Yerusalem!
38. Mengapa Paulus mengibaskan debu dari pakaiannya waktu dia melayani di Korintus.
39. Apa yang menjadi makna dari tindakan Paulus saat dia mengibaskan debu dari pakaiannya saat melayani di Korintus. Jelaskan!
40. Jelaskanlah mengapa Paulus menyunatkan Timotius!
41. Apa yang anda tahu tentang pribadi Timotius. Jelaskan!
42. Tuliskanlah dengan singkat tentang pelayanan Paulus di Efesus dalam Fasal 19!
43. Jelaskanlah apa yang anda ketahui tentang huru-hara yang dipelopori oleh Demetrius!
44. Tuliskanlah urutan setiap kota yang dilalui Paulus dalam PI yang pertama!
45. Jelaskanlah beberapa peristiwa penting yang terjadi di dalam perjalanan PI yang pertama tersebut!
46. Tuliskanlah urutan setiap kota yang dilalui Paulus dalam PI yang kedua.!
47. Tuliskanlah didaerah-daerah mana sajakah di dapati orang-orang yang menentang pemberitaan Paulus.
48. Jelaskanlah secara rinci bagaimana Paulus bisa sampai ke Roma!
49. Menurut anda apa yang menjadi alasan mengapa Lukas sangat banyak menuliskan kisah perjalanan Paulus ke Roma. Jelaskan!
50. Menurut anda apa yang menjadi persamaan antara pemimpin-pemimpin Yahudi di Yerusalem dengan para pemimpin Yahudi di Roma. Jelaskan!
51. Buatlah lima outline kotbah yang sesuai dengan khotbah para Rasul dari kitab Kisah Para Rasul. (Jawabannya dihitung sepuluh poin)


Selamat Mengerjakan Tuhan Yesus Memberkati



Daftar Riwayat Hidup



Data Pribadi .

Nama Lengkap : Makjen Simanjuntak
Tempat/Tgl Lahir : Tapanuli Utara, 24 Februari 1978
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Melayani Tuhan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Nama Ayah : M. Simanjuntak
Nama Ibu : T. Silitonga (+)
Alamat Kantor : Villa Tomang Baru, A1. No 33. Kuta Bumi Tangerang
Telp : 021 - 5924921
021 - 92336874

Pendidikan Formal .

1. Lulus dari SD Negeri tahun 1990
2. Lulus dari SMP Negeri tahun 1994
3. Lulus dari SMK Negeri tahun 1997
4. Tahun 2001 Kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Sumatera (STTS) Medan
5. Tahun 2004 Melanjutkan kuliah di STT Injili Philadelphia Tangerang
6. Lulus Sarjana Teologia Jurusan PAK dari STTI Philadelphia tahun 2006 (Ujian Negara)
7. Lulus Magister Divinitas dari Christian Leadership University tahun 2007
7. Saat ini sedang menyelesaikan tesis program S-2 (M.Th) di STTI Philadelphia.

Jenjang Pelayanan .

1. Tahun 2001 Melayani sebagai Guru Sekolah Minggu di GSJA “Air Hidup” Medan.
2. Agustus 2001 Kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Sumatera (STTS) Medan
3. Tahun 2002 Melayani sebagai Mahasiswa Praktek di GSJA “Immanuel” Medan.
4. Tahun 2003 Melayani sebagai asisten Gembala di Gereja “Tabernacle of Praise” Padang Bulan Medan.
5. Tahun 2004 Melanjutkan kuliah di STTI Philadelphia Tangerang.
6. Tahun 2005 Dipercayakan sebagai Direktur Departemen Literatur STTI Philadelphia Tangerang.
7. Tahun 2006 s/d 2007 Melayani sebagai Sekretaris Akademik dan juga sebagai dosen di STTI Philadelphia Tangerang.

Demikianlah Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.





Makjen Simanjuntak, S.Th., M.Div